Maaf banyak typo bertebaran ...
15 menit kemudian …
Aku sudah cukup lama menunggu aini tapi tak kunjung
datang, yang datang sejak tadi adalah pelayan yang mengantarkan makanan,
padahal aku tidak memesan apapun karena aku tak membawa duit, meja sudah terisi
penuh yang sejak tadi kosong, rasanya aku ingin pulang. Aku berdiri dari duduk
ku memutuskan untuk pulang. Namun saat aku ingin menarik pintu restoran ada
suara yang memanggil namaku, ku urungkan niatku keluar dari restoran ini dan
membalikkan badan dan melihat ke arah sumber suara itu. Sumber suara itu adalah
milik kevin, ia sedang berdiri di belakang kursi tempat aku duduk tadi. Ia
berpakaian rapih dengan balutan jas berwarna putih dan dasi berwarna biru
langit serta kedua tangannya yang ia masukan ke saku celananya. Ia terlihat tampan,
tapi untuk apa dia memakai itu? Ingin dinner dengan istrinya dan memperlihatkan
ke romantisan itu padaku? Hah .. betapa mualnya perutku ini jika harus melihat
itu semua.
“kau mau pergi?” tanya kevin.
“iya, lagi pula tidak ada yang aini katakan padaku dan
aku malah di tinggal olehnya” terangku.
“namun ada yang ingin aku katakana padamu” ucap kevin
serius.
“ya .. katakan saja, ku harap itu bukan kebohongan
lagi” jawabku malas.
“pertama aku ingin minta maaf padamu apa yang telah
aku lakukan itu membuat hatimu sakit, terluka dan sedih. Aku rindu dengan
senyumanmu dan lelucon yang kita buat bersama. Saat pertama bertemu denganmu di
perpustakaan, kau langsung menarik perhatianku dan selama berjalannya waktu aku
mulai menyukaimu hingga aku tak menyadari ternyata ada cinta unutkmu di hati
kecilku ini, saat kau pulang dari perpus aku ke tempat peminjaman berkas untuk
meminjam beberpa buku dan aku melihat namamu di sana lalu ku tanyakan pada
petugas ‘apa yang wanita ini jaminkan untuk meminjam buku dari sini?’ lalu
petugas itu menjawab ‘kartu mahasiswa’ di saat aku mendengar jawaban dari
petugas itu, aku segera mencerna obrolan kita waktu itu di ruang baca bahwa
kamu 3 hari lagi kau akan ikut ujian, jadi kuputuskan untuk mengambil kartu
mahasiswamu dan menggantinya dengan KTP ku, entah kenapa tanpa berpikir panjang
aku mengeluarkan KTP ku sebagai jaminannya dan saat hari ujian itu tiba aku
langsung ke kampusmu untuk memberikan NIM mu takut kamu tidak dapat mengikuti
ujian itu dengan baik, namun saat aku sampai di kampus, suasana kampus telah
sepi mungkin ujian telah di mulai, tidak ada lagi yang berkeliaran di luar
kelas, ku putuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang lalu aku melihatmu
sedang risau di sana, dugaanku benar kau tidak dapat masuk dan mengikuti ujian
dengan baik, saat aku sudah memberikan NIM kamu, hatiku terasa lega setelah aku
melihat senyuman dan semangatmu.” Kevin tersenyum sambil mengenang kejadian 3
tahun lalu.
“Saat kita pulang dari taman bermain dan seusai kamu
menerima telepon aku menyatakan perasaanku padamu, aku menunggu jawaban darimu
tapi ku rasa kau tidak mendengarnya, mungkin kamu gelisah pada saat itu setelah
menerima telepon dari mamahmu. Saat aku mengetahui diriku akan di kirim ke
beijing dengan waktu yang lama, aku tidak dapat berfikir, hatiku tidak menentu,
aku bingung antara dirimu dan perintah papah, namun aku berfikir jika aku tidak
menuruti perintah kedua orang tua dan suatu saat kau akan mengetahui tindakanku
yang salah itu pasti kau akan marah padaku, aku tak mau hal itu terjadi, jadi
ku putuskan untuk mengikuti perintah papah meneruskan bisnisnya dan melanjutkan
kuliahku di sana. Sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan keluargaku dan
dirimu, aku ingin terakhir kalinya mendengar suaramu, ingin aku menemuimu
terlebih dahulu namun menjelang kepergianku, aku tidak memiliki waktu luang,
jadi ku putuskan untuk meneleponmu ketika di bandara, pada saat itu aku
menyatakan lagi perasaanku padamu tapi sepertinya kau tidak mengetahuinya, aku
mendengar suaramu bergetar menahan tangis, aku membuatmu terluka lagi itu
membuatku ikut terluka. Dan waktu itu tiba, aku harus pergi meninggalkan
Indonesia dan dirimu, selama di beijing aku selalu menanyakan dirimu melalui
aini adikku, aini adalah adikku, kamu jangan salah paham dengan kedekatan aku
dan aini, aku dan aini adalah saudara kandung. Aku menanyakan kabarmu melalui
aini, bagaimana hari-harimu, bagaimana kondisimu dan banyak lagi yang ku
tanyakan tentang dirimu melalui aini. Banyak yang ku rencanakan bersamamu dan
ku ceritakan melalui aini, dia banyak memberiku saran yang baik, dia bilang
kamu adalah wanita yang baik untuk menjadi teman hidupku. Aku hanya tersenyum
mendengar itu. 3 tahun sudah aku di beijing dan aku senang ketika kembali ke
Indonesia untuk bertemu dneganmu, namun saat aku bertemu denganmu dan melihat
dirimu yang begitu terluka setelah pertemuan kita di taman garden, aku membuat
kesalah pahaman yang membuat hatimu terpukul, aku mendengar semua isi hatimu
selama ini, aku melihat kamu menangis, sungguh aku tak tahan melihatnya, ingin
aku menghampirimu namun aini mencegahku untuk membiarkan kamu memiliki waktu
sendiri dan memilih waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya dan kejadian di
bandara, aku menyusulmu tapi pesawatmu telah terbang saat itu aku telah di
sadarkan oleh tindakanmu, bahwa aku tidak akan melepaskan dirimu lagi dari
genggamanku, aku tak ingin menambah luka lebih dalam di hatimu dan aku ingin
menciptakan kebersamaan lebih indah dan lebih lama bersamamu, aku ingin melihat
kamu tersenyum bahagia dan soal undangan, kamu bisa baca dengan jelas” lanjut
kevin membuat ku tak percaya, aku hampir jatuh namun alysa datang dari belakang
punggung kevin dan menghampiriku untuk menolongku dan dengan membawa undangan
yang telah lewat tanggal pesta pernikahannya.
“kau tak apa?” ucap alysa panik.
“aku baik-baik saja, kenapa kamu disini?” tanyaku
heran.
“maaf aku membantu kevin mempersiapkan ini semua,
jujur aku ingin kamu mengakhiri luka di hatimu dan hidup dengan bahagia” terang
alysa. Aku di bantu alysa berdiri dan aku membaca dengan teliti isi undangan
itu.
“bagaiamana nadien? Kamu percaya pada kami terutama
kakak ku?” ucap aini yang telah di samping kevin.
“maaf tadi meninggalkanmu cukup lama dan maaf tidak
segera mengklairifikasinya saat itu dan tidak memberikan undangan itu secara
langsung dariku” sesal aini, aku telah selesai membacanya dan benar nama yang
tertera disini adalah nama aini dan suaminya kini, nama suami aini mirip dengan
nama kakaknya.
‘Kevin Ardiansyah dan Aini Lau’ nama itulah yang
tertera di undangan yang ku pegang sekarang, aku telah salah paham dengan semua
ini dan aku juga tidak menyadari perasaan kevin terhadapku.
“kamu percaya padaku nadien?” tanya kevin. Aku
langsung mengalihkan pandanganku ke kevin. Alysa mengambil undangan itu dari
tanganku.
“aku tidak tahu” jawabku dengan perasaan tidak
menentu.
“ini nadien, apa ini sudah jelas?” kevin menunjukkan
lima jari tangan kanannya yang mengambang di udara, lebih tepat menunjukkan
jari kevin, aini dan pria di samping aini yang kemungkinan itu adalah suaminya,
menunjukkan perbedaan di jari mereka terhadapku. Aini telah mengenakan cincin
emas yang di ukir indah terselip di jari manisnya begitupun dengan pria di
sebelah kirinya, sedangkan tangan kevin masih polos tidak ada yang menghiasi
jari tangannya. Mereka menurunkan tangannya.
“aku menunggu kamu yang memasukkan benda itu melingkar
indah di jari manisku” terangnya seraya tersenyum, membuat aku membulatkan
mataku, tak percaya. Ia memetik jari tangan kanannya di udara memberi simbol
pada mereka yang ada di belakang kevin. Tak lama terbang satu persatu balon
berwana biru muda dan putih dengan tulisan perkata di spanduk itu yang di ikat
di balon ‘WILL’ ‘YOU’ MARRY’ ‘ME’ ‘?’ . tulisan itu lah yang terbang bersama
balon, hingga balon itu tidak dapat terbang lebih jauh karena terhalang atap
restoran, aku dapat melihat itu semua dengan jelas. Aku membekab mulutku tidak
percaya, aku tidak bisa berkata-kata dengan apa yang ku lihat. Kevin melangkah
maju mendekatiku dengan anggunnya. Akhirnya air mataku pecah melihat ini semua.
‘apa ini yang dia rencanakan selama ini?’ batinku,
kini kevin sudah tepat di hadapanku, dengan mengukir senyuman. Ia mengambil
tanganku yang ku gunakan untuk menutup mulutku sejak tadi. Dia menghapus air
mataku, aku tersenyum melihatnyanya bercampur air mata yang jatuh ke pipiku.
Aku menoleh ke alysa yang sejak tadi setia di sampingku.
“so sweet .. aku tak bisa menahan ini, maafkan aku
nadien. Dia begitu manis memperlakukanmu, kenapa mas ridwan tidak pernah
melakukan itu padaku” gumamnya sambil menghapus air matanya, alysa ikut
menangis terharu seperti ku. Aku dan kevin tersenyum mendengar celotehan alysa
barusan, aku melihat ke belakang kevin ada siapa saja di sana, yang sukses
membuat semua ini begitu terlihat indah, ternyata teman-teman kevin, aini,ardi
(panggilan suami aini) dan alysa teman baikku. Aku kembali menatapnya.
“Nadien .. Will You Marry Me?” ucap kevin dengan
serius sambil menunjukkan sebuah cincin manis kepadaku. Aku tersenyum tak
percaya. Suara di belakang kevin bersorak sorai dengan bermacam perkataan.
“terima-terima”
“genggam dong tangannya gak seru ah” saut yang lain,
kevin memang sejak tadi tidak menggenggam tanganku entah kenapa, mungkin ilmu
agamanya telah bertambah, aku berharap begitu.
‘nadien ayo terimaaaa ..’ teriak aini yang
sesungguhnya ia lebih tua 2 tahun dariku.
‘iya nadien, terimalah .. aku ingin kamu bahagia, ayo
ambil dan terimalah kebahagian yang sudah di depan matamu’ pinta alysa. Aku
meliriknya, alysa menganggukan kepalanya.
Aku menatap matanya tajam dan ku julurkan tangan
kananku ke padanya.
“shi .. wo yao (yes .. I do)” kevin tersenyum dan
segera memakaikan cincin yang sejak tadi menunggu jawaban dariku.
“peluk dong ..” teriak temannya yang di belakang.
“belum halal, lebih enak pacaran setelah menikah,
seorang wanita memberi tahuku soal itu dna aku masih mengingatnya” jawab kevin
kepada temannya, temannya hanya bersiul bangga dan senang. Aku hanya tersenyum
mendengarnya yang ternyata ia menangkap ucapanku malam itu.
“nadien .. selamat yaa .. aku senang kamu bisa bersatu
bersama kakakku, maaf atas kesalah pahaman yang aku buat” aini memberi selamat
kepadaku dan ada rasa menyesal dari dirinya lalu memelukku.
“nah gitu dong .. sama kaka ipar harus akur” goda
alysa, aku dan aini hanya tersenyum di sela pelukan kami dan tak lama kami
melepaskan pelukan.
Malam ini benar-benar indah, aku sungguh sangat
menikmati malam ini, bukan!. Aku dan kevin sangat menikmati malam ini, aku
menjadi wanita paling bahagia malam ini walau aku di lamar olehnya dengan pakaian
tidur namun tidak masalah, karena inti dari acara ini adalah aku menolak atau
menerimanya atas lamaran dari kevin.
~~*~~
Aku berjalan menuju taman bersama dengannya, tidak
dapat ku bayangkan bisa berjalan bersama dengannya kembali. Aku mengukir senyum
di wajahku, senang, bahagia, itulah yang ku rasakan sekarang. Aku membuntuti
langkahnya yang semakin mendekati tempat tujuan kami, kami telah sampai di
taman. Kami mencari tempat duduk yang kosong dan akhirnya kami duduk di bawah 2
buah lampu taman yang bersinar terang. Suasana malam ini cukup bersahabat untuk
kami lewati bersama dan angin malam yang sejuk sedang berdansa bersama
daun-daun rindang yang ada di taman ini, angin yang berhembus tidak terlalu
besar namun masih tetap menciptakan kenyamanan bagi kami yang hadir di taman
ini.
“betapa bahagianya mereka memiliki seseorang yang di
cintainya berada di samping mereka.” kevin menatap lurus memandangi orang-orang
yang hadir di taman ini.
“karena mereka mengejar apa yang suara hati mereka
bilang, bukan kah sebuah insting tidak akan pernah salah? Begitu pula dengan
cinta, cinta tidak akan pernah salah selama cinta itu jatuh di tempat yang
tepat.” Aku tersenyum memandang mereka yang sedang asyik dengan aktifitas
mereka bersama keluarga, teman, kekasih dan saudara mereka.
“nadien?”
“iya” aku menoleh, ia berdiri di hadapanku dan menarik
tangan kananku dengan lembut, membuat aku berdiri di hadapannya. Ia menatapku
lekat seperti ada yang ingin ia lakukan dan katakan kepadaku tapi aku tidak
tahu apa itu.
“apa kamu tahu? Betapa tersiksanya aku ingin
memilikimu hm?” ucapnya menatap mataku tajam sambil tangannya meraih pipiku
agar aku menatapnya.
“lebih tersiksa mana aku atau kamu hah?” omelku.
Ia tersenyum “kau tahu? Aku ingin memilikimu sejak
lama, aku ingin memelukmu, menciummu, melindungimu dan mencintaimu .. namun
kamu selalu menghindar dariku seperti kamu tidak perduli terhadapku”
“bukankah kau yang menghindar dariku hah? Kau
merangkulnya, memeluknya dan aku melihat itu semua. Bukan kah itu sudah jelas
untuk aku bersikap sewajarnya?” celotehku sebal. Ia tersenyum lalu menurunkan
kedua tangannya dari wajahku.
Lagi-lagi ia tersenyum mendengar celotehanku. Hahhh ..
kenapa selalu seperti ini sikapnya jika aku sedang kesal? Entahlah .. yang
pasti senyuman itu membuatku teduh, membuat emosiku yang bergejolak seketika
reda, tidak ingin marah lebih lama padanya.
“kau salah paham waktu itu, bukan kah kamu sudah tau
siapa wanita itu sekarang hm?” jelasnya dengan kelembutan.
‘ahhh .. kenapa dia seperti ini, jujur aku ingin marah
padanya namun sikapnya ini melumpuhkan tindakanku, rasanya ingin aku memukul
dadanya’ teriak batinku.
“hahhhh ..” aku menghela nafas dengan kasar.
“jadi hanya deru nafas jawabanmu?”
“lalu aku harus jawab apa?” kesalku dan dia tersenyum
lagi.
“singkirkan senyuman itu” lanjutku sebal.
“kenapa? Kenapa aku harus menyingkirkan senyuman manis
ku ini hm?” tanyanya heran.
“hmmm .. hmmm ..” aku bingung harus menjawab apa.
“apa?” ia tersenyum lagi kepadaku, senyuman jail lebih
tepatnya.
“ahh .. kenapa senyuman itu yang selalu kamu andalkan
saat aku sedang kesal padamu hah? Kamu tahu? Itu membuatku jengkel karena aku
harus menahan emosiku” protesku.
Ia tertawa ringan “jadi sekarang kamu sedang kesal
kepadaku ? tapi karena senyuman yang ku buat, kamu tidak bisa kesal atau
melampiaskan kemarahanmu terhadapku iya?”
“hmmm ..” jawabku bete.
“hahaha …” ia tertawa ringan.
“tertawalah sepuasmu”
“kau lucu jika seperti ini, hal seperti ini juga yang
ku rindukan darimu” ucapnya di sela tertawa.
“hhmmm…” jawabku malas.
“bagaimana denganmu?”
“apa?”
“bukankah aku sudah mengutarakan semuanya? Lalu
bagaimana denganmu hm?”
“hmmm ..” aku menatapnya dalam.
“banyak hal yang ingin aku lakukan denganmu, namun
banyak hal juga yang harus aku terima bersama luka dan rasa sakit yang terus
bertambah, sampai aku merasa lelah dengan semua ini, hingga pada akhirnya aku
putuskan untuk mengambil beasiswa itu, aku ingin melupakan semuanya.”
“kau ingin melupakanku ? tega sekali dirimu!” ucapnya
dengan rasa kecewa.
“lebih kecewa mana aku atau kamu? Dengan terpaksa aku
harus melihat itu semua dan menerima kenyataan yang bukan keinginanku” ucapku
kecewa dengan kepala sedikit ku tundukkan tak mampu aku menatap matanya saat
ini. Tangan kanannya meraih dagu mungilku dan mengangkat wajahku untuk menatap
matanya. Matanya terlihat sendu dan penuh pertanyaan.
‘apa sesakit itu kah?’ batin kevin.
Ia menarik tangan kananku dan mendaratkan tubuhku di
dalam pelukannya. Aku membulatkan mataku terkejut dengan tindakannya di depan
umum. Namun aku mendengar suara jantungnya yang berdetak dengan kencang, aku
menghirup aroma tubuhnya yang tercampur parfum maskulin miliknya. Aku tersenyum
di dalam pelukannya, sekarang aku tidak peduli dengan pandangan orang yang
melihat kelakuan kita. Aku ingin menikmati momen ini lebih lama, aku membalas
pelukannya. Aku menutup mataku merasakan kehangatan yang ia berikan. Yang
kupikir selama ini dia mencintai wanita lain ternyata ia menyimpan cinta yang
besar terhadapku di balik kesalah pahaman di antara kami. Aku merasakan ia
melonggarkan pelukannya, aku menjauhkan tubuhku darinya. Ia menatapku dan
meraih kedua tanganku. Aku tersenyum membalas senyuman manisnya.
“sejak pertama pertemuan kita, sekarang dan sampai
maut memisahkan kita, aku merasa dan yakin kamu adalah tulang rusukku yang
hilang, jadi jagan pernah pergi dan menjauh dariku, aku membutuhkanmu untuk
melengkapiku dan melalui hari di sisa hidupku, kita bangun kebahagian bersama,
membangun keluarga yang harmonis bersama anak kita kelak” terangnya yang
membuat hatiku ter’enyuh dan aku tersenyum kepadanya.
“ayo kita pulang” ajakku melihat jam di tangannya suda
menunjukkan pukul 21.00, ia melepaskan genggaman dariku dan melirik jam di
tangannya.
“yasudah , aku antar pulang” kami keluar dari taman
dan pulang, tapi sebelum itu ia mengantarku pulang sampai rumah.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di
rumahku, karena kami pergi ke taman di dekat rumahku, bukan ke taman garden.
Kami sampai di depan rumahku, namun aku merasakan hal aneh tapi aku tidak dapat
memastikan hal aneh yang aku rasakan.
“kau tidak masuk?” tegurnya saat kami sudah tiba di
depan rumah yang cukup besar yang terlindungi oleh pagar hitam dan ada sedikit
corak bunga.
“aku merasakan hal aneh, apa kamu merasakannya?”
“aneh?” ia berfikir sejenak dan mencerna maksud dari
ucapanku. Tanpa berjanjian kami menoleh bersama dan tertawa. Kami lupa dan baru
teringat bahwa sekarang aku tidak lagi tinggal di rumah mamahku. Kami sudah
menikah 3 bulan yang lalu dan kami sudah memiliki rumah sendiri, rumah masa
depan yang akan kami bangun bersama.
“aku lupa” ucap kevin seraya tertawa.
“aku juga” timpalku seraya tertawa ringan.
“ayo kita pulang, kita bobo cantik dan tampan” ia
merangkulku, aku memeluk pinggangnya dari samping dan kami pulang kerumah kami
sendiri.
~~*~~
15 Oktober 2017
Beijing, China.
The Great Wall
The Great Wall
Hembusan angin yang kencang membuat rambutku terus
menari dengan indah, pemandangan indah yang terlihat jelas dari atas tembok
besar yang masuk dalam keajaiban dunia. Aku berjalan terus mendaki untuk
mendapatkan view yang lebih indah, aku menaiki anak tangga yang jaraknya
besar-besar, tangan kevin tidak pernah lepas dari tanganku sejak kita berangkat
dari rumah paman kevin. Aku tidak dapat membayangkan bisa ke tempat indah ini,
yang tadinya hanya dapat ku lihat dari mesin pencarian, youtube dan film yang
mengambil pemandangan di tempat ini. Terlalu sibuknya rutinitasku menjadi
pembisnis dan mengajar di sebuah lembaga bahasa asing, begitulah rutinitasku
setelah selesai menggelar S1 ku dan sekarang tugasku bertambah yaitu menjadi
seorang istri yang baik untuk suamiku. Dia yang sekarang menjadi suamiku
ternyata pembisnis yang hebat, setelah kami menikah, dia banyak mengajarkanku
banyak hal tentang cara berbisnis, aku tidak menduga dia secerdas dan sehebat
ini. Menjadi pembisnis dan pengusaha, baginya tidaklah mudah, banyak waktu yang
harus di bagi, beberapa kali ia harus pergi keluar kota dan bahkan keluar
negeri untuk mengecek bisnisnya dan perusahaannya. Tak di pungkiri aku suka di
tinggal olehnya untuk beberapa hari namun terkadang aku suka ikut dengannya
jika aku memiliki waktu kosong, tapi dengan kesibukan dia yang luar biasa bukan
berarti dia meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang suami, sebisa
mungkin dia menyediakan waktu untuk istrinya. Betapa bahagianya diriku saat
ini. Aku berharap dan selalu berdoa yang terbaik bagi hubungan kami sekarang
dan kedepannya. Dan sekarang aku senang sekali bisa pergi ke tempat indah ini
bersama suamiku kevin.
“sayang …” ia menarikku kepinggir untuk menikmati
pemandangan.
“iya ..” aku tersenyum padanya.
“kau tahu ? di saat aku ke sini 3 tahun yang lalu, aku
berharap dan berdoa kepada tuhan”
“apa itu?” tanyaku penasaran.
“aku berdoa, suatu saat nanti ketika aku kembali ke
sini, aku tidak lagi sendiri melainkan dengan istriku” terangnya yang membuatku
tersenyum mentapnya dari samping.
“lalu kamu berharap apa lagi?”
“aku berdoa kamulah yang menjadi istriku dan
Alhamdulillah tuhan mengabulkannya” ia membalikkan tubuhku untuk menghadapnya.
“semoga tuhan selalu menjaga hati ini, kita selalu
dalam lindungannya, dalam kasih sayangnya dan dalam pertolongannya. Semoga kita
terus saling mencintai hingga di surganya allah” ucapku sambil mengabsen setiap
likuk di wajahnya hingga tanganku berhenti di dadanya, aku tersenyum
menatapnya, dia lalu memelukku. Udara di sini cukup dingin mungkin sebentar
lagi akan berganti musim atau karena kami sedang di atas bukit yang di bentuk
menjadi tembok indah yang menghasilkan cinta begitu besar, yang pasti cintaku
tidak berakhir seperti fanxilang dan mengjiangnu, namun cinta mereka tidak
kalah besarnya dengan cinta aku dengan kevin.
“Apapun yang terjadi nikmati hidup ini. Hapus air mata
berikan senyummu. Kadang senyum terindah datang setelah ari mata yang penuh
luka.” – Nadien.
“Di genggam se’erat apapun jika dia bukan milikmu dia
akan terlepas juga, jangan di genggam terlalu kuat, longgarkan genggaman itu
agar dia bisa menetapkan hatinya akan berlabuh pada siapa yang di cintainya,
jika dia jodohmu dia akan tetap dalam genggamanmu.” – Kevin
“yakin membuat segalanya jadi mungkin, cinta membuat
segalanya jadi indah. Cinta memang suka
datang terlambat namun cinta tidak akan pernah salah” – Nadien & Kevin.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar