Betapa pentingnya mengajarkan kepada anak cara meminta maaf dan memaafkan.
di jaman sekarang banyak orang tua yang membiarkan kesalah yang anaknya perbuat, padahal itu tidak baik untuk orang di sekeliling anak tersebut dan terutama untuk diri si anak sendiri sampai tumbuh dewasa nanti.
ini adalah tips bagi orang tua untuk mengajarkan anaknya dari sedini mungkin, karena apa yang di lakukan anak akan terus di tiru samapi anak itu dewasa, bagi orang tua yang baru memiliki anak, untuk mencontohkan hal baik terhadap anaknya. Dan di bawah ini ada beberapa contoh baik untuk si anak :
1. Memperbaiki Hubungan.
Pada saat Anda sebagai orang tua, melakukan kesalahan kecil pada anak,
ucapkanlah kata maaf. Bisa jadi anak-anak tidak akan merasa lebih baik
dengan permintaan maaf Anda, tetapi dari situ Anda bisa memperbaiki
hubungan dengan si kecil.
Studi yang dilakukan University of
Virginia di AS mengatakan anak-anak yang mendapat permintaan maaf dari
orang yang melakukan kesalahan pada mereka, di kemudian hari akan
membuat anak-anak bisa berbagi lagi dengan orang-orang tersebut.
"Permintaan maaf bisa memperbaiki hubungan meskipun tidak mengurangi
sakit hati mereka," ucap salah satu peneliti, Marissa Drell.
Maka, si anak-anak akan belajar bahwa mereka bisa memperbaiki hubungan dengan orang lain dan dapat menyampaikan permintaan maaf.
2. Belajar Memaafkan.
Hal ini penting bagi anak untuk bisa memaafkan bukan hanya meminta maaf saja.
Saat anak-anak terbiasa untuk minta maaf atas kesalahan yang
dilakukan, mereka pun akan belajar memaafkan kesalahan orang lain.
"Meskipun permintaan maaf tidak membuat anak-anak merasa lebih baik,
namun itu membantu mereka untuk belajar memaafkan," kata Marissa Drell
dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Social Development.
Apalagi
jika anak-anak mendengar komitmen ataupun tindakan nyata dari orang
yang berbuat kesalahan untuk memperbaiki keadaan, maka anak-anak akan
jauh merasa lebih baik. Hal ini diketahui saat peneliti menggelar
penelitian yang melibatkan anak-anak dan orang dewasa yang berperan
sebagai pengganggu.
Anak-anak mulanya diminta membangun menara
dari gelas plastik. Kemudian orang dewasa meminjam salah satu gelas dan
menggulingkan menara yang sudah disusun. Saat anak-anak ditanya
bagaimana perasaannya, ternyata perasaan anak yang mendapat permintaan
maaf sama tidak nyamannya dengan yang tidak mendapat permintaan maaf.
Namun
anak mendapat sinyalemen bahwa permintaan maaf yang disampaikan itu
merupakan ungkapan bersalah pelaku, sehingga pelaku berusaha untuk tidak
melakukan kesalahan serupa. Saat pelaku membantu anak-anak memperbaiki
menaranya yang rusak, anak-anak merasa jauh lebih baik.
"Upaya aktif membuat perbaikan setelah pelanggaran yang dilakukan bisa membuat korban merasa lebih baik," lanjut Drell.
3.Belajar Berperilaku Baik.
Perilaku baik bisa diwujudkan antara lain dengan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan. Mengajarkan anak untuk minta maaf merupakan
bekal berharga bagi hidupnya kelak. Karena anak akan belajar mengakui
kesalahan dan bukannya menyalahkan orang lain atas kesalahan yang
terjadi.
Bahwa mengakui kesalahan terkadang adalah sesuatu yang
sulit. Karena kadang kesalahan membuat seseorang merasa begitu buruk dan
bisa jadi membuatnya malu. Namun mengakui kesalahan dan minta maaf
adalah hal yang benar. Anak perlu menyadari bahwa minta maaf adalah
sinyal kekuatan karakter dan bukan tanda bahwa mereka orang yang lemah.
4.Belajar Saling Menghargai.
Ini salah satu hal yang sangat penting juga untuk di terapkan kepada anak.
Jika memang bersalah, maka harus minta maaf, tidak peduli permintaan
maaf harus disampaikan pada siapapun. Dengan begitu anak akan belajar
saling menghargai, bukannya menuntut rasa hormat tanpa menebar
penghargaan pada orang lain.
Saat mengajarkan anak minta maaf,
sampaikanlah bahwa yang dia lakukan adalah upaya menghormati dirinya
sendiri dan orang lain. Penting juga bahwa permintaan maaf bukanlah
sekadar kata tapi benar-benar harus dari hati, sehingga kesalahan yang
sama tidak akan diulangi dan anak akan membantu mengatasi kesalahan yang
telah diperbuatnya.
Sepertinya, semua hal di atas penting unutk si anak, mulai sekarang bagi orang tua untuk lebih menerapakan hal baik terhadap anak, agar anak dapat tubuh dengan baik sesuai harapan orang tua masing-masing dan setiap orang tua punya cara menerapkan hal-hal yang baik terhadap anaknya dengan cara yang berbeda. Semoga info di atas dapat membantu.
Salam, Terimakasih ^^
Rabu, 18 November 2015
Cinta di Balik Tembok China (The return of Love) - Part 4
Selamat Membaca ...
Maaf banyak typo bertebaran .....
Maaf banyak typo bertebaran .....
Hari ini adalah hari terkhir anak-anak ujian, setelah
3 hari mereka menikmati soal-soal yang mungkin masih sulit untuk di pahami,
namun hal itu berlaku bagi mereka yang tidak belajar. Setelah ujian selesai
mereka akan tau kemampuan mereka sampai dimana dan apakah mereka akan menaiki
level keahlian bahasa asing mereka? Entahlah tapi aku berharap anak didikku
lulus dalam ujian ini. Aku sedang mengkoreksi hasil ujian mereka sebelum aku
terbang ke Australia besok, hasil tes beasiswa telah keluar beberapa hari yang
lalu jadi segera mungkin aku harus mengurus keperluanku di Aussie dan mengurus
administrasi kuliahku disana.
“nadien? Yakin kau akan terbang besok ?” ujar alysa
yang terlihat sedih.
“iya alysa .. memang kenapa hm? Aku hanya pergi
sebulan” terangku.
“iya si .. tapi bagaimana denganku hah?” ia menatapku
sendu.
“hei .. kenapa kau jadi seperti ini, kau tidak
mendukungku untuk kuliah di sana iya?” aku tersenyum melihat tingkahnya yang
masih seperti anak kecil.
“bukan begitu, aku mendukung penuh keputusanmu untuk
mendapatkan beasiswa itu dan aku senang mendengar kau lulus dan pergi ke
Australia”
“makasih temanku tapi kan masih ada mas ridwan, bukan
kah dia bodyguard hatimu hm?” godaku.
“YA! Itu sudah pasti, tapi nanti aku ke salon sama
siapa?”
“aku hanya sebulan pergi bukannya pergi beberapa
tahun, aku hanya mengurus kehidupanku nanti di sana dan mengurus administrasi
kuliah, kuliahku masih lama nanti tahun depan, kau bisa pergi ke salon dengan
pak adi” terangku sambil tertawa ringan, ia sedikit cemberut mendengar
tanggapanku.
“yasudah, kau hati-hati besok .. maaf aku tak bisa
mengantarmu, aku harus mengantar mamah pergi arisan keluarga” sesalnya.
“iya tidak apa, aku bisa pergi sendiri” aku tersenyum
padanya.
“mamah dan papahmu tidak mengantar??”
“tidak, mereka ada urusan keluarga mendadak jadi
mereka hanya mengantarku sampai depan pintu rumah .. hehehe”
“aishh .. Ya! Kau di panggil pak adi tuh” ucap alysa.
“ohh .. aku tak menyadarinya jika ia memanggilku” gumamku.
Aku segera menghampiri pak adi yang tengah duduk di kursi besarnya.
“iya pak”
“ini kamu tanda tangani surat izin untuk kepergianmu
selama satu bulan” ia memberikan selembar kertas dan satu pulpen kepadaku, aku
membacanya lalu menanda tangani surat tersebut.
“selamat atas kelulusanmu, semoga kau berhasil disana”
ucap pak adi senang dan menjulurkan tangannya ke arahku, aku menjabat tangannya
seraya tersenyum.
“terimakasih pak, ini juga berkat info dari bapak dan
atas izin tuhan .. oya pak, tadi saya baca ada guru pengganti selama saya pergi
nanti, kalau boleh tau siapa guru itu?” introgasiku.
“hmm .. kebetulan orangnya ada di sini sebentar” pak
adi memutur bola matanya mencari sosok yang di cari. “ah itu dia .. aini
kemari” panggilnya.
‘aini? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi
dimana? Semoga bukan orang yang ku maksud’ batinku, aku merasa orang yang di
panggil pak adi telah berdiri di sampingku, aku segera menoleh dan benar saja
dugaanku, wanita yang di taman itu, kenapa ia bisa di sini, hah .. rasanya
palaku ingin pecah.
“pak maaf, saya harus pamit ada yang saya ingin kerjakan
untuk keperluan besok” pamitku untuk segera menghindar darinya.
“tapi kau berkenalan dulu dengannya supaya kalian bisa
saling menyapa saat bertemu di jalan” terang pak adi.
“salam kenal dan selamat bekerja” ucapku terpaksa
sambil menundukkan kepalaku sedikit memberinya salam. Aku segera pergi dari
hadapan mereka dan mengambil tas yang ada di kursiku.
“aku duluan” pamitku pada alysa.
“ya! Kenapa kau terburu-buru .. hahh .. yasudah
hati-hati” teriaknya.
Aku segera keluar dari ruangan meninggalkan pekerjaanku
yang sedang ku periksa yang hampir ku selesaikan tapi pak adi menghancurkan
moodku dengan memperkenalkan aku dengan wanita itu, hahh .. membuatku frustasi.
Bodohnya aku menanyakan namanya, tapi aku hanya bertanya namanya bukan untuk
melihat orangnya. Aku menginjak pedal gas melajukan mobilku dan kembali kerumah
untuk mengepak barang-barang yang ku perlukan selama sebulan di Australia. Ku
harap setelah pulang dari Aussie aku tidak bertemu dengannya di lembaga itu.
~~*~~
Aku telah sampai di Bandara aku segera berjalan menuju
terminal keberangkatan luar negeri Australia, kepergianku kali ini sangatlah
sepi aku hanya di antar oleh supir tidak ada yang mengantarku karena kesibukan
masing-masing, namun itu tidak menjadi alasan untuk aku menunda kepergianku ke
Aussie aku segera check-in, namun ada pemberitahuan kalau penerbangan di tunda
selama 15 menit, aku kembali duduk di ruang tunggu.
~~*~~
Kevin berlari bersama aini dan alysa menuju bandara
keberangkatan luar negeri, mereka terus mencari keberadaan nadien, hingga
akhirnya mereka berhenti di depan layar jadwal penerbangan. Mereka melihat
jadwal ke berangkatan Australia sudah berangkat 15 menit yang lalu.
“aishhh .. jinjja, pesawatnya telah pergi 15 menit
yang lalu sekarang sudah 9.45” ucap alysa sambil melirik jam di tangan
kanannya.
“kita terlambat, aku belum mengatakan apapun padanya”
sesal kevin.
“yasudah kita kembali saja, dia hanya sebulan di sana”
terang alysa.
“jika dia lebih dari sebulan atau bahkan tidak kembali
bagaimana hah?” ucapnya panik sambil mengatur nafasnya.
“sudah .. aku yakin dia pasti akan kembali” terang
aini lalu memeluk kevin dari samping.
“yasudah kita pulang saja” ucap kevin menyerah,
merekapun pulang.
~~*~~
Aku bangkit dari dudukku berjalan menuju tempat untuk
check-in, seharusnya pesawatku berangkat 9.30 namun di tunda 15 menit menjadi
9.45, aku berjalan dan mengantri menunggu giliran untuk di periksa tiket dan
paspornya, namun langkahku terhenti di saat aku melihat seorang yang tak asing
bagiku. Ia sedang berpelukan dengan wanita yang bukan dan tak lain adalah
kekasihnya yang akan ia nikahi sebentar lagi, akhir pekan ini. Aku tersenyum
melihat mereka menciptakan hal romantis di tempat umum, mungkin mereka habis
mengantar keluarga mereka dan wanita itu sedih lalu di beri ketenangan olehnya,
mungkin saja. Aku sampai lupa satu hal, selamat atas pernikahan kalian, ku
harap kalian bahagia. Aku melangkahkan kakiku karena sudah giliranku untuk
check-in.
Aku telah duduk di kursi pesawat menuju Australia, aku
berharap sepulang dari Aussie aku telah melupakan semuanya dan memulai hidup
baru tanpa hadirnya di sisiku. Aku harus menyingkirkan hal apapun tentangnya
dari kehidupanku segera mungkin, aku harus sadar dengan posisiku yaitu hanya
teman baginya yang tak pernah ia menoleh ke arahku sedikit saja dan melihat isi
hatiku.
“selamat tinggal masa lalu, selamat datang masa depan”
aku tersenyum, pesawat sudah take off sejak 5 menit yang lalu, aku menatap ke
jendela melihat pemandangan dari atas terlihat indah, namun jika melihatnya
lebih dekat kita akan tahu bagaimana perasaan yang di alami mereka di balik ke
indahan dari atas ini.
1 Bulan Kemudian …
13 September 2017
13 September 2017
Aku berjalan keluar dari jalur kedatangan luar negeri
sambil menarik dua koper berisi pakaian dan oleh-oleh untuk keluarga serta
temanku. Aku memakai kaca mataku yang baru ku beli di Aussie kemarin, tidak
terasa waktu begitu cepat berlalu rasanya masih betah tinggal di sana. Aku
berjalan keluar Bandar dan menunggu supir datang untuk menjemputku.
Ddddrrrrrrrtttttttt …
“Assalammualaikum mah” sergapku saat ada telepon masuk
dari mamah.
‘Wa’alaikumsalam’ jawab mamahku dari sebrang sana.
“kenapa mah?”
‘kamu bisa pulang sendirikan? Maaf pak badri tidak
bisa menjemput kamu dia harus pulang karena ada urusan mendadak kemarin’ terang
mamah yang membuatku menarik nafas.
“terus mamah?”
‘mamah juga gak bisa, harus menemani papah keluar kota
tugas kantor’
“hahh .. yasudah, dah” aku langsung mematikan
sambungan kami.
“oke .. kau harus mandiri nadien mulai sekarang, mulai
melatih dirimu karena kau akan tinggal sendiri di Aussie selama 2 tahun mulai
tahun depan” gumamku. Aku menunggu taksi di area parkir bawah namun tak ada
taksi yang lewat ku tunggu sejak tadi.
“ya .. iyalah tidak ada yang lewat ini kan area
parkir, ohh pak bardi seandainya kau menjemputku hahhhh” gumamku sambil menarik
nafas, pak bardi adalah supir keluargaku. Aku berjalan meninggalkan area parkir
dan naik ke lantai atas untuk mendapatkan taksi dan segera pulang, di saat
kakiku ingin melangkah ada seorang yang menghampiriku.
“excuse me” ucap pria di belakangku, aku menoleh
padanya.
“yes”
“are you nadien?” tanya pria yang tak ku kenal.
“who are you?”
“you don’t remember me?”
“who?” aku berusaha mengingat siapa orang yang ada di
hadapanku sekarang.
“Australia, University of Melbourne” dia mencoba
membantuku untuk mengingat dirinya.
“we are a University, we met at the administrative
process” lanjutnya.
“ohh yes .. I remember you now, sorry” aku tersenyum.
“Doni Saputera Lim” ia menjulurkan tangannya dan aku
menyambutnya.
“wo jiao ming zi Nadien Putri Aanisah .. ahh … sorry
.. my name is Nadien Putri Aanisah” jelasku yang salah bahasa, aku tertawa
ringan karena ulah yang ku buat, ia tersenyum melihat tingkahku.
“are you from Indonesia?” tanyanya.
“yes .. and you?”
“me too .. yang tadi hanya formalitas perkenal saja,
supaya ingatanmu kuat” terangnya seraya tersenyum.
“ahhh .. maaf, sungguh aku tak mengingatnya karena
baru mengenal dan banyak bertemu orang di sana, jadi aku masih belum hafal satu
per satu” jelasku.
“tidak masalah, aku mengerti .. oya, kamu bisa bahasa
mandarin?”
“wo neng shuo yi dian dian han yu .. ahh maksudku ,
aku bisa sedikit bahasa mandarin” ia tersenyum dan aku ikut tersenyum.
“ohh good .. kau mau pulang?”
“iya .. tapi aku harus ke lantai atas untuk
mendapatkan taksi” jelasku.
“kita pulang bersama saja, rumahmu daerah mana?”
tanyanya.
“Jakarta” jawabku.
“oke kita satu arah, ayo” ajaknya, aku mengikuti dari
belakang.
Mobil doni sudah terparkir di depan rumahku, kita telah
sampai. Aku sedang mengobrol sebentar saat kita telah sampai sekitar 10 menit
yang lalu, aku senang bisa pulang kerumah dengan selamat.
“rumah kita ternyata berdekatan” terangnya. Kami
sedang mengobrol di depan pagar rumahku.
“sungguh? kau tinggal dimana ?” tanyaku antusias.
“hmm tiga komplek dari sini, tidak jauhlah”
“ohhh .. kamu ada keturunan darah cina?”
“hmm iya, namun aku tidak lancar berbahasa mandiri
sepertimu” ia tertawa ringan aku hanya tersenyum.
“kamu bagaimana bisa tau aku ada darah cinanya?”
tanyanya heran.
“wajahmu yang oriental namun namamu yang Indonesia dan
ada sedikit nama islam dan sedikit nama cina hehe” aku terkekeh ia pun ikut
terkekeh.
“ahh iya .. aku hampir tidak menyadarinya, wajahku
memang oriental tapi agamaku islam” jelasnya membuatku mengangguk.
“maaf, kamu islam sejak lahir?” tanyaku hat-hati.
“hmm iya, aku islam sejak lahir karena keturunan dari
nenek dan kakek adalah cina islam” terangnya.
“ahhh begitu ..”
“hmm .. yasudah aku pamit pulang, salam pada mamahmu,
zai jian (bye)” ia melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil.
“zai jian” aku tersenyum.
“lain waktu kita jalan bersama” lanjutnya, lalu masuk
ke dalam mobil. Aku masuk ke dalam rumah setelah mobil doni telah pergi.
~~*~~
“gimana Aussie?” tanya alysa antusias.
“baik-baik saja” jawabku datar.
“bagaimana urusanmu disana? Apa berjalan dengan baik?”
aku hanya mengangguk sambil menyuap es krim coklat strawberry.
“apa bayak bule disana?”
“tidak ada, orang afrika semua ..”
“Ya!” pekiknya.
“haha .. lagi pertanyaanmu aneh, tentu saja di sana
orang bule semua” aku tertawa dan alysa
cemberut dengan tanggapanku. Kami sedang berada di sebuah toko es krim, kami
sedang menghabiskan waktu bersama setelah sebulan aku pergi dan tidak bertemu
dengannya.
“lalu oleh-oleh untukku mana?” pintanya.
“hmm kau mau apa? Tugu monas? Tugu jogja atau tugu ….
tuguin aja kali ya .. ahahha” aku tertawa lepas ia melemparkan omelan
terhadapku, karena aku meledeknya yang tengah serius menunggu ucapan yang akan
ku lontarkan.
“YA! Nadiennnnnnn …” teriaknya.
“ssttt .. kau membuat banyak pasang mata menoleh pada
kita” pintaku.
“biarin, itu semua salahmu” jawabnya jutek.
“haha .. baiklah, ini untukmu” aku mengeluarkan kotak
kecil panjang dan memberikan pada alysa.
“apa ini?” tanyanya sambil mengambil kotak yang ku
berikan.
“kau buka saja, semoga kau suka” aku tersenyum
menatapnya yang sedang membuka kotak.
“wwaahh .. jeongmal yeoppo (sangat cantik)” gumam
alysa setelah melihat isi dari kotak itu.
“aku sengaja membelikannya karena itu sedang trend
disana dan kau pasti menginginkannya”
“iya aku sangat suka nadien, jeongmal gomawo
(terimakasih banyak)” ucap alysa senang.
“iya .. coba kau pakai” pintaku.
“aku coba ya …” ia memakai kaca mata dan jam tangan
keluaran terbaru dari Gucci.
“kau terlihat lebih cantik” godaku.
“haha .. kau bisa saja, makasih nadien” alysa
tersenyum senang.
“kau tau ? saat kau mau pergi ke Aussie, aku ke
Bandara menyusulmu bersama kevin dan aini”
“hah? Untuk apa menyuslku?” ucapku kaget.
“dia menyusulmu, saat aku mau pergi mengantar mamah
dia datang menemuiku di rumah dan memohon padaku untuk memberi tau kapan kau
akan berangkat ke Aussie dan aku bilang hari ini kau berangkat, lalu dia
meyeretku ikut ke bandara” terangnya.
“dia tau rumahmu dari mana?” tanyaku penasaran.
“aini yang memberitahu, dia datang kerumahku bersama
aini, waktu itu aku tidak di jemput oleh mas ridwan karena masih lembur dan
berhubung sudah malam juga aku bingung mau naik apa, lalu aini menawarkan
pulang bersama, saat itu aku dan aini pulang agak telat sedang mengoreksi tugas
anak-anak” lanjut alysa.
“lalu?”
“kau tau? Dia ingin memberi tahu mu sesuatu”
“ingin memberi tahu apa? Memberi tahu aku, betapa
romantisnya mereka saat berpelukan di depan umum” jawabku setengah malas.
“aishhh .. bukan itu, tapi tunggu .. kau melihatnya?
Kau belum berangkat ke Aussie?”
“belum, pesawatku tertunda selama 15 menit karena ada
gangguan jadi aku masuk ke pesawat jam 9.45” terangku.
“hahhh .. kenapa kau tidak memberi tahuku” protesnya.
“mana aku tahu kalau kalian datang untuk bertemu denganku,
dan aku tidak melihatmu disana”
“yasuda lupakan, kau tau tidak? apa yang mereka bilang
kepadaku saat pulang dari bandara?”
“apa?”
“ternyata kevin sama aini adalah kakak adik, kau tau?
yang mau menikah itu adalah aini bukan kevin jadi undangan yang waktu itu
adalah undangan adiknya, dia memberikan undagan itu melalui kevin karena masih
malu terhadapmu, mungkin karena belum terlalu kenal, ternyata kevin sering cerita
ke aini soal dirimu, selama di Beijing dia sering menelepon aini tengah malam
untuk bercerita tentang dirimu dan katanya dia sudah memiliki rencana
kedepannya bersamamu .. ahhhh sungguh so sweet” terangnya seraya tersenyum.
“lalu kau percaya?”
“hmmm sedikit si, tidak 100%”
“yasudah aku mau pulang” ajakku.
“ikut” sautnya. Kami pulang karena hari mulai sore.
~~*~~
Suasana malam yang sejuk bersama bintang-bintang yang
bersinar indah di atas sana dan di selimuti dengan awan hitam yang tenang, aku
menatap ke langit yang damai, seketika aku merasakan hatiku tenang di temani
angin yang berhembus pelan, aku menyenderkan tubuhku di kusen jendela yang ku
biarkan jendela terbuka lebar, aku ingin menikmati suasana malam yang indah ini
bersama bintang yang bersinar dengan terang. Di saat aku sedang menikmati
pemandangan langit ada suara yang memanggil namaku, ku cari sosok yang
memanggilku dari lantai 2 kamarku, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di
depan pangar, aku menyipitkan mataku memastikan siapa orang yang ada di balik
pagar rumahku, setelah aku mengetahuinya, aku segera tahu bahwa itu bukan alysa
melainkan aini, untuk apa dia kesini? Aku menutup jendela kamarku dan tirai
kamarku rapat-rapat dan tidak memperdulikannya.
‘nadiennnnnn ..’ teriak aini yang masih ku dengar dari
dalam kamar.
‘kumohon keluarlah, ada yang ingin kevin bicarakan’
lanjutnya, tapi aku masih membiarkan ia di luar sana. Pintu kamarku terbuka dan
ku lihat mamahku yang berada di balik pintu.
“nadien .. ayo temui temanmu kasihan dia, tidak baik
bersikab seperti ini” terang mamahku memberi nasihat.
‘Kasihan? Dia saja tidak peduli denganku untuk apa aku
peduli padanya’ batinku, tapi dengan malas aku bangkit dari tidurku dan
menemuinya.
“pria itu memintamu dari mamah” lanjut mamahku saat
aku menuruni tangga. Kakiku langsung berhenti melangkah dan menoleh ke
belakang, mamah sedang berdiri di ujung anak tangga.
“maksud mamah?” tanyaku heran.
“saat kau pergi ke Aussie, pria itu yang bernama kavin
apa .. siapa mamah lupa namanya”
“kevin?” timpalku.
“iya kevin, dia meminta ijin pada mamah, tapi mamah
bilang itu terserah padamu, namun saran mamah jangan terburu-buru lihat dulu
bagaimana dia, jika menurutmu baik lakukanlah sesuai hatimu, tapi kalau mamah
liat anaknya baik, ini insting mamah ya, gak tau kalau kamu, yasudah temui dulu
sana temanmu takutnya penting” jelas mamah yang membuatku menarik nafas, aku
segera menemui aini dengan mengenakan baju piyama.
“ada apa?” tanyaku malas.
“bisa kita keluar sebentar? Ini penting banget, aku
mohon” pintanya dan terpaksa aku mengikutinya.
Mobil aini berjalan dengan kecepatan yang standar aku
memperhatikan jalanan di luar, tak ada percakapan di antara kami selama
perjalanan hingga akhirnya mobil aini berhenti di depan restoran klasik dengan
dekorasi ala eropa. Kamipun turun bersama, namun saat kami tiba di depan pintu
restoran kakiku berhenti melangkah.
“tak mungkin aku masuk dengan pakaian ini” terangku
sambil melihat diriku sendiri.
“sudah tidak apa, tidak ada yang melihat karena
restoran ini sudah kami sewa, bukan. Tapi kevin telah menyewa ini semua dan
mendesign dengan indah, ayo masuk” ia menarik tanganku dan kamipun masuk,
setelah masuk aku di buat terkagum dengan apa yang ku lihat, sungguh, ini
sungguh indah, balon biru putih berterbangan bebas di ruangan ini dan tempat
duduk yang tertata rapih, semuanya berlatar biru putih, warna kesukaanku. Tapi kemana
orang-orang? Kenapa sangat sepi?.
“kau duduk di sini dulu, aku ingin ke toilet” aini
menarikan kursi yang ingin ku duduki dan ia segera pergi ke toilet.
To Be Countinue
Selasa, 17 November 2015
Cinta di Balik Tembok China (The Return of Love) - Part 3
Selamat Membaca ...
Aku berjalan menuju taman garden. Entah kenapa aku menuju tempat ini dimana dulu ini pernah menajadi tempat kami sering bersama, terlebih saat pagi hari, tanpa berjanjian kami sering bertemu di tempat ini dan berlari bersama, setelah itu kami membeli makanan di sekitar taman ini. Aku dan alysa telah sampai di taman garden, kami duduk di bangku yang kosong.
Maaf banyak Typo Bertebaran ...
5 Tahun Kemudian …
15 Maret 2017
15 Maret 2017
Aku sedang berdiri di depan ruangan yang tidak terlalu
besar namun cukup untuk 20 orang duduk di dalamnya. Aku sedang mengajari mereka
bahasa asing. Ya, aku adalah salah satu guru di lembaga pendidikan bahasa asing
yang bernama GLE. Sebuah lembaga pendidikan bahasa asing yang sudah mendapat
izin dari pemerintah daerah. aku mengajar bahasa mandarin, sudah hampir setahun
aku berada di tempat ini, menghadapi sifat anak-anak yang menurutku unik,
walaupun aku belum memiliki anak namun aku dapat mengerti kemauan dan masalah
mereka. Masalah yang mereka hadapi yang terkadang tidaklah ringan untuk mereka
tanggung sendiri, mereka yang baru saja beranjak remaja harus mengahadapi hidup
yang keras, namun bagi mereka yang mempunyai mimpi, mereka dapat melewatinya
dengan usaha serta doa, usaha yang pasti tidaklah mudah mereka lalui. Namun
bagi mereka yang tidak memiliki mimpi? Hmm .. bukan! Mereka bukan tidak
memiliki sebuah mimpi, mereka memilikinya namun mereka tidak tahu bagaimana cara
untuk menggapai mimpi itu, banyak faktor yang membuat mimpi mereka menjadi
buntu tak terarah. Aku memutuskan menjadi guru bahasa asing di lembaga ini,
awalnya tidaklah sengaja, ingin berbagi ilmu kepada mereka yang membutuhkan
namun seiring berjalannya waktu aku menyukai pekerjaanku yang sekarang, yang
sudah hampir satu tahun. Aku menghadapi mereka dan mendidik mereka agar
kehidupan mereka ter’arah, karena merekalah aku menyukai pekerjaan ini, walau
tidaklah mudah mendidik mereka dengan memiliki pemikiran dan karakter yang
pasti sangatlah berbeda-berbeda, namun itu bukanlah alasanku untuk menyerah,
tujuanku hanya 2. Pertama aku ingin membagi banyak ilmu kepada mereka dan kedua
aku ingin mengarahkan kehidupan mereka yang masih kusut seperti benang yang di gulung
tidak teratur.
Aku bekerja di lembaga ini hanyalah sampingan,
pekerjaanku yang pertama adalah membuka sebuah bisnis atau usaha yang telah ku
impikan sejak ku duduk di bangku SMA. Usaha ku berjalan dengan baik dan sesuai
rencana, ku rasa ini hadiah dari tuhan yang ia berikan kepadaku setelah banyak
benang kusut yang harus ku luruskan dengan sabar, keuletan, kerja keras serta
doa. Aku memiliki toko kue yang sekarang di kendalikan oleh mamahku, aku
memegang kendali restoran, butik serta toko sepatu yang tentunya brand milikku
yang ku jual, di umurku yang ke 23 tahun aku telah mendapatkan gelar S1 ekonomi
dengan IPK yang tinggi 3.80, kalau di lihat usiaku tidak ideal untuk mendapat
gelar S1 karena idealnya mereka yang mendapat gelar S1 berumur 21 tahun namun
menurutku aku mendapatkan gelarku dengan waktu yang tepat yaitu 4 tahun karena
aku memulai kuliah saat berusia 19 tahun, menurutku umur bukanlah kendala untuk
menempuh pendidikan itu hanya pandangan masyarakat yang berbeda dan aku sudah
memiliki sebagian mimpiku yang tentunya tidaklah mudah ku raih, banyak krikil
yang menghalangi jalanku untuk sampai di atas dan aku masih harus berjuang
untuk mempertahankan semua ini. 3 tahun sudah aku menjalankan hidup dengan baik
tanpanya, aku memang terlihat baik-baik saja dari luar, namun jika kalian
mengetahui isi hatiku. Aku tidak sebaik yang dikira kalian, luka ini masih
tersimpan dengan baik di sebelah kerinduan dan cinta untuknya yang tentunya
masih ku jaga hingga saat ini.
“oke pelajaran hari ini cukup sampai disini” aku
membereskan buku-buku ku.
“zai jian laoshi” ucap anak-anak yang sudah beranjak
dari kursinya.
“zai jian ..” aku tersenyum kepada mereka. “ jangan
lupa belajar, hafalkan guratan hanzi dengan benar” lanjutku.
“iya laoshi” balas mereka saat di ambang pintu.
Aku keluar dari kelasku yang sudah kosong , aku
berjalan menuju ruang guru untuk menaruh buku dan sebentar merebahkan tubuhku
di kursiku yang empuk. Aku memasuki ruangan yang luas untuk tempat kami para
guru pembimbing beristirahat, aku duduk di kursiku yang letaknya tak jauh
dengan pintu masuk dan menata bukuku kembali ketempatnya.
“hah ..” aku menarik nafas kasar.
“bagaimana hari ini ?” ucap teman sebelahku, dia alysa
guru bahasa korea.
“hari ini cukup menyegarkan, bagaimana denganmu?” tanyaku
balik.
“sama sepertimu, betapa lelahnya mereka belajar hampir
seharian penuh dan di tambah belajar bahasa asing di luar jam sekolah”
lirihnya.
“namun itu sudah tugas mereka, bagaimana pun mereka
harus melakukannya untuk masa depan yang baik, bukan kah orang tua ingin yang
terbaik bagi anak-anknya? Orang tua akan melakukan apapun untuk anaknya agar
mereka sukses di masa depan”
“hmm gurae”
“jangan memakai bahasamu” ucapku yang sedang fokus
dengan komputer di depanku.
“hehe .. mianhae”
“bu ke qi (tidak usah sungkan/ tidak ap-apa)” jawabku,
beginilah kami jika sedang kelelahan suka memakai bahasa keahlian
masing-masing. Namun aku mengerti sedikit-sedikit bahasa korea walau tidak
paham penuh artinya.
“alysa?” panggilku, ia menoleh.
“hmm .. menurutmu bagaimana anak-anak ?” lanjutku.
“mereka baik-baik saja”
“hmm .. aku mengerti”
“lalu?” ucapnya bingung, aku menatapnya.
“apa yang membuatmu peduli dengan anak-anak?”
“karena mereka butuh bimbingan dari kita para guru
selain orang tua” jelasnya.
“hmm .. betul sekali, mereka yang berjalan memakai
alas kaki tidak dapat merasakan sakitnya krikil yang tajam karena mereka sudah
nyaman memakainya dan mereka tidak ingin melepasnya sampai alas kaki itu rusak
dan tidak layak untuk di kenakan lagi lalu membli yang baru. Namun bagi mereka
yang tidak memakai alas kaki, mereka dapat merasakan tajamnya krikil itu hingga
kaki mereka berdarah, mereka akan terus berjalan tanpa memakai alas kaki sampai
mereka menemukan alas kaki yang layak untuk mereka pakai dengan baik dan di
waktu yang baik juga” aku tersenyum, alysa menatapku dari samping heran.
“maksudmu ?” Tanyanya heran.
“hmm ya itulah hidup, seperti itulah mereka nanti mana
yang akan mereka jalani dan mereka pilih, jika mereka lemah pada diri mereka
maka hidup ini akan sangat keras kepada diri mereka namun jika mereka keras
kepada diri mereka sendiri maka hidup akan lemah terhadap mereka yang berarti
mereka dapat mengatasinya dengan baik. Jadi mereka harus bekerja keras untuk
hidup mereka, ya walaupun ada sebagian orang mendapatkannya dengan mudah namun
mereka tidak dapat memaknai apa yang mereka dapat dengan mudah, berbeda dengan
mereka yang bersungguh-sungguh bekerja keras dan belajar” jelasku pada alysa.
“aishhh .. jeongmal daebak” ucapnya kagum sambil
bertepuk tangan.
“berhenti menggunakan bahasa yang tidak ku mengerti”
omelku.
“baiklah, lalu apa yang kau ingin lakukan sekarang?”
“pulang, ayo kita pulang sudah malam” ajak ku.
“baru jam 7 “ protesnya.
“tapi aku sudah lelah, kau mau bareng tidak?” ajak ku
lagi.
“tidak, aku di jemput nanti”
“di jemput pacarmu?” ia mengangguk. “baiklah aku
pulang duluan” lanjutku dan segera mengambil tasku dan kunci mobil di meja lalu
pergi, namun sebelum aku benar-benar keluar dari rungan ini alysa memanggilku.
“nadien?”
“kenapa?” aku menoleh.
“di panggil kepala guru” terangnya, aku menatap heran
namun alysa hanya menggelengkan kepala. Aku pergi menuju meja kepala guru yang
tak jauh dari meja para guru.
“iya ada apa pak?” tanyaku pada pak adi.
“kau mau pulang?” tanyanya balik.
“hmm iya pak”
“nadien? Hmm .. Aku baru dapat info bahwa ada beasiswa
S2 keluar negeri, kau mau ikut beasiswa ini ? jika kau menginginkannya kau
dapat membuka websait beasiswaluarnegeri.com dan ikuti tesnya, tesnya akan di
adakan 1 pekan lagi, jadi persiapkan dirimu untuk kesempatan yang langka, coba
kamu daftar sekarang, siapa tau kamu lolos dengan tes ini dan kamu dapat meraih
S2 mu di luar negeri, yang pasti kamu akan dapat pengalaman yang berharga juga,
pikirkanlah dengan baik” ucapnya aku hanya mengangguk.
“terimakasih atas info dan saranya pak, akan saya
pikirkan” jawabku.
“baiklah, semoga berhasil nadien .. saya yakin kamu
bisa. Oya kamu pulang dengan siapa?”
“saya pulang sendiri pak”
“kamu bawa mobil?”
“iya”
“baiklah, tadinya saya ingin mengantarmu pulang, tapi
yasudah hati-hati di jalan” terangnya.
“yasudah saya pamit” aku segera pergi meninggalkan
mejanya dan ruangan ini, aku masuk kedalam mobil dan pulang kerumah.
~~*~~
“ahhh .. aku bingung” pekiknya frustasi.
“pilihkan saja yang mudah bagi mereka”
“aku gak tahu mana yang mudah bagi mereka”
“sudah kau kasih saja materi yang sudah selesai kalian
bahas” saranku padanya, kami berada di atas kasur kamarku sedang memilah soal
untuk anak-anak ujian minggu depan, alysa terlihat bingung mana soal yang harus
ia keluarkan karena besok senin soal-soal dari para guru harus segera di
berikan kepada kepala guru untuk di cetak lebih banyak.
“kau sudah menemukannya?” tanyanya dengan lemas.
“hmm .. sedikit lagi aku akan menyelesaikannya”
terangku yang sedang mengetik di layar laptop.
“hahhh .. eottokae??” rengeknya.
“kau berikan saja pertanyaan dasar, ku yakin anak-anak
akan mampu mengerjakannya”
“hmm baiklah ..” ia pun mulai mengetik dan
menyelesaikan pekerjaannya yang baru setengah ia lakukan.
“nanti sore kekasihmu menjemput?”
“hmm tidak, aku pulang naik bus .. dia sedang sibuk
dengan pekerjaannya” terangnya.
“ohhh .. hahhh … fighting untuk kita alysa, heheh” aku
tertawa ringan di ikuti olehnya yang hanya tersenyum melihatku.
“bagaimana dengan tes itu nadien?” tanyanya.
“hmm .. aku sudah daftar dan baru 3 hari yang lalu aku
mengikuti ujiannya” jelasku.
“susah soalnya?”
“hmmm .. lumayan, tapi masih bisa ku atasi”
“semoga kau lulus dan bisa mengejar impianmu sekolah
di luar negeri dengan beasiswa itu” ia mengalihkan pandangannya dari laptop dan
memandangku dari samping sambil tersenyum.
“semoga alysa, aku berharap bisa mendapatkannya”
ucapku senang.
“lalu kapan pengumumannya?” tanyanya lagi sambil
mendekatiku.
“hmmm minggu depan tepat saat ujian anak-anak di
mulai”
“semoga namamu ada di sana nadien” ia memelukku dari
samping dan kami tersenyum bersama.
“amin .. sudah kerjakan kembali” perintahku.
“ah iya .. aku hampir lupa hehe” ia tertawa ringan dan
kembali fokus pada laptopnya begitupun aku.
30 menit kemudian …
“hmm .. akhirnya selesai juga” aku menutup laptopku
dan membenarkan posisiku yang tadi tengkurap menjadi duduk lalu mengambil
handphoneku sekedar mengecek notifikasi.
“jangan menggangguku jika kau sudah selesai”
perintanhya yang masih fokus dengan laptopnya, aku hanya melirik sekilas dan
tersenyum. Saat aku sedang asyik melihat bbm dan whatsapp yang masuk, tiba-tiba
ada telepon masuk dari nomor yang tak ku kenal dan kode nomor tersebut bukan
berasal dari Indonesia, aku mengangkatnya segera.
‘hallo .. hai ! ini aku’ ujar suara dari sebrang sana.
“iya ini siapa?” ucapku ketika mendengar suara berat
yang tak asing di telingaku.
‘bagaimana kabarmu? Nanti sore kita bertemu di tempat
biasa .. dah’ sambungan terputus, aku menatap layar handphoneku bingung.
“hah .. aneh, ku rasa salah sambung” celotehku.
“siapa memang?” tanya alysa yang sedang menutup
laptopnya, ternyata ia telah selesai.
“kau sudah selesai?” tanyaku balik.
“hmm … hahh capek sekali, hei ! tadi itu siapa yang
meneleponmu?” tanyanya.
“ahh .. entah, mungkin salah sambung, tiba-tiba
telepon terus dia bilang ketemuan di tempat biasa. Hahh biarkan saja” aku
melempar handphoneku ke kasur, aku merebahkan tubuhku untuk sekedar
beristirahat sebentar setelah mengetik hampir satu hari. Alysa mengambil handphoneku
mungkin ia sedang mengeceknya.
“aku liat sebentar siapa tau penting atau dari
beasiswa itu” ia mengeceknya dengan serius namun tiba-tiba ia membulatkan
matanya “YA!” teriaknya, membuatku membuka mataku.
“kenapa si?”
“ini nomor dari beijing” ucapnya heboh sambil
memberikan handphone kepada ku. Aku segera bangun dan merebut dengan cepat dari
tangannya lalu aku melihat nomor itu lagi.
“kau yakin ? karena aku tak hafal kode setiap negara”
terangku.
“iya nadien, saat papahku pergi dinas ke beijing dia
pernah meneleponku dengan kode persis seperti itu, ya! bukankah papahmu juga
pernah di tugaskan ke bejing hah?”
“hmm .. papahku tidak pernah menghubungi kami selama
tugas di beijing waktu itu, karena aku dan mamah yang selalu menghubungi dari sini” terangku.
“ahh .. jinjja(sungguh)? gurae(baiklah) ..” ucapnya
yang tidak dapat ku mengerti.
“terus bagaiaman sekarang?” tanyaku bingung.
“kau ada kenalan di Beijing? atau ada seseorang yang
sedang kesana?”
“hmm .. ada, tapi mana mungkin itu terjadi” ucapku
putus asa.
“YA!” teriaknya lagi sambil menatapku sebal. “tidak
ada yang tidak mungkin, sudah kau bertemu saja dengannya siapa tau itu dia,
fighting” wajahnya langsung berubah senang, ia menyemangatiku seolah-olah ia
tau siapa yang akan datang.
“siapa tau itu kevin” celetuknya sambil mengumbar
senyuman selebar jari telunjuknya yang panjang. Aku lupa bahawa ia tahu sedikit
kisahku dengan pria berdarah keturunan Tionghoa.
“sudah ayo .. sekarang sudah sore, sekalian aku pulang
.. kajja” lanjutnya sambil menarik tanganku untuk keluar dari ranjang tempatku
beristirahat.
~~*~~
Aku berjalan menuju taman garden. Entah kenapa aku menuju tempat ini dimana dulu ini pernah menajadi tempat kami sering bersama, terlebih saat pagi hari, tanpa berjanjian kami sering bertemu di tempat ini dan berlari bersama, setelah itu kami membeli makanan di sekitar taman ini. Aku dan alysa telah sampai di taman garden, kami duduk di bangku yang kosong.
“yang mana orangnya?” tanyanya penasaran.
“aku juga tidak tahu” jawabku asal.
“mana mungkin kau tidak tahu, kau sangat mencintainya”
jelasnya membuatku menghela nafas.
“aku tidak yakin dia datang, sudah pulang yuk .. ku antar kau sampai ke halte bus” ajakku
sambil berdiri dan ingin pergi.
“YA! Jamkkanman (tunggu)” teriaknya yang membuatku
menoleh.
“sudah ayo .. apa ada yang tertinggal?”
“hmm iya .. kau hampir meninggalkannya” ucapnya sambil
menunjuk ke arah belakangku. Aku membalikkan badanku dan aku melihat apa yang
sesungguhnya inginku lihat sejak 3 tahun lalu, dia yang membuatku jatuh cinta
namun dia pula yang membuatku terluka. Apa dia telah kembali? Apa sungguh benar
dia? Apa aku bermimpi? Aku tercengang, mataku mulai berkaca.
“ni hao nadien” sapanya sambil melambaikan lima jari
tangannya ke arahku. Aku masih terdiam tak membalas ucapnnya, aku masih
menatapnya dalam menyakinkan diriku bahwa ini bukanlah mimpi. Ia tersenyum
padaku, senyuman itu. Senyuman miliknya yang ku rindukan, yang selalu hadir di
dalam mimpiku. Apa ini benar dirinya? Kevin Lau?.
“YA! Kenapa kau diam? Kau tak mau membalas sapaannya?”
bisik alysa yang di sebelahku.
“ahh ??” aku menggaruk kepala ku yang tidak terasa
gatal, aku tersenyum malu. Ia tersenyum melihatku yang salah tingkah.
“ni hao (halo)” balasku sambil menundukkan sedikit
kepalaku memberi salam.
“aishhh .. jeongmal yeoppo (sangat cantik) .. eh?
Maksudku tampan .. beruntungnya dirimu nadien .. tinggi, putih, tampan dan
memiliki postur tubuh yang ideal. Seandainya mas ridwan setampan dia, aku yakin
aku gak akan ngelirik cowok lain kecuali ada yang lebih tampan lagi darinya”
bisiknya sambil menatap kevin tidak berkedip. Mas ridwan adalah kekasih alysa.
“ehemm” alysa segera sadar dengan tindakannya setelah
aku berdeham.
“apa kabarmu? Maaf jika mengganggumu”
“tidak .. kabarku baik, bagaimana denganmu?” tanyaku
senang.
“sama sepertimu” ia tersenyum kepadaku.
“kapan kau kembali?”
“tadi pagi aku kembali”
“ohh ..”
“kau sekarang bisa berbicara mandarin? Kemajuan yang
bagus selama aku tidak ada disini” ucapnya senang.
“ahh tidak juga .. masih harus banyak belajar”
“ohh iya ada yang ingin aku sampaikan padamu” ucapnya
dan ada yang keluar dari belakang punggungnya. Seorang wanita keluar dari balik
punggungnya yang besar sehingga aku tidak menyadari keberadaan wanita itu, wanita
yang tak asing untukku, wanita 3 tahun yang lalu ku lihat keluar dari dalam
rumah kevin bersama dengannya, iya wanita itu. Kekasih kevin. Ada apa ini?
Kenapa ia memperkenalkan wanita itu di saat aku sangat rindu padanya, di saat
aku ingin menghabiskan waktu bersamanya, aku membulatkan mataku, alysa mungkin
menyadari sikapku yang seketika berubah.
“wo jiao ming zi Aini Lau (nama saya aini lau)” ia
memperkenalkan dirinya seraya tersenyum.
“salam kenal” lanjutnya.
“ini buat kamu, ku harap kamu hadir nadien” pintanya,
belum aku selesai dengan wanita yang ada di hadapanku, kevin memberikan sebuah
kertas yang di design dengan indah. Itu adalah undangan pernikahan, aku menatap
undangan itu dengar nanar, air mataku ingin pecah, namun ku putarkan bola
mataku agar air bening ini tidak pecah di depannya, aku berusaha kuat untuk
melihat kenyataan ini, bahwa kevin kembali ke Indonesia untuk menikah dengan
wanita yang ada di sampingnya, kembali bukan untukku namun untuknya. Betapa
bodohnya aku hingga tidak sampai berfikir ke arah sana dan mengingat posisiku
yang sesungguhnya. Perlahan tanganku menggapai undangan tersebut, aku menahan
getaran tanganku, berusaha mengontrol diriku. Dan aku berhasil meraih undangan
itu, menerima sebuah kertas yang tidak begitu tebal, namun menyakitkan. Aku
berusaha mengukir senyuman menyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja.
“nadien? Kau tak apa?” tegur alysa yang mungkin ia
menyadari sikapku.
“aku tidak apa” aku menarik nafas. “xie xie .. aku tidak
bisa janji untuk datang, aku pamit, ayo alysa” aku segera menarik tangan alysa
untuk pergi dari hadapan mereka.
“Ya! Ada apa denganmu?” teriaknya, saat kita berjalan
meninggalkan mereka.
“tidak apa tiba-tiba perutku sakit” aku berusaha
menahan air mataku agar tidak jatuh selama di perjalanan.
“pasti ada yang tidak baik, cepat katakan padaku”
paksanya dan menarik tanganku untuk berhenti, kami berhenti di bawah pohon
rindang yang sudah jauh dari taman garden. Aku mengalihkan pandanganku darinya,
berusaha menolak kontak matanya.
“hei nadien .. tatap mataku, ada apa denganmu? Jangan
seperti ini, bukankah seharusnya kau bahagia ia telah kembali ke Indonesia dan
menghubungimu setelah 3 tahun hah? Bukankah kau rindu padanya? Kenapa kau
seperti ini?” marahnya.
“sudah? Kau sudah selesai ? jika sudah aku mau pulang”
air mataku jatuh setetes membasahi pipiku.
“tidak seperti ini nadien” cegahnya.
“apanya yang tidak seperti ini hah? Lalu ini apa?
Bukankah ini sudah jelas? Jelas bagi kita, bukan tapi jelas bagi aku .. jelas
bagi ku untuk berhenti berkhayal, bermimpi dan menginginkannya, berhenti untuk
terus mencintainya, berhenti merindukannya dan berhenti mengusik hidupnya, kau
tau ? 3 tahun sudah aku menahan semua ini, menahan rasa rinduku dan cintaku untuknya,
dan menyingkirkan luka di hati ini, luka yang 3 tahun lau masih membekas. Kau
pikir aku tidak senang ia kembali ke Indonesia dan langsung menghubungiku
setelah kembalinya? Aku sangat senang melihatnya, karena aku dapat menghabiskan
waktu bersamanya lagi, namun dugaanku salah ia kembali bukan untukku melainkan
untuknya, wanita yang di sebelahnya dan ini ? bukankah ini semua sudah jelas
ALYSA?????” teriakku, aku menunjukkan undangan yang kevin berikan tadi pada
alysa. Aku menangis di hadapan temanku yang sesungguhnya sejak tadi ku tahan
karena aku tak ingin menunjukkan ke sakitan yang kurasa sekarang, namun semua
telah terjadi, alysa telah melihat keadaanku sekarang, alysa mengambil undangan
yang ada di tanganku setelah ia melihatnya ia menatapku dan ia menangis juga
melihatku lalu ia langsung memelukku. Alysa memelukku memberi ketenangan.
“sudah .. menangisalah sepuas hatimu, aku mengerti
nadien, namun kita harus pulang tidak baik kita berlama-lama di sini dalam
keadaanmu seperti ini, maafkan aku yang tidak memahamimu tadi” bisiknya di sela
pelukan kami, aku bersyukur jalanan sepi tidak ada akitifitas di sekitar sini
sehingga tidak ada yang melihat keadaanku yang rapuh ini, aku di antar alysa
pulang kerumah.
To Be Countinue …
Langganan:
Postingan (Atom)