Maaf banyak Typo Bertebaran ...
5 Tahun Kemudian …
15 Maret 2017
15 Maret 2017
Aku sedang berdiri di depan ruangan yang tidak terlalu
besar namun cukup untuk 20 orang duduk di dalamnya. Aku sedang mengajari mereka
bahasa asing. Ya, aku adalah salah satu guru di lembaga pendidikan bahasa asing
yang bernama GLE. Sebuah lembaga pendidikan bahasa asing yang sudah mendapat
izin dari pemerintah daerah. aku mengajar bahasa mandarin, sudah hampir setahun
aku berada di tempat ini, menghadapi sifat anak-anak yang menurutku unik,
walaupun aku belum memiliki anak namun aku dapat mengerti kemauan dan masalah
mereka. Masalah yang mereka hadapi yang terkadang tidaklah ringan untuk mereka
tanggung sendiri, mereka yang baru saja beranjak remaja harus mengahadapi hidup
yang keras, namun bagi mereka yang mempunyai mimpi, mereka dapat melewatinya
dengan usaha serta doa, usaha yang pasti tidaklah mudah mereka lalui. Namun
bagi mereka yang tidak memiliki mimpi? Hmm .. bukan! Mereka bukan tidak
memiliki sebuah mimpi, mereka memilikinya namun mereka tidak tahu bagaimana cara
untuk menggapai mimpi itu, banyak faktor yang membuat mimpi mereka menjadi
buntu tak terarah. Aku memutuskan menjadi guru bahasa asing di lembaga ini,
awalnya tidaklah sengaja, ingin berbagi ilmu kepada mereka yang membutuhkan
namun seiring berjalannya waktu aku menyukai pekerjaanku yang sekarang, yang
sudah hampir satu tahun. Aku menghadapi mereka dan mendidik mereka agar
kehidupan mereka ter’arah, karena merekalah aku menyukai pekerjaan ini, walau
tidaklah mudah mendidik mereka dengan memiliki pemikiran dan karakter yang
pasti sangatlah berbeda-berbeda, namun itu bukanlah alasanku untuk menyerah,
tujuanku hanya 2. Pertama aku ingin membagi banyak ilmu kepada mereka dan kedua
aku ingin mengarahkan kehidupan mereka yang masih kusut seperti benang yang di gulung
tidak teratur.
Aku bekerja di lembaga ini hanyalah sampingan,
pekerjaanku yang pertama adalah membuka sebuah bisnis atau usaha yang telah ku
impikan sejak ku duduk di bangku SMA. Usaha ku berjalan dengan baik dan sesuai
rencana, ku rasa ini hadiah dari tuhan yang ia berikan kepadaku setelah banyak
benang kusut yang harus ku luruskan dengan sabar, keuletan, kerja keras serta
doa. Aku memiliki toko kue yang sekarang di kendalikan oleh mamahku, aku
memegang kendali restoran, butik serta toko sepatu yang tentunya brand milikku
yang ku jual, di umurku yang ke 23 tahun aku telah mendapatkan gelar S1 ekonomi
dengan IPK yang tinggi 3.80, kalau di lihat usiaku tidak ideal untuk mendapat
gelar S1 karena idealnya mereka yang mendapat gelar S1 berumur 21 tahun namun
menurutku aku mendapatkan gelarku dengan waktu yang tepat yaitu 4 tahun karena
aku memulai kuliah saat berusia 19 tahun, menurutku umur bukanlah kendala untuk
menempuh pendidikan itu hanya pandangan masyarakat yang berbeda dan aku sudah
memiliki sebagian mimpiku yang tentunya tidaklah mudah ku raih, banyak krikil
yang menghalangi jalanku untuk sampai di atas dan aku masih harus berjuang
untuk mempertahankan semua ini. 3 tahun sudah aku menjalankan hidup dengan baik
tanpanya, aku memang terlihat baik-baik saja dari luar, namun jika kalian
mengetahui isi hatiku. Aku tidak sebaik yang dikira kalian, luka ini masih
tersimpan dengan baik di sebelah kerinduan dan cinta untuknya yang tentunya
masih ku jaga hingga saat ini.
“oke pelajaran hari ini cukup sampai disini” aku
membereskan buku-buku ku.
“zai jian laoshi” ucap anak-anak yang sudah beranjak
dari kursinya.
“zai jian ..” aku tersenyum kepada mereka. “ jangan
lupa belajar, hafalkan guratan hanzi dengan benar” lanjutku.
“iya laoshi” balas mereka saat di ambang pintu.
Aku keluar dari kelasku yang sudah kosong , aku
berjalan menuju ruang guru untuk menaruh buku dan sebentar merebahkan tubuhku
di kursiku yang empuk. Aku memasuki ruangan yang luas untuk tempat kami para
guru pembimbing beristirahat, aku duduk di kursiku yang letaknya tak jauh
dengan pintu masuk dan menata bukuku kembali ketempatnya.
“hah ..” aku menarik nafas kasar.
“bagaimana hari ini ?” ucap teman sebelahku, dia alysa
guru bahasa korea.
“hari ini cukup menyegarkan, bagaimana denganmu?” tanyaku
balik.
“sama sepertimu, betapa lelahnya mereka belajar hampir
seharian penuh dan di tambah belajar bahasa asing di luar jam sekolah”
lirihnya.
“namun itu sudah tugas mereka, bagaimana pun mereka
harus melakukannya untuk masa depan yang baik, bukan kah orang tua ingin yang
terbaik bagi anak-anknya? Orang tua akan melakukan apapun untuk anaknya agar
mereka sukses di masa depan”
“hmm gurae”
“jangan memakai bahasamu” ucapku yang sedang fokus
dengan komputer di depanku.
“hehe .. mianhae”
“bu ke qi (tidak usah sungkan/ tidak ap-apa)” jawabku,
beginilah kami jika sedang kelelahan suka memakai bahasa keahlian
masing-masing. Namun aku mengerti sedikit-sedikit bahasa korea walau tidak
paham penuh artinya.
“alysa?” panggilku, ia menoleh.
“hmm .. menurutmu bagaimana anak-anak ?” lanjutku.
“mereka baik-baik saja”
“hmm .. aku mengerti”
“lalu?” ucapnya bingung, aku menatapnya.
“apa yang membuatmu peduli dengan anak-anak?”
“karena mereka butuh bimbingan dari kita para guru
selain orang tua” jelasnya.
“hmm .. betul sekali, mereka yang berjalan memakai
alas kaki tidak dapat merasakan sakitnya krikil yang tajam karena mereka sudah
nyaman memakainya dan mereka tidak ingin melepasnya sampai alas kaki itu rusak
dan tidak layak untuk di kenakan lagi lalu membli yang baru. Namun bagi mereka
yang tidak memakai alas kaki, mereka dapat merasakan tajamnya krikil itu hingga
kaki mereka berdarah, mereka akan terus berjalan tanpa memakai alas kaki sampai
mereka menemukan alas kaki yang layak untuk mereka pakai dengan baik dan di
waktu yang baik juga” aku tersenyum, alysa menatapku dari samping heran.
“maksudmu ?” Tanyanya heran.
“hmm ya itulah hidup, seperti itulah mereka nanti mana
yang akan mereka jalani dan mereka pilih, jika mereka lemah pada diri mereka
maka hidup ini akan sangat keras kepada diri mereka namun jika mereka keras
kepada diri mereka sendiri maka hidup akan lemah terhadap mereka yang berarti
mereka dapat mengatasinya dengan baik. Jadi mereka harus bekerja keras untuk
hidup mereka, ya walaupun ada sebagian orang mendapatkannya dengan mudah namun
mereka tidak dapat memaknai apa yang mereka dapat dengan mudah, berbeda dengan
mereka yang bersungguh-sungguh bekerja keras dan belajar” jelasku pada alysa.
“aishhh .. jeongmal daebak” ucapnya kagum sambil
bertepuk tangan.
“berhenti menggunakan bahasa yang tidak ku mengerti”
omelku.
“baiklah, lalu apa yang kau ingin lakukan sekarang?”
“pulang, ayo kita pulang sudah malam” ajak ku.
“baru jam 7 “ protesnya.
“tapi aku sudah lelah, kau mau bareng tidak?” ajak ku
lagi.
“tidak, aku di jemput nanti”
“di jemput pacarmu?” ia mengangguk. “baiklah aku
pulang duluan” lanjutku dan segera mengambil tasku dan kunci mobil di meja lalu
pergi, namun sebelum aku benar-benar keluar dari rungan ini alysa memanggilku.
“nadien?”
“kenapa?” aku menoleh.
“di panggil kepala guru” terangnya, aku menatap heran
namun alysa hanya menggelengkan kepala. Aku pergi menuju meja kepala guru yang
tak jauh dari meja para guru.
“iya ada apa pak?” tanyaku pada pak adi.
“kau mau pulang?” tanyanya balik.
“hmm iya pak”
“nadien? Hmm .. Aku baru dapat info bahwa ada beasiswa
S2 keluar negeri, kau mau ikut beasiswa ini ? jika kau menginginkannya kau
dapat membuka websait beasiswaluarnegeri.com dan ikuti tesnya, tesnya akan di
adakan 1 pekan lagi, jadi persiapkan dirimu untuk kesempatan yang langka, coba
kamu daftar sekarang, siapa tau kamu lolos dengan tes ini dan kamu dapat meraih
S2 mu di luar negeri, yang pasti kamu akan dapat pengalaman yang berharga juga,
pikirkanlah dengan baik” ucapnya aku hanya mengangguk.
“terimakasih atas info dan saranya pak, akan saya
pikirkan” jawabku.
“baiklah, semoga berhasil nadien .. saya yakin kamu
bisa. Oya kamu pulang dengan siapa?”
“saya pulang sendiri pak”
“kamu bawa mobil?”
“iya”
“baiklah, tadinya saya ingin mengantarmu pulang, tapi
yasudah hati-hati di jalan” terangnya.
“yasudah saya pamit” aku segera pergi meninggalkan
mejanya dan ruangan ini, aku masuk kedalam mobil dan pulang kerumah.
~~*~~
“ahhh .. aku bingung” pekiknya frustasi.
“pilihkan saja yang mudah bagi mereka”
“aku gak tahu mana yang mudah bagi mereka”
“sudah kau kasih saja materi yang sudah selesai kalian
bahas” saranku padanya, kami berada di atas kasur kamarku sedang memilah soal
untuk anak-anak ujian minggu depan, alysa terlihat bingung mana soal yang harus
ia keluarkan karena besok senin soal-soal dari para guru harus segera di
berikan kepada kepala guru untuk di cetak lebih banyak.
“kau sudah menemukannya?” tanyanya dengan lemas.
“hmm .. sedikit lagi aku akan menyelesaikannya”
terangku yang sedang mengetik di layar laptop.
“hahhh .. eottokae??” rengeknya.
“kau berikan saja pertanyaan dasar, ku yakin anak-anak
akan mampu mengerjakannya”
“hmm baiklah ..” ia pun mulai mengetik dan
menyelesaikan pekerjaannya yang baru setengah ia lakukan.
“nanti sore kekasihmu menjemput?”
“hmm tidak, aku pulang naik bus .. dia sedang sibuk
dengan pekerjaannya” terangnya.
“ohhh .. hahhh … fighting untuk kita alysa, heheh” aku
tertawa ringan di ikuti olehnya yang hanya tersenyum melihatku.
“bagaimana dengan tes itu nadien?” tanyanya.
“hmm .. aku sudah daftar dan baru 3 hari yang lalu aku
mengikuti ujiannya” jelasku.
“susah soalnya?”
“hmmm .. lumayan, tapi masih bisa ku atasi”
“semoga kau lulus dan bisa mengejar impianmu sekolah
di luar negeri dengan beasiswa itu” ia mengalihkan pandangannya dari laptop dan
memandangku dari samping sambil tersenyum.
“semoga alysa, aku berharap bisa mendapatkannya”
ucapku senang.
“lalu kapan pengumumannya?” tanyanya lagi sambil
mendekatiku.
“hmmm minggu depan tepat saat ujian anak-anak di
mulai”
“semoga namamu ada di sana nadien” ia memelukku dari
samping dan kami tersenyum bersama.
“amin .. sudah kerjakan kembali” perintahku.
“ah iya .. aku hampir lupa hehe” ia tertawa ringan dan
kembali fokus pada laptopnya begitupun aku.
30 menit kemudian …
“hmm .. akhirnya selesai juga” aku menutup laptopku
dan membenarkan posisiku yang tadi tengkurap menjadi duduk lalu mengambil
handphoneku sekedar mengecek notifikasi.
“jangan menggangguku jika kau sudah selesai”
perintanhya yang masih fokus dengan laptopnya, aku hanya melirik sekilas dan
tersenyum. Saat aku sedang asyik melihat bbm dan whatsapp yang masuk, tiba-tiba
ada telepon masuk dari nomor yang tak ku kenal dan kode nomor tersebut bukan
berasal dari Indonesia, aku mengangkatnya segera.
‘hallo .. hai ! ini aku’ ujar suara dari sebrang sana.
“iya ini siapa?” ucapku ketika mendengar suara berat
yang tak asing di telingaku.
‘bagaimana kabarmu? Nanti sore kita bertemu di tempat
biasa .. dah’ sambungan terputus, aku menatap layar handphoneku bingung.
“hah .. aneh, ku rasa salah sambung” celotehku.
“siapa memang?” tanya alysa yang sedang menutup
laptopnya, ternyata ia telah selesai.
“kau sudah selesai?” tanyaku balik.
“hmm … hahh capek sekali, hei ! tadi itu siapa yang
meneleponmu?” tanyanya.
“ahh .. entah, mungkin salah sambung, tiba-tiba
telepon terus dia bilang ketemuan di tempat biasa. Hahh biarkan saja” aku
melempar handphoneku ke kasur, aku merebahkan tubuhku untuk sekedar
beristirahat sebentar setelah mengetik hampir satu hari. Alysa mengambil handphoneku
mungkin ia sedang mengeceknya.
“aku liat sebentar siapa tau penting atau dari
beasiswa itu” ia mengeceknya dengan serius namun tiba-tiba ia membulatkan
matanya “YA!” teriaknya, membuatku membuka mataku.
“kenapa si?”
“ini nomor dari beijing” ucapnya heboh sambil
memberikan handphone kepada ku. Aku segera bangun dan merebut dengan cepat dari
tangannya lalu aku melihat nomor itu lagi.
“kau yakin ? karena aku tak hafal kode setiap negara”
terangku.
“iya nadien, saat papahku pergi dinas ke beijing dia
pernah meneleponku dengan kode persis seperti itu, ya! bukankah papahmu juga
pernah di tugaskan ke bejing hah?”
“hmm .. papahku tidak pernah menghubungi kami selama
tugas di beijing waktu itu, karena aku dan mamah yang selalu menghubungi dari sini” terangku.
“ahh .. jinjja(sungguh)? gurae(baiklah) ..” ucapnya
yang tidak dapat ku mengerti.
“terus bagaiaman sekarang?” tanyaku bingung.
“kau ada kenalan di Beijing? atau ada seseorang yang
sedang kesana?”
“hmm .. ada, tapi mana mungkin itu terjadi” ucapku
putus asa.
“YA!” teriaknya lagi sambil menatapku sebal. “tidak
ada yang tidak mungkin, sudah kau bertemu saja dengannya siapa tau itu dia,
fighting” wajahnya langsung berubah senang, ia menyemangatiku seolah-olah ia
tau siapa yang akan datang.
“siapa tau itu kevin” celetuknya sambil mengumbar
senyuman selebar jari telunjuknya yang panjang. Aku lupa bahawa ia tahu sedikit
kisahku dengan pria berdarah keturunan Tionghoa.
“sudah ayo .. sekarang sudah sore, sekalian aku pulang
.. kajja” lanjutnya sambil menarik tanganku untuk keluar dari ranjang tempatku
beristirahat.
~~*~~
Aku berjalan menuju taman garden. Entah kenapa aku menuju tempat ini dimana dulu ini pernah menajadi tempat kami sering bersama, terlebih saat pagi hari, tanpa berjanjian kami sering bertemu di tempat ini dan berlari bersama, setelah itu kami membeli makanan di sekitar taman ini. Aku dan alysa telah sampai di taman garden, kami duduk di bangku yang kosong.
“yang mana orangnya?” tanyanya penasaran.
“aku juga tidak tahu” jawabku asal.
“mana mungkin kau tidak tahu, kau sangat mencintainya”
jelasnya membuatku menghela nafas.
“aku tidak yakin dia datang, sudah pulang yuk .. ku antar kau sampai ke halte bus” ajakku
sambil berdiri dan ingin pergi.
“YA! Jamkkanman (tunggu)” teriaknya yang membuatku
menoleh.
“sudah ayo .. apa ada yang tertinggal?”
“hmm iya .. kau hampir meninggalkannya” ucapnya sambil
menunjuk ke arah belakangku. Aku membalikkan badanku dan aku melihat apa yang
sesungguhnya inginku lihat sejak 3 tahun lalu, dia yang membuatku jatuh cinta
namun dia pula yang membuatku terluka. Apa dia telah kembali? Apa sungguh benar
dia? Apa aku bermimpi? Aku tercengang, mataku mulai berkaca.
“ni hao nadien” sapanya sambil melambaikan lima jari
tangannya ke arahku. Aku masih terdiam tak membalas ucapnnya, aku masih
menatapnya dalam menyakinkan diriku bahwa ini bukanlah mimpi. Ia tersenyum
padaku, senyuman itu. Senyuman miliknya yang ku rindukan, yang selalu hadir di
dalam mimpiku. Apa ini benar dirinya? Kevin Lau?.
“YA! Kenapa kau diam? Kau tak mau membalas sapaannya?”
bisik alysa yang di sebelahku.
“ahh ??” aku menggaruk kepala ku yang tidak terasa
gatal, aku tersenyum malu. Ia tersenyum melihatku yang salah tingkah.
“ni hao (halo)” balasku sambil menundukkan sedikit
kepalaku memberi salam.
“aishhh .. jeongmal yeoppo (sangat cantik) .. eh?
Maksudku tampan .. beruntungnya dirimu nadien .. tinggi, putih, tampan dan
memiliki postur tubuh yang ideal. Seandainya mas ridwan setampan dia, aku yakin
aku gak akan ngelirik cowok lain kecuali ada yang lebih tampan lagi darinya”
bisiknya sambil menatap kevin tidak berkedip. Mas ridwan adalah kekasih alysa.
“ehemm” alysa segera sadar dengan tindakannya setelah
aku berdeham.
“apa kabarmu? Maaf jika mengganggumu”
“tidak .. kabarku baik, bagaimana denganmu?” tanyaku
senang.
“sama sepertimu” ia tersenyum kepadaku.
“kapan kau kembali?”
“tadi pagi aku kembali”
“ohh ..”
“kau sekarang bisa berbicara mandarin? Kemajuan yang
bagus selama aku tidak ada disini” ucapnya senang.
“ahh tidak juga .. masih harus banyak belajar”
“ohh iya ada yang ingin aku sampaikan padamu” ucapnya
dan ada yang keluar dari belakang punggungnya. Seorang wanita keluar dari balik
punggungnya yang besar sehingga aku tidak menyadari keberadaan wanita itu, wanita
yang tak asing untukku, wanita 3 tahun yang lalu ku lihat keluar dari dalam
rumah kevin bersama dengannya, iya wanita itu. Kekasih kevin. Ada apa ini?
Kenapa ia memperkenalkan wanita itu di saat aku sangat rindu padanya, di saat
aku ingin menghabiskan waktu bersamanya, aku membulatkan mataku, alysa mungkin
menyadari sikapku yang seketika berubah.
“wo jiao ming zi Aini Lau (nama saya aini lau)” ia
memperkenalkan dirinya seraya tersenyum.
“salam kenal” lanjutnya.
“ini buat kamu, ku harap kamu hadir nadien” pintanya,
belum aku selesai dengan wanita yang ada di hadapanku, kevin memberikan sebuah
kertas yang di design dengan indah. Itu adalah undangan pernikahan, aku menatap
undangan itu dengar nanar, air mataku ingin pecah, namun ku putarkan bola
mataku agar air bening ini tidak pecah di depannya, aku berusaha kuat untuk
melihat kenyataan ini, bahwa kevin kembali ke Indonesia untuk menikah dengan
wanita yang ada di sampingnya, kembali bukan untukku namun untuknya. Betapa
bodohnya aku hingga tidak sampai berfikir ke arah sana dan mengingat posisiku
yang sesungguhnya. Perlahan tanganku menggapai undangan tersebut, aku menahan
getaran tanganku, berusaha mengontrol diriku. Dan aku berhasil meraih undangan
itu, menerima sebuah kertas yang tidak begitu tebal, namun menyakitkan. Aku
berusaha mengukir senyuman menyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja.
“nadien? Kau tak apa?” tegur alysa yang mungkin ia
menyadari sikapku.
“aku tidak apa” aku menarik nafas. “xie xie .. aku tidak
bisa janji untuk datang, aku pamit, ayo alysa” aku segera menarik tangan alysa
untuk pergi dari hadapan mereka.
“Ya! Ada apa denganmu?” teriaknya, saat kita berjalan
meninggalkan mereka.
“tidak apa tiba-tiba perutku sakit” aku berusaha
menahan air mataku agar tidak jatuh selama di perjalanan.
“pasti ada yang tidak baik, cepat katakan padaku”
paksanya dan menarik tanganku untuk berhenti, kami berhenti di bawah pohon
rindang yang sudah jauh dari taman garden. Aku mengalihkan pandanganku darinya,
berusaha menolak kontak matanya.
“hei nadien .. tatap mataku, ada apa denganmu? Jangan
seperti ini, bukankah seharusnya kau bahagia ia telah kembali ke Indonesia dan
menghubungimu setelah 3 tahun hah? Bukankah kau rindu padanya? Kenapa kau
seperti ini?” marahnya.
“sudah? Kau sudah selesai ? jika sudah aku mau pulang”
air mataku jatuh setetes membasahi pipiku.
“tidak seperti ini nadien” cegahnya.
“apanya yang tidak seperti ini hah? Lalu ini apa?
Bukankah ini sudah jelas? Jelas bagi kita, bukan tapi jelas bagi aku .. jelas
bagi ku untuk berhenti berkhayal, bermimpi dan menginginkannya, berhenti untuk
terus mencintainya, berhenti merindukannya dan berhenti mengusik hidupnya, kau
tau ? 3 tahun sudah aku menahan semua ini, menahan rasa rinduku dan cintaku untuknya,
dan menyingkirkan luka di hati ini, luka yang 3 tahun lau masih membekas. Kau
pikir aku tidak senang ia kembali ke Indonesia dan langsung menghubungiku
setelah kembalinya? Aku sangat senang melihatnya, karena aku dapat menghabiskan
waktu bersamanya lagi, namun dugaanku salah ia kembali bukan untukku melainkan
untuknya, wanita yang di sebelahnya dan ini ? bukankah ini semua sudah jelas
ALYSA?????” teriakku, aku menunjukkan undangan yang kevin berikan tadi pada
alysa. Aku menangis di hadapan temanku yang sesungguhnya sejak tadi ku tahan
karena aku tak ingin menunjukkan ke sakitan yang kurasa sekarang, namun semua
telah terjadi, alysa telah melihat keadaanku sekarang, alysa mengambil undangan
yang ada di tanganku setelah ia melihatnya ia menatapku dan ia menangis juga
melihatku lalu ia langsung memelukku. Alysa memelukku memberi ketenangan.
“sudah .. menangisalah sepuas hatimu, aku mengerti
nadien, namun kita harus pulang tidak baik kita berlama-lama di sini dalam
keadaanmu seperti ini, maafkan aku yang tidak memahamimu tadi” bisiknya di sela
pelukan kami, aku bersyukur jalanan sepi tidak ada akitifitas di sekitar sini
sehingga tidak ada yang melihat keadaanku yang rapuh ini, aku di antar alysa
pulang kerumah.
To Be Countinue …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar