Selamat Membaca ...
Maaf banyak typo bertebaran ...
Aku
berjalan memasuki ruang kecil yang terhimpit rak-rak berseta buku yang
jumlahnya tidak sedikit, aku terus berjalan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri
mencari sesuatu yang belum menarik perhatianku, aku masih berjalan dengan
perlahan, hingga pada akhirnya aku berhenti di pertengahan ruang kecil ini, aku
menemukannya, kenapa buku itu di taruh di tempat yang sulit di jangkau, aku
mengambilnya dengan tangan kananku.
“aduh
… susah banget si” ujarku berusaha mengambil sebuah buku dari rak tingkat 4 yang
sulit ku capai. Aku berjinjit untuk mendapatkan buku itu, aku masih berusaha
keras mendapatkannya karena ini menyangkut masa depanku.
“apa di perpus ini tidak ada tangga kecil untuk
mengambil buku dari ketinggian ? hahh ..apa setiap pengunjung harus membawa
tangga agar dapat mencapai buku yang sulit di jangkau? Bukan kah ini perpus
punya pemerintah kenapa fasilitasnya sangatlah minim” celotehku sebal dan
berhenti sejenak untuk menarik nafas.
“kenapa jarak setiap tingkatan rak buku ini begitu
tinggi, sudah tau aku pendek namun tidak pendek banget hanya 160 cm tinggiku”
aku berusaha mengambilnya kembali dan berhasil, buku itu sedikit demi sedikit
keluar dari barisannya, aku menariknya terus keluar dan ….
Bbbbrruuukkkkkkk ……
“awww …. kepala ku” aku mengelus kepala ku yang
tertimpa buku yang baru saja ku ambil, aku melihat ke atas namun kemudian 3
buku jatuh lagi tanpa aba-aba mengenai kepalaku dan buku yang kupegang sejak
tadi terlepas dari genggamanku dan menimpa jempol kaki kananku, sudah jatuh
tertimpa tangga, aku tersungkur jatuh ke bawah, aku mengelus kepalaku dan
bergantian mengelus jempol kakiku yang tertimpa buku kampus setebal 700
halaman.
“ahhh .. apa kepala ku retak ? ahh sakit sekali,
berapa tebal buku-buku ini? Ahhh ..jempolku apa dia membengkak?” aku terus
mengelusnya untuk menghilangkan sedikit rasa sakit, saat aku akan berdiri ada
seorang pria yang menghampiriku dan membantuku untuk berdiri, aku di bawa
olehnya ke ruang membaca dan mencari tempat yang kosong untuk kami duduki.
“kau tak apa ? apa ada yang terluka?” ucapnya panik.
‘kepalaku hampir pecah kau masih tanya apa ada yang
terluka? Apa matamu terhalang oleh tembok hah?’ gumam ku dalam hati.
“kepalaku dan jempol kaki kananku”
“apa mau ku antarkan ke dokter?”
“ahh .. tidak usah, mungkin sebentar lagi akan
membaik, buku ku kemana? Hfff ..Pasti tertinggal di sana” aku berdiri untuk
kembali ke rak buku sejarah sambil mengelus-ngelus kepalaku yang masih
berdeyut, namun pria ini langsung menaruh 2 buku di hadapanku.
“itu buku milikmu” ucapnya membuatku menatapnya
bingung.
“kenapa kau bisa tau ini buku milik ku?”
“hmm .. sebenarnya aku yang menjatuhkan buku itu”
jelasnya sedikit ragu.
“maksudmu?” aku duduk kembali untuk mendengarkan
penjelasan darinya.
“jadi gini .. sebenarnya tadi aku sedang mengembalikan
buku ke tempatnya menggunakan tangga, namun saat aku sedang menatanya ada
petugas perpustakaan yang lewat membawa buku bertumpuk di tangannya, jadi
secara tidak sengaja tanggaku tergeser aku pun kaget dan buku yang ku tata
terdorong, sehingga menjatuhkan buku yang ada di belakangnya .. lalu aku
mendengar suara, aku melihat ke sebrang lewat celah dari buku di rak tingkat 3
dan aku melihat kau sedang megelus kepala tak lama kau jatuh, aku segera turun
dari tangga dan menghampirimu .. maaf atas kecerobohanku” jelasnya dan terlihat
dari wajahnya ada rasa bersalah atas ke jadian yang aku alami tadi.
“ohh .. begitu, iya gpp .. namun lain kali kau harus
lebih hati-hati”
“hmmm”
“The Great Wall” ujarnya saat aku akan membuka buku
tersebut.
“ya?”
“kau ingin mempelajari sejarah great wall?”
“oh .. iya! hhmm .. 3 hari lagi ada ujian bahasa cina
dan ujiannya tentang sejarah great wall jadi setelah usai jam kuliah tadi aku
segera mencari buku di perpus ini”
“kenapa kau mencari di sini?”
“di tempatku sudah tidak ada yang tersisa buku sejarah tentang great wall,
teman-temanku memborong semuanya, jadi aku ke sini untuk meminjamnya”
“ahh begitu, hmm apa kau pernah mendengar cerita cinta
yang mengharukan digreat wall cina ?”
“tidak, memang cerita apa?” ucapku penasaran.
“di jaman dinasti Qin hiduplah seorang wanita cantik
dan baik hati dia adalah mengjiangnu, ketika sedang berada di halaman
mengerjakan pekerjaan rumah, tiba-tiba dia melihat seorang laki-laki yang melintas
di depan rumahnya, pada saat itu mengjiangnu ingin berteriak memanggil
laki-laki itu tapi dilarang oleh nya, laki-laki itu bernama fanxilang dia
adalah seorang pekerja pembuat tembok cina yang kabur. Dan pada akhirnya
merekapun saling jatuh cinta dan menikah.”
“lalu?”
“di malam pernikahan mereka, petugas tembok cina
menangkap fanxilang untuk kembali bekerja. Sejak kejadian itu mengjiangnu
menangis dan memutuskan untuk mencari suaminya ke tembok cina, perjalanan cinta
mereka tidaklah semudah orang-orang pada umumnya. Lalu mengjiangnu pergi
ketempat suaminya bekerja, jarak antara tembok cina dan rumah mengjiangnu yang
jauh membuat perjalanan mengjiangnu tidaklah mudah”
“kasihan sekali mengjiangnu saat malam pernikahannya
dia malah terluka melihat suaminya di paksa pergi untuk berkerja kembali, terus
lanjutannya bagaimana?”
“sesampainya di tembok cina, mengjiangnu mencari-cari
suaminya tapi ia tidak menemukannya, lalu ia bertemu dengan para pekerja yang
lain, akhirnya si pekerja itu memberitau keberadaan suaminya bahwa suaminya
telah meninggal dan dikubur bersama lapisan bata tembok cina sebagai penguat,
mengjiangnu menagis tiga hari tiga malam sampai akhirnya Kaisar langit pun
kasihan melihatnya, kemudian terbelahlah tembok cina itu dan keluarlah mayat
suaminya. Tapi apa boleh buat suaminya tidak dapat hidup kembali, mengjiangnu
pun mengakhiri hidup bersama suaminya di tembok cina”
“dan pada akhirnya mereka meninggal di tempat yang
sama .. sedikit mirip dengan kisah romeo dan Juliet”
“hmm iya sedikit”
“tapi kenapa fanxilang di bunuh dan di jadikan penguat
bagi tembok cina itu? Bukan kah itu seperti memberikan tumbal bukan hukuman
karena dia kabur dari pekerjaannya?”
“aku tidak dapat memastikan dia di bunuh, di hukum
atau untuk di jadikan tumbal, tapi yang aku pahami dari kisah itu, namun bukan
kah cinta penuh dengan pengorbanan? begitupun dengan mereka, mengjiangnu rela
berjalan dari rumahnya ke tembok cina yang dia tahu itu tidaklah dekat dan
setelah sampai di sana dia mengakhiri hidupnya bersama suaminya di tembok cina
itu, setelah mengetahui bahwa suaminya telah meninggal. Mencintai hingga akhir
hayat”
“ya .. cinta yang membuat mereka kuat, hingga pada
akhirnya mengjiangnu rela meninggal di tembok cina” aku kembali membaca sejarah
dari the great wall. Namun tak lama setelah ia selesai bercerita, ia
memperkenalkan dirinya terhadapku.
“Kevin Lau” ujarnya sambil mengulurkan tangannya ke
arah ku, aku hanya tersenyum dan tidak membalas uluran tangannya.
“Nadien Putri Aanisah” balasku seraya tersenyum, dia
tersenyum melihat sikapku yang tak membalas uluran tangannya dan perlahan ia
menurukan tangannya.
“apa tanganku kotor? Hmm mungkin” gumamnya.
“aku duluan ya, senang bisa bertemu denganmu dan
tanganmu tidak kotor, itu karena aku masih belum terlalu mengenalmu” jelasku
sambil menutup buku dan merapihkan buku lalu pergi.
“ahh .. tapi bukan kah tadi kita sudah saling
berkenalan ?” teriaknya, aku sudah berjalan meninggalkannya, aku membalikkan
tubuhku dan tersenyum lalu menundukkan kepalaku mengucapkan terimaksih karena
telah membagi cerita legenda serta menolongku walaupun dia pula yang membuat
masalah, aku membalikkan tubuhku lagi dan berjalan pulang. Sebelum aku
benar-benar meninggalkan perpus ini, aku ke bagian peminjaman buku untuk
mencatat namaku dan mencatat apa yang ku pinjam dan memberi keterangan waktu,
lalu memberikan jaminan kepada petugas, tanpa berpikir panjang lebar aku
menjamin nomor induk mahasiswaku dan menyerahkan kepada petugas itu, lalu aku
keluar dari perpus itu dan pulang.
~~*~~
Aku berlari mengejar waktu karena hari ini adalah
ujian bahasa cina, aku bangun terlambat
sehingga membuat diriku harus seperti ini di pagi hari, aku berlari menuju
kelas setelah aku sampai di depan kelas ada petugas sedang berjaga aku segera
masuk, namun saat aku ingin masuk petugas itu menahan ku, aku pun menatap
petugas itu heran.
“nomor ujian dan nomor induk” ucapnya tegas yang
hampir membuatku panik, aku pikir, aku telah terlambat, ternyata dia meminta
nomor ujian dan NIM ku (nomor induk mahasiswa). Aku segera mengeluarkan nomor
ujian ku ke padanya, lalu aku mencari nomor induk ku, aku tidak dapat
menemukannya, aku langsung panik, aku mengeluarkan semua barang yang ada di
dalam tasku dan berharap NIM ku berada di dalam atau terselip, namun nihil
hasilnya, aku tidak dapat menemukan NIM ku di dalam tas maupun di dalam
dompetku. Aku terduduk lemas di bawah, petugas yang ada di hadapanku bingung
melihat tingkahku yang mungkin seperti orang tidak waras.
“kau kenapa? Kau tidak membawanya?” aku mengangguk
pelan.
“ini nomor ujianmu dan kau tidak dapat mengikuti ujian
ini” ujarnya tegas.
Aku mengambil nomor ujianku dari tangan petugas itu,
aku membenahkan barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tasku dan segera
meninggalkan kelasku. Aku tidak dapat memohon padanya untuk sebuah belas
kasihan darinya, karena peraturan di kampus ini sangatlah ketat apa yang sudah
di cantumkan di papan pengumuman dan yang sudah di edarkan itulah yang harus
kau patuhi, tidak peduli alasan apapun entah itu alasan nyata atau pun alasan
yang kau buat-buat, karena dispensasi di kampus ini tidaklah berlaku, masalah
yang terjadi di sini adalah ulah yang kau buat karena tidak disiplin dan
mencoba melanggarnya, jadi jangan salahkan dosen ataupun kampus ini jika
masalah datang, entah itu kau tidak mendapat poin dari dosenmu, tidak ikut
ujian ataupun tidak kuliah. Itu semua kesalahan yang di buat oleh mahasiswa/I
nya sendiri, karena tidak disiplin dan tidak mentaati peraturan. Aku berjalan
menuju halaman kampus dan duduk di bawah pohon yang rindang.
“hah .. gagal ujianku hari ini, arghhhhh .. “ aku
menggelengkan kepalaku dengan kencang, untuk mnegilangkan keburukan dari dalam
diriku yaitu keteledoran dan kurang disiplinnya diriku.
“hahhhh .. padahal ujian ini sangat berpengaruh pada nilai
akhir semester ini, jika aku kehilangan poin ini aku tidak dapat naik ke
semester depan .. ohhh godddd, please help me” aku menutup wajahku dengan
telapak tanganku yang tidak mungil dan tidak besar juga, aku mengusap-ngusap
wajahku frustasi. Saat aku sedang sibuk dengan pikiran ini dan itu ada
seseorang yang duduk di sebalahku, aku mersakannya goyangan di bangku yang ku
duduki.
“ini” ucap orang itu yang belum ku ketahui siapa
karena aku masih menutup wajahku.
“sudah jangan kau pikirkan, kau dapat mengikuti ujian
ini dan lulus dengan ipk yang terbaik, percayalah pada dirimu, ayo dong nadien
kamu pasti bisa” ucapnya yang membuatku langsung menurukan tanganku dari
wajahku dengan cepat, aku menoleh padanya dan aku terkejut dengan kehadirannya.
“hai” ucapnya seraya tersenyum kepadaku.
“kau? Kau tau aku kuliah di sini dari mana?” ujarku
bingung dengan kehadirannya.
“aku tau kau sekolah di sini dari almetmu saat di
perpus dan dari yang paling berharga bagimu sekarang adalah ini ..” ia
menunjukkan NIM milik ku di hadapnku, aku terkejut bagaimana caranya NIM ku
bisa pindah tangan? Seharusnya NIM ku berada di perpus itu, karena telah ku
jadikan jaminan untuk meminjam buku sejarah.Aku masih menatapnya bingung.Dia
meraih tangan kanan ku dan menaruh NIM ku di tanganku.
“sudah sana masuk 5 menit lagi akan di mulai” ucapnya
membuyarkan pikiranku akan pertanyaan-pertanyaan aneh.
“dari mana kau dapat NIM ku ?” ucapku penasaran.
“nanti ku jelaskan, cepat masuk jika kau ingin lulus
di semester ini”
“ahh iya , aku sampai lupa, yasudah aku duluan”
sergapku cepat dan pergi meninggalkan kevin, namun langkah ku terhenti dan
membalikkan badan ku.
“terimakasih kevin” teriak ku seraya tersenyum.
“Fighting nadien” balasnya seraya tersenyum juga.
Aku kembali berlari menuju kelas untuk mengejar waktu
yang tidaklah banyak dan aku sampai di kelasku lalu memberikan nomor ujian
serta NIM ku kepada petugas, akhirnya aku di ijinkan masuk dan aku dapat
mengikuti ujian dengan baik, yang paling terpinting aku dapat lulus di semester
4 ini dengan IPK yang terbaik.
~~*~~
Pagi yang indah di dukung dengan cuaca yang cerah,
hari ini aku beruntung dapat menikmati olahraga di taman garden yang lokasinya
lumayan dari tempat tinggalku, aku berlari mengelilingi taman yang terbilang
cukup luas ini. Tidak hanya aku saja dan para remaja lainnya yang berolahraga
pagi ini, ada lansia, orang dewasa, anak-anak dan keluarga, mereka semua
seperti menikmati hari yang indah di pagi ini. Aku menepi sebentar untuk
menengguk air mineral dan mengatur nafas sejenak, aku memperhatikan mereka yang
terlihat bahagia di pagi ini, tanpa aku sadari aku ikut bahagia dengan melihat
mereka.
“pagi yang cerah, selamat pagi nona” ucap seseorang
membuatku mengalihkan pandangan ke sumber suara dan ternyata itu kevin.
“ah kau .. sedang lari juga?”
“hmm menurutmu?”
“sedang menguntit ku” ucapku asal.
“haha .. ucapan kau tepat nona”
“yasudah kau lanjutkan larinya, jangan membuang
waktumu”
“ayo kita lari bersama .. sepertinya itu terlihat
lebih asyik ketimbang lari sendirian”
“kau saja duluan aku masih ingin istirahat”
“kau sudah beristirahat 10 menit, apa itu tidak
cukup?”
“oh? Kau tau dari mana ?kau benar menguntit ku?”
ucapku bingung.
“hemmm .. bukannya tadi aku sudah mengakuinya, kenapa
kau memasang wajah seperti itu ?”
“padahal ucapanku tadi asal, ternyata itu beneran?”
“iya benar, aku menguntitmu dan sekarang mari kita
lari bersama, kita keliling komplek di dekat taman ini bagaimana ?”
“hemm baiklah .. kau jalan duluan, aku di belakangmu”
“kau asistenku? Kenapa kau mengikutiku dari belakang?
Kita lari bersama, beriringan hem?” ujarnya seraya tersenyum sambil mengedipkan
mata kirinya ke arahku.
“baiklah” ucapku sedikit malas.
Kamipun berlari bersama keliling komplek, selama
perjalanan menuju komplek ada saja yag ia bicarakan entah itu tentang kerjaan,
keluarga ataupun tentang kuliahnya, aku hanya mendengarkan ucapannya sebagai
pendengar yang baik, tanpa terasa kami berhenti di depan rumah yang cukup besar
yang bertingkat 3 berwarna putih dan ada halaman yang cukup besar di depan
ruamhnya dan banyak tumbuhan yang tertanam di halaman itu, ada pagar yang tidak
terlalu tinggi menjadi penjaga rumah itu serta pintu garasi yang terbuka lebar
dan terlihat 2 mobil terparkir di dalam garasi itu, yang dapat di lihat oleh
siapapun yang lewat di depan rumahnya. Dari luar rumah, rumah ini terlihat
rapih dan cantik, seperti rumah idaman, aku ingin sekali membeli rumah sebesar
ini untuk ku tempati bersama orang tuaku, namun apa daya ku, hanya bisa membeli
rumah dengan tipe 36 saja, itu saja aku sudah bersyukur bisa membelikan rumah
untuk orang tuaku. Aku menatap rumah ini dan memperhatikan setiap inchi dari
rumah ini.
“ini rumah ku” ucapnya mebuyarkan lamunanku.
“sungguh?”
“hem .. memang aku terlihat berbohong?”
“mungkin saja”
“kalau gitu kita masuk”
“ahh tidak usah, sepertinya aku harus pulang ada tugas
kuliah yang harus ku kerjakan” sanggahku.
“ohh .. tapi lain waktu mainlah kerumahku biar ku
kenalkan dengan orang rumah” ucapnya seraya tersenyum ke arahku.
“baiklah .. yasudah kita berpisah disini, salam buat
orang rumah, aku pergi dah ..” aku segera pergi dari hadapannya dengan berlari
kecil.
~~*~~
“kenapa senyuman kevin selalu menghantuiku” gumamku
sambil berjalan dengan mendengarkan music yang ku sambungkan dengan headset ke
telingaku.
‘namun sudah beberapa hari ini aku tak melihat ke
beradaannya, lebih tepatnya tidak muncul di hadapanku seperti hantu, tapi
tunggu! Bukan kah baru 2 hari yang lalu kau bertemu dengannya, saat
berolahraga? kenapa kau merasa sudah beberapa minggu tidak melihatnya? Ohh ..
nadien perasaan apa yang tumbuh ini hah? Apa mungkin suka?cinta? kau baru
mengenalnya, terbilang pertemuan kalian itu singkat’ gumamku dalam hati.
Aku berjalan melewati taman garden sepulang dari
kuliah, tanpa aku sadari kakiku melangkah ke area kompleknya dan berhenti di
depan rumahnya.
‘hei nadien! Kenapa kau berhenti di depan rumahnya ?
apa kau tak malu atau gengsi dengannya hah?’ jika dia melihatmu apa yang akan
kau katakan padanya hm?’ di dalam hatiku terus berusaha menolak dengan
tindakanku, bahwa sesungguhnya sikapku tak bisa menolak ini, karena pada
nyatanya aku mulai menyukainya.
Saat aku berdiri di depan rumahnya, aku melihat dia
bersama wanita keluar dari dalam rumah, aku cukup terkejut dengan apa yang ku
lihat, namun aku segera mencari tempat bersembunyi dan aku langsung bersembunyi
di balik tempat sampah, kevin keluar bersama wanita itu sambil merangkul dan
ada sedikit gurauan yang mereka buat, mereka jalan berdua keluar rumah entah
mereka akan pergi kemana. Ia terlihat serasi dengan wanita berambut panjang
lurus, tubuh yang tingginya hampir sepadan dengannya, kulit yang putih dan ada
keturunan darah Tionghoa. Mereka sedikit mirip, mungkin mereka berjodoh,
entahlah mereka berjodoh atau tidak itu bukan kuasa ku untuk memastikannya,
namun sekarang yang harus aku pastikan adalah hati ini. Bahwa hati ini tidak
boleh memiliki perasaan lebih padanya, kerena ia telah memiliki wanita yang
tentunya ia cintai, aku tak ingin mengganggu hubungan yang telah mereka jalin
bersama.
‘nadien! kalian hanya berteman, berhenti membayangkan
dan menyukainya, kau harus berhenti untuk tidak bertindak lebih jauh sebelum
kau terlalu sakit , jika kau nekat dengan sikapmu yang egois kau akan terluka,
lepaskan dan relakan dia yang kau sukai dan mungkin kau telah mencintai dia
tanpa kau menyadarinya, kau hanya berteman dengannya , berteman nadien,
berteman. Kau harus ingat itu, walaupun kau tak dapat memilikinya, kau masih
bisa menjadi teman yang baik untuknya, pertemuan kalian sangatlah baru dan
singkat. Masih ada laki-laki yang lebih baik darinya, yakinlah’ gumamku dalam
hati, berusaha menguatkan diriku sendiri setelah melihat apa yang tidak ku
harapkan, bahwa ‘Kevin Lau’ telah memiliki teman hidupnya, aku memandangi
mereka dengan lemas, mereka berjalan masih dalam keadaan kevin merangkul wanita
itu dan perlahan mereka menghilang dari pandanganku.
‘hei
nadien! Kenapa kau berhenti di depan rumahnya ? apa kau tak malu atau gengsi
dengannya hah?’ jika dia melihatmu apa yang akan kau katakan padanya hm?’
Ucapan ku yang tadi terngiang kembali di kepalaku,
namun aku dapat menjawab, jika aku bertemu dengannya dan seandainya pertanyaan itu
yang dia utarakan padaku setelah apa yang telah ku lihat tadi.
“aku hanya teman untukmu” gumamku menandakan bahwa
itulah jawaban dari pertanyaan dalam hati kecilku. Aku berdiri dan berbalik
arah untuk pulang dan segera sadar pada kenyataan yang ada.
To Be Continue ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar