Selasa, 17 November 2015

Cinta di Balik Tembok China (The Return of Love) - Part 5

Selamat Membaca ...



Maaf banyak typo bertebaran ...






15 menit kemudian …


Aku sudah cukup lama menunggu aini tapi tak kunjung datang, yang datang sejak tadi adalah pelayan yang mengantarkan makanan, padahal aku tidak memesan apapun karena aku tak membawa duit, meja sudah terisi penuh yang sejak tadi kosong, rasanya aku ingin pulang. Aku berdiri dari duduk ku memutuskan untuk pulang. Namun saat aku ingin menarik pintu restoran ada suara yang memanggil namaku, ku urungkan niatku keluar dari restoran ini dan membalikkan badan dan melihat ke arah sumber suara itu. Sumber suara itu adalah milik kevin, ia sedang berdiri di belakang kursi tempat aku duduk tadi. Ia berpakaian rapih dengan balutan jas berwarna putih dan dasi berwarna biru langit serta kedua tangannya yang ia masukan ke saku celananya. Ia terlihat tampan, tapi untuk apa dia memakai itu? Ingin dinner dengan istrinya dan memperlihatkan ke romantisan itu padaku? Hah .. betapa mualnya perutku ini jika harus melihat itu semua.

“kau mau pergi?” tanya kevin.

“iya, lagi pula tidak ada yang aini katakan padaku dan aku malah di tinggal olehnya” terangku.

“namun ada yang ingin aku katakana padamu” ucap kevin serius.

“ya .. katakan saja, ku harap itu bukan kebohongan lagi” jawabku malas.

“pertama aku ingin minta maaf padamu apa yang telah aku lakukan itu membuat hatimu sakit, terluka dan sedih. Aku rindu dengan senyumanmu dan lelucon yang kita buat bersama. Saat pertama bertemu denganmu di perpustakaan, kau langsung menarik perhatianku dan selama berjalannya waktu aku mulai menyukaimu hingga aku tak menyadari ternyata ada cinta unutkmu di hati kecilku ini, saat kau pulang dari perpus aku ke tempat peminjaman berkas untuk meminjam beberpa buku dan aku melihat namamu di sana lalu ku tanyakan pada petugas ‘apa yang wanita ini jaminkan untuk meminjam buku dari sini?’ lalu petugas itu menjawab ‘kartu mahasiswa’ di saat aku mendengar jawaban dari petugas itu, aku segera mencerna obrolan kita waktu itu di ruang baca bahwa kamu 3 hari lagi kau akan ikut ujian, jadi kuputuskan untuk mengambil kartu mahasiswamu dan menggantinya dengan KTP ku, entah kenapa tanpa berpikir panjang aku mengeluarkan KTP ku sebagai jaminannya dan saat hari ujian itu tiba aku langsung ke kampusmu untuk memberikan NIM mu takut kamu tidak dapat mengikuti ujian itu dengan baik, namun saat aku sampai di kampus, suasana kampus telah sepi mungkin ujian telah di mulai, tidak ada lagi yang berkeliaran di luar kelas, ku putuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang lalu aku melihatmu sedang risau di sana, dugaanku benar kau tidak dapat masuk dan mengikuti ujian dengan baik, saat aku sudah memberikan NIM kamu, hatiku terasa lega setelah aku melihat senyuman dan semangatmu.” Kevin tersenyum sambil mengenang kejadian 3 tahun lalu.

“Saat kita pulang dari taman bermain dan seusai kamu menerima telepon aku menyatakan perasaanku padamu, aku menunggu jawaban darimu tapi ku rasa kau tidak mendengarnya, mungkin kamu gelisah pada saat itu setelah menerima telepon dari mamahmu. Saat aku mengetahui diriku akan di kirim ke beijing dengan waktu yang lama, aku tidak dapat berfikir, hatiku tidak menentu, aku bingung antara dirimu dan perintah papah, namun aku berfikir jika aku tidak menuruti perintah kedua orang tua dan suatu saat kau akan mengetahui tindakanku yang salah itu pasti kau akan marah padaku, aku tak mau hal itu terjadi, jadi ku putuskan untuk mengikuti perintah papah meneruskan bisnisnya dan melanjutkan kuliahku di sana. Sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan keluargaku dan dirimu, aku ingin terakhir kalinya mendengar suaramu, ingin aku menemuimu terlebih dahulu namun menjelang kepergianku, aku tidak memiliki waktu luang, jadi ku putuskan untuk meneleponmu ketika di bandara, pada saat itu aku menyatakan lagi perasaanku padamu tapi sepertinya kau tidak mengetahuinya, aku mendengar suaramu bergetar menahan tangis, aku membuatmu terluka lagi itu membuatku ikut terluka. Dan waktu itu tiba, aku harus pergi meninggalkan Indonesia dan dirimu, selama di beijing aku selalu menanyakan dirimu melalui aini adikku, aini adalah adikku, kamu jangan salah paham dengan kedekatan aku dan aini, aku dan aini adalah saudara kandung. Aku menanyakan kabarmu melalui aini, bagaimana hari-harimu, bagaimana kondisimu dan banyak lagi yang ku tanyakan tentang dirimu melalui aini. Banyak yang ku rencanakan bersamamu dan ku ceritakan melalui aini, dia banyak memberiku saran yang baik, dia bilang kamu adalah wanita yang baik untuk menjadi teman hidupku. Aku hanya tersenyum mendengar itu. 3 tahun sudah aku di beijing dan aku senang ketika kembali ke Indonesia untuk bertemu dneganmu, namun saat aku bertemu denganmu dan melihat dirimu yang begitu terluka setelah pertemuan kita di taman garden, aku membuat kesalah pahaman yang membuat hatimu terpukul, aku mendengar semua isi hatimu selama ini, aku melihat kamu menangis, sungguh aku tak tahan melihatnya, ingin aku menghampirimu namun aini mencegahku untuk membiarkan kamu memiliki waktu sendiri dan memilih waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya dan kejadian di bandara, aku menyusulmu tapi pesawatmu telah terbang saat itu aku telah di sadarkan oleh tindakanmu, bahwa aku tidak akan melepaskan dirimu lagi dari genggamanku, aku tak ingin menambah luka lebih dalam di hatimu dan aku ingin menciptakan kebersamaan lebih indah dan lebih lama bersamamu, aku ingin melihat kamu tersenyum bahagia dan soal undangan, kamu bisa baca dengan jelas” lanjut kevin membuat ku tak percaya, aku hampir jatuh namun alysa datang dari belakang punggung kevin dan menghampiriku untuk menolongku dan dengan membawa undangan yang telah lewat tanggal pesta pernikahannya.

“kau tak apa?” ucap alysa panik.

“aku baik-baik saja, kenapa kamu disini?” tanyaku heran.

“maaf aku membantu kevin mempersiapkan ini semua, jujur aku ingin kamu mengakhiri luka di hatimu dan hidup dengan bahagia” terang alysa. Aku di bantu alysa berdiri dan aku membaca dengan teliti isi undangan itu.

“bagaiamana nadien? Kamu percaya pada kami terutama kakak ku?” ucap aini yang telah di samping kevin.

“maaf tadi meninggalkanmu cukup lama dan maaf tidak segera mengklairifikasinya saat itu dan tidak memberikan undangan itu secara langsung dariku” sesal aini, aku telah selesai membacanya dan benar nama yang tertera disini adalah nama aini dan suaminya kini, nama suami aini mirip dengan nama kakaknya.

‘Kevin Ardiansyah dan Aini Lau’ nama itulah yang tertera di undangan yang ku pegang sekarang, aku telah salah paham dengan semua ini dan aku juga tidak menyadari perasaan kevin terhadapku.

“kamu percaya padaku nadien?” tanya kevin. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke kevin. Alysa mengambil undangan itu dari tanganku.

“aku tidak tahu” jawabku dengan perasaan tidak menentu.

“ini nadien, apa ini sudah jelas?” kevin menunjukkan lima jari tangan kanannya yang mengambang di udara, lebih tepat menunjukkan jari kevin, aini dan pria di samping aini yang kemungkinan itu adalah suaminya, menunjukkan perbedaan di jari mereka terhadapku. Aini telah mengenakan cincin emas yang di ukir indah terselip di jari manisnya begitupun dengan pria di sebelah kirinya, sedangkan tangan kevin masih polos tidak ada yang menghiasi jari tangannya. Mereka menurunkan tangannya.

“aku menunggu kamu yang memasukkan benda itu melingkar indah di jari manisku” terangnya seraya tersenyum, membuat aku membulatkan mataku, tak percaya. Ia memetik jari tangan kanannya di udara memberi simbol pada mereka yang ada di belakang kevin. Tak lama terbang satu persatu balon berwana biru muda dan putih dengan tulisan perkata di spanduk itu yang di ikat di balon ‘WILL’ ‘YOU’ MARRY’ ‘ME’ ‘?’ . tulisan itu lah yang terbang bersama balon, hingga balon itu tidak dapat terbang lebih jauh karena terhalang atap restoran, aku dapat melihat itu semua dengan jelas. Aku membekab mulutku tidak percaya, aku tidak bisa berkata-kata dengan apa yang ku lihat. Kevin melangkah maju mendekatiku dengan anggunnya. Akhirnya air mataku pecah melihat ini semua.

‘apa ini yang dia rencanakan selama ini?’ batinku, kini kevin sudah tepat di hadapanku, dengan mengukir senyuman. Ia mengambil tanganku yang ku gunakan untuk menutup mulutku sejak tadi. Dia menghapus air mataku, aku tersenyum melihatnyanya bercampur air mata yang jatuh ke pipiku. Aku menoleh ke alysa yang sejak tadi setia di sampingku.

“so sweet .. aku tak bisa menahan ini, maafkan aku nadien. Dia begitu manis memperlakukanmu, kenapa mas ridwan tidak pernah melakukan itu padaku” gumamnya sambil menghapus air matanya, alysa ikut menangis terharu seperti ku. Aku dan kevin tersenyum mendengar celotehan alysa barusan, aku melihat ke belakang kevin ada siapa saja di sana, yang sukses membuat semua ini begitu terlihat indah, ternyata teman-teman kevin, aini,ardi (panggilan suami aini) dan alysa teman baikku. Aku kembali menatapnya.

“Nadien .. Will You Marry Me?” ucap kevin dengan serius sambil menunjukkan sebuah cincin manis kepadaku. Aku tersenyum tak percaya. Suara di belakang kevin bersorak sorai dengan bermacam perkataan.

“terima-terima”

“genggam dong tangannya gak seru ah” saut yang lain, kevin memang sejak tadi tidak menggenggam tanganku entah kenapa, mungkin ilmu agamanya telah bertambah, aku berharap begitu.

‘nadien ayo terimaaaa ..’ teriak aini yang sesungguhnya ia lebih tua 2 tahun dariku.

‘iya nadien, terimalah .. aku ingin kamu bahagia, ayo ambil dan terimalah kebahagian yang sudah di depan matamu’ pinta alysa. Aku meliriknya, alysa menganggukan kepalanya.

Aku menatap matanya tajam dan ku julurkan tangan kananku ke padanya.

“shi .. wo yao (yes .. I do)” kevin tersenyum dan segera memakaikan cincin yang sejak tadi menunggu jawaban dariku.

“peluk dong ..” teriak temannya yang di belakang.

“belum halal, lebih enak pacaran setelah menikah, seorang wanita memberi tahuku soal itu dna aku masih mengingatnya” jawab kevin kepada temannya, temannya hanya bersiul bangga dan senang. Aku hanya tersenyum mendengarnya yang ternyata ia menangkap ucapanku malam itu.

“nadien .. selamat yaa .. aku senang kamu bisa bersatu bersama kakakku, maaf atas kesalah pahaman yang aku buat” aini memberi selamat kepadaku dan ada rasa menyesal dari dirinya lalu memelukku.

“nah gitu dong .. sama kaka ipar harus akur” goda alysa, aku dan aini hanya tersenyum di sela pelukan kami dan tak lama kami melepaskan pelukan.

Malam ini benar-benar indah, aku sungguh sangat menikmati malam ini, bukan!. Aku dan kevin sangat menikmati malam ini, aku menjadi wanita paling bahagia malam ini walau aku di lamar olehnya dengan pakaian tidur namun tidak masalah, karena inti dari acara ini adalah aku menolak atau menerimanya atas lamaran dari kevin.


~~*~~


Aku berjalan menuju taman bersama dengannya, tidak dapat ku bayangkan bisa berjalan bersama dengannya kembali. Aku mengukir senyum di wajahku, senang, bahagia, itulah yang ku rasakan sekarang. Aku membuntuti langkahnya yang semakin mendekati tempat tujuan kami, kami telah sampai di taman. Kami mencari tempat duduk yang kosong dan akhirnya kami duduk di bawah 2 buah lampu taman yang bersinar terang. Suasana malam ini cukup bersahabat untuk kami lewati bersama dan angin malam yang sejuk sedang berdansa bersama daun-daun rindang yang ada di taman ini, angin yang berhembus tidak terlalu besar namun masih tetap menciptakan kenyamanan bagi kami yang hadir di taman ini.

“betapa bahagianya mereka memiliki seseorang yang di cintainya berada di samping mereka.” kevin menatap lurus memandangi orang-orang yang hadir di taman ini.

“karena mereka mengejar apa yang suara hati mereka bilang, bukan kah sebuah insting tidak akan pernah salah? Begitu pula dengan cinta, cinta tidak akan pernah salah selama cinta itu jatuh di tempat yang tepat.” Aku tersenyum memandang mereka yang sedang asyik dengan aktifitas mereka bersama keluarga, teman, kekasih dan saudara mereka.

“nadien?”

“iya” aku menoleh, ia berdiri di hadapanku dan menarik tangan kananku dengan lembut, membuat aku berdiri di hadapannya. Ia menatapku lekat seperti ada yang ingin ia lakukan dan katakan kepadaku tapi aku tidak tahu apa itu.

“apa kamu tahu? Betapa tersiksanya aku ingin memilikimu hm?” ucapnya menatap mataku tajam sambil tangannya meraih pipiku agar aku menatapnya.

“lebih tersiksa mana aku atau kamu hah?” omelku.

Ia tersenyum “kau tahu? Aku ingin memilikimu sejak lama, aku ingin memelukmu, menciummu, melindungimu dan mencintaimu .. namun kamu selalu menghindar dariku seperti kamu tidak perduli terhadapku”

“bukankah kau yang menghindar dariku hah? Kau merangkulnya, memeluknya dan aku melihat itu semua. Bukan kah itu sudah jelas untuk aku bersikap sewajarnya?” celotehku sebal. Ia tersenyum lalu menurunkan kedua tangannya dari wajahku.

Lagi-lagi ia tersenyum mendengar celotehanku. Hahhh .. kenapa selalu seperti ini sikapnya jika aku sedang kesal? Entahlah .. yang pasti senyuman itu membuatku teduh, membuat emosiku yang bergejolak seketika reda, tidak ingin marah lebih lama padanya.

“kau salah paham waktu itu, bukan kah kamu sudah tau siapa wanita itu sekarang hm?” jelasnya dengan kelembutan.

‘ahhh .. kenapa dia seperti ini, jujur aku ingin marah padanya namun sikapnya ini melumpuhkan tindakanku, rasanya ingin aku memukul dadanya’ teriak batinku.

“hahhhh ..” aku menghela nafas dengan kasar.

“jadi hanya deru nafas jawabanmu?”

“lalu aku harus jawab apa?” kesalku dan dia tersenyum lagi.

“singkirkan senyuman itu” lanjutku sebal.

“kenapa? Kenapa aku harus menyingkirkan senyuman manis ku ini hm?” tanyanya heran.

“hmmm .. hmmm ..” aku bingung harus menjawab apa.

“apa?” ia tersenyum lagi kepadaku, senyuman jail lebih tepatnya.

“ahh .. kenapa senyuman itu yang selalu kamu andalkan saat aku sedang kesal padamu hah? Kamu tahu? Itu membuatku jengkel karena aku harus menahan emosiku” protesku.

Ia tertawa ringan “jadi sekarang kamu sedang kesal kepadaku ? tapi karena senyuman yang ku buat, kamu tidak bisa kesal atau melampiaskan kemarahanmu terhadapku iya?”

“hmmm ..” jawabku bete.

“hahaha …” ia tertawa ringan.

“tertawalah sepuasmu”

“kau lucu jika seperti ini, hal seperti ini juga yang ku rindukan darimu” ucapnya di sela tertawa.

“hhmmm…” jawabku malas.

“bagaimana denganmu?”

“apa?”

“bukankah aku sudah mengutarakan semuanya? Lalu bagaimana denganmu hm?”

“hmmm ..” aku menatapnya dalam.

“banyak hal yang ingin aku lakukan denganmu, namun banyak hal juga yang harus aku terima bersama luka dan rasa sakit yang terus bertambah, sampai aku merasa lelah dengan semua ini, hingga pada akhirnya aku putuskan untuk mengambil beasiswa itu, aku ingin melupakan semuanya.”

“kau ingin melupakanku ? tega sekali dirimu!” ucapnya dengan rasa kecewa.

“lebih kecewa mana aku atau kamu? Dengan terpaksa aku harus melihat itu semua dan menerima kenyataan yang bukan keinginanku” ucapku kecewa dengan kepala sedikit ku tundukkan tak mampu aku menatap matanya saat ini. Tangan kanannya meraih dagu mungilku dan mengangkat wajahku untuk menatap matanya. Matanya terlihat sendu dan penuh pertanyaan.

‘apa sesakit itu kah?’ batin kevin.

Ia menarik tangan kananku dan mendaratkan tubuhku di dalam pelukannya. Aku membulatkan mataku terkejut dengan tindakannya di depan umum. Namun aku mendengar suara jantungnya yang berdetak dengan kencang, aku menghirup aroma tubuhnya yang tercampur parfum maskulin miliknya. Aku tersenyum di dalam pelukannya, sekarang aku tidak peduli dengan pandangan orang yang melihat kelakuan kita. Aku ingin menikmati momen ini lebih lama, aku membalas pelukannya. Aku menutup mataku merasakan kehangatan yang ia berikan. Yang kupikir selama ini dia mencintai wanita lain ternyata ia menyimpan cinta yang besar terhadapku di balik kesalah pahaman di antara kami. Aku merasakan ia melonggarkan pelukannya, aku menjauhkan tubuhku darinya. Ia menatapku dan meraih kedua tanganku. Aku tersenyum membalas senyuman manisnya.

“sejak pertama pertemuan kita, sekarang dan sampai maut memisahkan kita, aku merasa dan yakin kamu adalah tulang rusukku yang hilang, jadi jagan pernah pergi dan menjauh dariku, aku membutuhkanmu untuk melengkapiku dan melalui hari di sisa hidupku, kita bangun kebahagian bersama, membangun keluarga yang harmonis bersama anak kita kelak” terangnya yang membuat hatiku ter’enyuh dan aku tersenyum kepadanya.

“ayo kita pulang” ajakku melihat jam di tangannya suda menunjukkan pukul 21.00, ia melepaskan genggaman dariku dan melirik jam di tangannya.

“yasudah , aku antar pulang” kami keluar dari taman dan pulang, tapi sebelum itu ia mengantarku pulang sampai rumah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumahku, karena kami pergi ke taman di dekat rumahku, bukan ke taman garden. Kami sampai di depan rumahku, namun aku merasakan hal aneh tapi aku tidak dapat memastikan hal aneh yang aku rasakan.

“kau tidak masuk?” tegurnya saat kami sudah tiba di depan rumah yang cukup besar yang terlindungi oleh pagar hitam dan ada sedikit corak bunga.

“aku merasakan hal aneh, apa kamu merasakannya?”

“aneh?” ia berfikir sejenak dan mencerna maksud dari ucapanku. Tanpa berjanjian kami menoleh bersama dan tertawa. Kami lupa dan baru teringat bahwa sekarang aku tidak lagi tinggal di rumah mamahku. Kami sudah menikah 3 bulan yang lalu dan kami sudah memiliki rumah sendiri, rumah masa depan yang akan kami bangun bersama.

“aku lupa” ucap kevin seraya tertawa.

“aku juga” timpalku seraya tertawa ringan.

“ayo kita pulang, kita bobo cantik dan tampan” ia merangkulku, aku memeluk pinggangnya dari samping dan kami pulang kerumah kami sendiri.



~~*~~



15 Oktober 2017 Beijing, China.
The Great Wall


Hembusan angin yang kencang membuat rambutku terus menari dengan indah, pemandangan indah yang terlihat jelas dari atas tembok besar yang masuk dalam keajaiban dunia. Aku berjalan terus mendaki untuk mendapatkan view yang lebih indah, aku menaiki anak tangga yang jaraknya besar-besar, tangan kevin tidak pernah lepas dari tanganku sejak kita berangkat dari rumah paman kevin. Aku tidak dapat membayangkan bisa ke tempat indah ini, yang tadinya hanya dapat ku lihat dari mesin pencarian, youtube dan film yang mengambil pemandangan di tempat ini. Terlalu sibuknya rutinitasku menjadi pembisnis dan mengajar di sebuah lembaga bahasa asing, begitulah rutinitasku setelah selesai menggelar S1 ku dan sekarang tugasku bertambah yaitu menjadi seorang istri yang baik untuk suamiku. Dia yang sekarang menjadi suamiku ternyata pembisnis yang hebat, setelah kami menikah, dia banyak mengajarkanku banyak hal tentang cara berbisnis, aku tidak menduga dia secerdas dan sehebat ini. Menjadi pembisnis dan pengusaha, baginya tidaklah mudah, banyak waktu yang harus di bagi, beberapa kali ia harus pergi keluar kota dan bahkan keluar negeri untuk mengecek bisnisnya dan perusahaannya. Tak di pungkiri aku suka di tinggal olehnya untuk beberapa hari namun terkadang aku suka ikut dengannya jika aku memiliki waktu kosong, tapi dengan kesibukan dia yang luar biasa bukan berarti dia meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang suami, sebisa mungkin dia menyediakan waktu untuk istrinya. Betapa bahagianya diriku saat ini. Aku berharap dan selalu berdoa yang terbaik bagi hubungan kami sekarang dan kedepannya. Dan sekarang aku senang sekali bisa pergi ke tempat indah ini bersama suamiku kevin.

“sayang …” ia menarikku kepinggir untuk menikmati pemandangan.

“iya ..” aku tersenyum padanya.

“kau tahu ? di saat aku ke sini 3 tahun yang lalu, aku berharap dan berdoa kepada tuhan”

“apa itu?” tanyaku penasaran.

“aku berdoa, suatu saat nanti ketika aku kembali ke sini, aku tidak lagi sendiri melainkan dengan istriku” terangnya yang membuatku tersenyum mentapnya dari samping.

“lalu kamu berharap apa lagi?”

“aku berdoa kamulah yang menjadi istriku dan Alhamdulillah tuhan mengabulkannya” ia membalikkan tubuhku untuk menghadapnya.

“semoga tuhan selalu menjaga hati ini, kita selalu dalam lindungannya, dalam kasih sayangnya dan dalam pertolongannya. Semoga kita terus saling mencintai hingga di surganya allah” ucapku sambil mengabsen setiap likuk di wajahnya hingga tanganku berhenti di dadanya, aku tersenyum menatapnya, dia lalu memelukku. Udara di sini cukup dingin mungkin sebentar lagi akan berganti musim atau karena kami sedang di atas bukit yang di bentuk menjadi tembok indah yang menghasilkan cinta begitu besar, yang pasti cintaku tidak berakhir seperti fanxilang dan mengjiangnu, namun cinta mereka tidak kalah besarnya dengan cinta aku dengan kevin.

“Apapun yang terjadi nikmati hidup ini. Hapus air mata berikan senyummu. Kadang senyum terindah datang setelah ari mata yang penuh luka.” – Nadien.

“Di genggam se’erat apapun jika dia bukan milikmu dia akan terlepas juga, jangan di genggam terlalu kuat, longgarkan genggaman itu agar dia bisa menetapkan hatinya akan berlabuh pada siapa yang di cintainya, jika dia jodohmu dia akan tetap dalam genggamanmu.” – Kevin

“yakin membuat segalanya jadi mungkin, cinta membuat segalanya jadi indah. Cinta memang  suka datang terlambat namun cinta tidak akan pernah salah” – Nadien & Kevin.





-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar