Maaf banyak typo bertebaran .....
Hari ini adalah hari terkhir anak-anak ujian, setelah
3 hari mereka menikmati soal-soal yang mungkin masih sulit untuk di pahami,
namun hal itu berlaku bagi mereka yang tidak belajar. Setelah ujian selesai
mereka akan tau kemampuan mereka sampai dimana dan apakah mereka akan menaiki
level keahlian bahasa asing mereka? Entahlah tapi aku berharap anak didikku
lulus dalam ujian ini. Aku sedang mengkoreksi hasil ujian mereka sebelum aku
terbang ke Australia besok, hasil tes beasiswa telah keluar beberapa hari yang
lalu jadi segera mungkin aku harus mengurus keperluanku di Aussie dan mengurus
administrasi kuliahku disana.
“nadien? Yakin kau akan terbang besok ?” ujar alysa
yang terlihat sedih.
“iya alysa .. memang kenapa hm? Aku hanya pergi
sebulan” terangku.
“iya si .. tapi bagaimana denganku hah?” ia menatapku
sendu.
“hei .. kenapa kau jadi seperti ini, kau tidak
mendukungku untuk kuliah di sana iya?” aku tersenyum melihat tingkahnya yang
masih seperti anak kecil.
“bukan begitu, aku mendukung penuh keputusanmu untuk
mendapatkan beasiswa itu dan aku senang mendengar kau lulus dan pergi ke
Australia”
“makasih temanku tapi kan masih ada mas ridwan, bukan
kah dia bodyguard hatimu hm?” godaku.
“YA! Itu sudah pasti, tapi nanti aku ke salon sama
siapa?”
“aku hanya sebulan pergi bukannya pergi beberapa
tahun, aku hanya mengurus kehidupanku nanti di sana dan mengurus administrasi
kuliah, kuliahku masih lama nanti tahun depan, kau bisa pergi ke salon dengan
pak adi” terangku sambil tertawa ringan, ia sedikit cemberut mendengar
tanggapanku.
“yasudah, kau hati-hati besok .. maaf aku tak bisa
mengantarmu, aku harus mengantar mamah pergi arisan keluarga” sesalnya.
“iya tidak apa, aku bisa pergi sendiri” aku tersenyum
padanya.
“mamah dan papahmu tidak mengantar??”
“tidak, mereka ada urusan keluarga mendadak jadi
mereka hanya mengantarku sampai depan pintu rumah .. hehehe”
“aishh .. Ya! Kau di panggil pak adi tuh” ucap alysa.
“ohh .. aku tak menyadarinya jika ia memanggilku” gumamku.
Aku segera menghampiri pak adi yang tengah duduk di kursi besarnya.
“iya pak”
“ini kamu tanda tangani surat izin untuk kepergianmu
selama satu bulan” ia memberikan selembar kertas dan satu pulpen kepadaku, aku
membacanya lalu menanda tangani surat tersebut.
“selamat atas kelulusanmu, semoga kau berhasil disana”
ucap pak adi senang dan menjulurkan tangannya ke arahku, aku menjabat tangannya
seraya tersenyum.
“terimakasih pak, ini juga berkat info dari bapak dan
atas izin tuhan .. oya pak, tadi saya baca ada guru pengganti selama saya pergi
nanti, kalau boleh tau siapa guru itu?” introgasiku.
“hmm .. kebetulan orangnya ada di sini sebentar” pak
adi memutur bola matanya mencari sosok yang di cari. “ah itu dia .. aini
kemari” panggilnya.
‘aini? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi
dimana? Semoga bukan orang yang ku maksud’ batinku, aku merasa orang yang di
panggil pak adi telah berdiri di sampingku, aku segera menoleh dan benar saja
dugaanku, wanita yang di taman itu, kenapa ia bisa di sini, hah .. rasanya
palaku ingin pecah.
“pak maaf, saya harus pamit ada yang saya ingin kerjakan
untuk keperluan besok” pamitku untuk segera menghindar darinya.
“tapi kau berkenalan dulu dengannya supaya kalian bisa
saling menyapa saat bertemu di jalan” terang pak adi.
“salam kenal dan selamat bekerja” ucapku terpaksa
sambil menundukkan kepalaku sedikit memberinya salam. Aku segera pergi dari
hadapan mereka dan mengambil tas yang ada di kursiku.
“aku duluan” pamitku pada alysa.
“ya! Kenapa kau terburu-buru .. hahh .. yasudah
hati-hati” teriaknya.
Aku segera keluar dari ruangan meninggalkan pekerjaanku
yang sedang ku periksa yang hampir ku selesaikan tapi pak adi menghancurkan
moodku dengan memperkenalkan aku dengan wanita itu, hahh .. membuatku frustasi.
Bodohnya aku menanyakan namanya, tapi aku hanya bertanya namanya bukan untuk
melihat orangnya. Aku menginjak pedal gas melajukan mobilku dan kembali kerumah
untuk mengepak barang-barang yang ku perlukan selama sebulan di Australia. Ku
harap setelah pulang dari Aussie aku tidak bertemu dengannya di lembaga itu.
~~*~~
Aku telah sampai di Bandara aku segera berjalan menuju
terminal keberangkatan luar negeri Australia, kepergianku kali ini sangatlah
sepi aku hanya di antar oleh supir tidak ada yang mengantarku karena kesibukan
masing-masing, namun itu tidak menjadi alasan untuk aku menunda kepergianku ke
Aussie aku segera check-in, namun ada pemberitahuan kalau penerbangan di tunda
selama 15 menit, aku kembali duduk di ruang tunggu.
~~*~~
Kevin berlari bersama aini dan alysa menuju bandara
keberangkatan luar negeri, mereka terus mencari keberadaan nadien, hingga
akhirnya mereka berhenti di depan layar jadwal penerbangan. Mereka melihat
jadwal ke berangkatan Australia sudah berangkat 15 menit yang lalu.
“aishhh .. jinjja, pesawatnya telah pergi 15 menit
yang lalu sekarang sudah 9.45” ucap alysa sambil melirik jam di tangan
kanannya.
“kita terlambat, aku belum mengatakan apapun padanya”
sesal kevin.
“yasudah kita kembali saja, dia hanya sebulan di sana”
terang alysa.
“jika dia lebih dari sebulan atau bahkan tidak kembali
bagaimana hah?” ucapnya panik sambil mengatur nafasnya.
“sudah .. aku yakin dia pasti akan kembali” terang
aini lalu memeluk kevin dari samping.
“yasudah kita pulang saja” ucap kevin menyerah,
merekapun pulang.
~~*~~
Aku bangkit dari dudukku berjalan menuju tempat untuk
check-in, seharusnya pesawatku berangkat 9.30 namun di tunda 15 menit menjadi
9.45, aku berjalan dan mengantri menunggu giliran untuk di periksa tiket dan
paspornya, namun langkahku terhenti di saat aku melihat seorang yang tak asing
bagiku. Ia sedang berpelukan dengan wanita yang bukan dan tak lain adalah
kekasihnya yang akan ia nikahi sebentar lagi, akhir pekan ini. Aku tersenyum
melihat mereka menciptakan hal romantis di tempat umum, mungkin mereka habis
mengantar keluarga mereka dan wanita itu sedih lalu di beri ketenangan olehnya,
mungkin saja. Aku sampai lupa satu hal, selamat atas pernikahan kalian, ku
harap kalian bahagia. Aku melangkahkan kakiku karena sudah giliranku untuk
check-in.
Aku telah duduk di kursi pesawat menuju Australia, aku
berharap sepulang dari Aussie aku telah melupakan semuanya dan memulai hidup
baru tanpa hadirnya di sisiku. Aku harus menyingkirkan hal apapun tentangnya
dari kehidupanku segera mungkin, aku harus sadar dengan posisiku yaitu hanya
teman baginya yang tak pernah ia menoleh ke arahku sedikit saja dan melihat isi
hatiku.
“selamat tinggal masa lalu, selamat datang masa depan”
aku tersenyum, pesawat sudah take off sejak 5 menit yang lalu, aku menatap ke
jendela melihat pemandangan dari atas terlihat indah, namun jika melihatnya
lebih dekat kita akan tahu bagaimana perasaan yang di alami mereka di balik ke
indahan dari atas ini.
1 Bulan Kemudian …
13 September 2017
13 September 2017
Aku berjalan keluar dari jalur kedatangan luar negeri
sambil menarik dua koper berisi pakaian dan oleh-oleh untuk keluarga serta
temanku. Aku memakai kaca mataku yang baru ku beli di Aussie kemarin, tidak
terasa waktu begitu cepat berlalu rasanya masih betah tinggal di sana. Aku
berjalan keluar Bandar dan menunggu supir datang untuk menjemputku.
Ddddrrrrrrrtttttttt …
“Assalammualaikum mah” sergapku saat ada telepon masuk
dari mamah.
‘Wa’alaikumsalam’ jawab mamahku dari sebrang sana.
“kenapa mah?”
‘kamu bisa pulang sendirikan? Maaf pak badri tidak
bisa menjemput kamu dia harus pulang karena ada urusan mendadak kemarin’ terang
mamah yang membuatku menarik nafas.
“terus mamah?”
‘mamah juga gak bisa, harus menemani papah keluar kota
tugas kantor’
“hahh .. yasudah, dah” aku langsung mematikan
sambungan kami.
“oke .. kau harus mandiri nadien mulai sekarang, mulai
melatih dirimu karena kau akan tinggal sendiri di Aussie selama 2 tahun mulai
tahun depan” gumamku. Aku menunggu taksi di area parkir bawah namun tak ada
taksi yang lewat ku tunggu sejak tadi.
“ya .. iyalah tidak ada yang lewat ini kan area
parkir, ohh pak bardi seandainya kau menjemputku hahhhh” gumamku sambil menarik
nafas, pak bardi adalah supir keluargaku. Aku berjalan meninggalkan area parkir
dan naik ke lantai atas untuk mendapatkan taksi dan segera pulang, di saat
kakiku ingin melangkah ada seorang yang menghampiriku.
“excuse me” ucap pria di belakangku, aku menoleh
padanya.
“yes”
“are you nadien?” tanya pria yang tak ku kenal.
“who are you?”
“you don’t remember me?”
“who?” aku berusaha mengingat siapa orang yang ada di
hadapanku sekarang.
“Australia, University of Melbourne” dia mencoba
membantuku untuk mengingat dirinya.
“we are a University, we met at the administrative
process” lanjutnya.
“ohh yes .. I remember you now, sorry” aku tersenyum.
“Doni Saputera Lim” ia menjulurkan tangannya dan aku
menyambutnya.
“wo jiao ming zi Nadien Putri Aanisah .. ahh … sorry
.. my name is Nadien Putri Aanisah” jelasku yang salah bahasa, aku tertawa
ringan karena ulah yang ku buat, ia tersenyum melihat tingkahku.
“are you from Indonesia?” tanyanya.
“yes .. and you?”
“me too .. yang tadi hanya formalitas perkenal saja,
supaya ingatanmu kuat” terangnya seraya tersenyum.
“ahhh .. maaf, sungguh aku tak mengingatnya karena
baru mengenal dan banyak bertemu orang di sana, jadi aku masih belum hafal satu
per satu” jelasku.
“tidak masalah, aku mengerti .. oya, kamu bisa bahasa
mandarin?”
“wo neng shuo yi dian dian han yu .. ahh maksudku ,
aku bisa sedikit bahasa mandarin” ia tersenyum dan aku ikut tersenyum.
“ohh good .. kau mau pulang?”
“iya .. tapi aku harus ke lantai atas untuk
mendapatkan taksi” jelasku.
“kita pulang bersama saja, rumahmu daerah mana?”
tanyanya.
“Jakarta” jawabku.
“oke kita satu arah, ayo” ajaknya, aku mengikuti dari
belakang.
Mobil doni sudah terparkir di depan rumahku, kita telah
sampai. Aku sedang mengobrol sebentar saat kita telah sampai sekitar 10 menit
yang lalu, aku senang bisa pulang kerumah dengan selamat.
“rumah kita ternyata berdekatan” terangnya. Kami
sedang mengobrol di depan pagar rumahku.
“sungguh? kau tinggal dimana ?” tanyaku antusias.
“hmm tiga komplek dari sini, tidak jauhlah”
“ohhh .. kamu ada keturunan darah cina?”
“hmm iya, namun aku tidak lancar berbahasa mandiri
sepertimu” ia tertawa ringan aku hanya tersenyum.
“kamu bagaimana bisa tau aku ada darah cinanya?”
tanyanya heran.
“wajahmu yang oriental namun namamu yang Indonesia dan
ada sedikit nama islam dan sedikit nama cina hehe” aku terkekeh ia pun ikut
terkekeh.
“ahh iya .. aku hampir tidak menyadarinya, wajahku
memang oriental tapi agamaku islam” jelasnya membuatku mengangguk.
“maaf, kamu islam sejak lahir?” tanyaku hat-hati.
“hmm iya, aku islam sejak lahir karena keturunan dari
nenek dan kakek adalah cina islam” terangnya.
“ahhh begitu ..”
“hmm .. yasudah aku pamit pulang, salam pada mamahmu,
zai jian (bye)” ia melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil.
“zai jian” aku tersenyum.
“lain waktu kita jalan bersama” lanjutnya, lalu masuk
ke dalam mobil. Aku masuk ke dalam rumah setelah mobil doni telah pergi.
~~*~~
“gimana Aussie?” tanya alysa antusias.
“baik-baik saja” jawabku datar.
“bagaimana urusanmu disana? Apa berjalan dengan baik?”
aku hanya mengangguk sambil menyuap es krim coklat strawberry.
“apa bayak bule disana?”
“tidak ada, orang afrika semua ..”
“Ya!” pekiknya.
“haha .. lagi pertanyaanmu aneh, tentu saja di sana
orang bule semua” aku tertawa dan alysa
cemberut dengan tanggapanku. Kami sedang berada di sebuah toko es krim, kami
sedang menghabiskan waktu bersama setelah sebulan aku pergi dan tidak bertemu
dengannya.
“lalu oleh-oleh untukku mana?” pintanya.
“hmm kau mau apa? Tugu monas? Tugu jogja atau tugu ….
tuguin aja kali ya .. ahahha” aku tertawa lepas ia melemparkan omelan
terhadapku, karena aku meledeknya yang tengah serius menunggu ucapan yang akan
ku lontarkan.
“YA! Nadiennnnnnn …” teriaknya.
“ssttt .. kau membuat banyak pasang mata menoleh pada
kita” pintaku.
“biarin, itu semua salahmu” jawabnya jutek.
“haha .. baiklah, ini untukmu” aku mengeluarkan kotak
kecil panjang dan memberikan pada alysa.
“apa ini?” tanyanya sambil mengambil kotak yang ku
berikan.
“kau buka saja, semoga kau suka” aku tersenyum
menatapnya yang sedang membuka kotak.
“wwaahh .. jeongmal yeoppo (sangat cantik)” gumam
alysa setelah melihat isi dari kotak itu.
“aku sengaja membelikannya karena itu sedang trend
disana dan kau pasti menginginkannya”
“iya aku sangat suka nadien, jeongmal gomawo
(terimakasih banyak)” ucap alysa senang.
“iya .. coba kau pakai” pintaku.
“aku coba ya …” ia memakai kaca mata dan jam tangan
keluaran terbaru dari Gucci.
“kau terlihat lebih cantik” godaku.
“haha .. kau bisa saja, makasih nadien” alysa
tersenyum senang.
“kau tau ? saat kau mau pergi ke Aussie, aku ke
Bandara menyusulmu bersama kevin dan aini”
“hah? Untuk apa menyuslku?” ucapku kaget.
“dia menyusulmu, saat aku mau pergi mengantar mamah
dia datang menemuiku di rumah dan memohon padaku untuk memberi tau kapan kau
akan berangkat ke Aussie dan aku bilang hari ini kau berangkat, lalu dia
meyeretku ikut ke bandara” terangnya.
“dia tau rumahmu dari mana?” tanyaku penasaran.
“aini yang memberitahu, dia datang kerumahku bersama
aini, waktu itu aku tidak di jemput oleh mas ridwan karena masih lembur dan
berhubung sudah malam juga aku bingung mau naik apa, lalu aini menawarkan
pulang bersama, saat itu aku dan aini pulang agak telat sedang mengoreksi tugas
anak-anak” lanjut alysa.
“lalu?”
“kau tau? Dia ingin memberi tahu mu sesuatu”
“ingin memberi tahu apa? Memberi tahu aku, betapa
romantisnya mereka saat berpelukan di depan umum” jawabku setengah malas.
“aishhh .. bukan itu, tapi tunggu .. kau melihatnya?
Kau belum berangkat ke Aussie?”
“belum, pesawatku tertunda selama 15 menit karena ada
gangguan jadi aku masuk ke pesawat jam 9.45” terangku.
“hahhh .. kenapa kau tidak memberi tahuku” protesnya.
“mana aku tahu kalau kalian datang untuk bertemu denganku,
dan aku tidak melihatmu disana”
“yasuda lupakan, kau tau tidak? apa yang mereka bilang
kepadaku saat pulang dari bandara?”
“apa?”
“ternyata kevin sama aini adalah kakak adik, kau tau?
yang mau menikah itu adalah aini bukan kevin jadi undangan yang waktu itu
adalah undangan adiknya, dia memberikan undagan itu melalui kevin karena masih
malu terhadapmu, mungkin karena belum terlalu kenal, ternyata kevin sering cerita
ke aini soal dirimu, selama di Beijing dia sering menelepon aini tengah malam
untuk bercerita tentang dirimu dan katanya dia sudah memiliki rencana
kedepannya bersamamu .. ahhhh sungguh so sweet” terangnya seraya tersenyum.
“lalu kau percaya?”
“hmmm sedikit si, tidak 100%”
“yasudah aku mau pulang” ajakku.
“ikut” sautnya. Kami pulang karena hari mulai sore.
~~*~~
Suasana malam yang sejuk bersama bintang-bintang yang
bersinar indah di atas sana dan di selimuti dengan awan hitam yang tenang, aku
menatap ke langit yang damai, seketika aku merasakan hatiku tenang di temani
angin yang berhembus pelan, aku menyenderkan tubuhku di kusen jendela yang ku
biarkan jendela terbuka lebar, aku ingin menikmati suasana malam yang indah ini
bersama bintang yang bersinar dengan terang. Di saat aku sedang menikmati
pemandangan langit ada suara yang memanggil namaku, ku cari sosok yang
memanggilku dari lantai 2 kamarku, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di
depan pangar, aku menyipitkan mataku memastikan siapa orang yang ada di balik
pagar rumahku, setelah aku mengetahuinya, aku segera tahu bahwa itu bukan alysa
melainkan aini, untuk apa dia kesini? Aku menutup jendela kamarku dan tirai
kamarku rapat-rapat dan tidak memperdulikannya.
‘nadiennnnnn ..’ teriak aini yang masih ku dengar dari
dalam kamar.
‘kumohon keluarlah, ada yang ingin kevin bicarakan’
lanjutnya, tapi aku masih membiarkan ia di luar sana. Pintu kamarku terbuka dan
ku lihat mamahku yang berada di balik pintu.
“nadien .. ayo temui temanmu kasihan dia, tidak baik
bersikab seperti ini” terang mamahku memberi nasihat.
‘Kasihan? Dia saja tidak peduli denganku untuk apa aku
peduli padanya’ batinku, tapi dengan malas aku bangkit dari tidurku dan
menemuinya.
“pria itu memintamu dari mamah” lanjut mamahku saat
aku menuruni tangga. Kakiku langsung berhenti melangkah dan menoleh ke
belakang, mamah sedang berdiri di ujung anak tangga.
“maksud mamah?” tanyaku heran.
“saat kau pergi ke Aussie, pria itu yang bernama kavin
apa .. siapa mamah lupa namanya”
“kevin?” timpalku.
“iya kevin, dia meminta ijin pada mamah, tapi mamah
bilang itu terserah padamu, namun saran mamah jangan terburu-buru lihat dulu
bagaimana dia, jika menurutmu baik lakukanlah sesuai hatimu, tapi kalau mamah
liat anaknya baik, ini insting mamah ya, gak tau kalau kamu, yasudah temui dulu
sana temanmu takutnya penting” jelas mamah yang membuatku menarik nafas, aku
segera menemui aini dengan mengenakan baju piyama.
“ada apa?” tanyaku malas.
“bisa kita keluar sebentar? Ini penting banget, aku
mohon” pintanya dan terpaksa aku mengikutinya.
Mobil aini berjalan dengan kecepatan yang standar aku
memperhatikan jalanan di luar, tak ada percakapan di antara kami selama
perjalanan hingga akhirnya mobil aini berhenti di depan restoran klasik dengan
dekorasi ala eropa. Kamipun turun bersama, namun saat kami tiba di depan pintu
restoran kakiku berhenti melangkah.
“tak mungkin aku masuk dengan pakaian ini” terangku
sambil melihat diriku sendiri.
“sudah tidak apa, tidak ada yang melihat karena
restoran ini sudah kami sewa, bukan. Tapi kevin telah menyewa ini semua dan
mendesign dengan indah, ayo masuk” ia menarik tanganku dan kamipun masuk,
setelah masuk aku di buat terkagum dengan apa yang ku lihat, sungguh, ini
sungguh indah, balon biru putih berterbangan bebas di ruangan ini dan tempat
duduk yang tertata rapih, semuanya berlatar biru putih, warna kesukaanku. Tapi kemana
orang-orang? Kenapa sangat sepi?.
“kau duduk di sini dulu, aku ingin ke toilet” aini
menarikan kursi yang ingin ku duduki dan ia segera pergi ke toilet.
To Be Countinue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar