Cast : Han Eun Kyung, Yesung, Lee Ji Hyun, Siwon, Donghae, and OC
Genre : Sad, Romance, Family
Author : Ndy
Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan .. ^^
6 Bulan Kemudian.
Flashback On.
Sebulan setelah
kejadian tersebut, polisi mendatangi rumah siwon dan lee hyun untuk memberikan
informasi, bahwa jasat istrinya tidak dapat ditemukan dan sudah dinyatakan
meninggal. Polisi meminta maaf jika ada kekurangan dalam penyelidikan ini,
namun polisi telah berusaha semampu mereka untuk menemukan istri siwon. Polisi
pamit dari hadapan siwon dan siwon sangat terkejut bahwa istrinya telah tiada.
Siwon terduduk lemas di bangku halaman rumah, memandang dengan pandangan kosong.
Terdengar suara mobil terparkir di depan rumah siwon, itu adalah mobil yesung.
Eun kyung dan yesung menghampiri siwon yang sedang terduduk lemas.
“ada apa denganmu?”
Tanya yesung.
“lanjut atau tidak?”
Tanya siwon.
“maksudmu ?” Tanya eun
kyung heran.
“apa hidupku telah
berakhir?”
“tentu saja belum, kau
harus menjalankan hidup dengan baik. Kau diberi kesempatan untuk hidup
kembali.” Jelas yesung.
“Lalu apa semua ini?”
ucap siwon frustasi.
“ada apa sebenarnya?”
eun kyung penasaran terhadap siwon.
“lee hyun .. tadi,
polisi datang dan memberitahu, bahwa lee hyun …”
“ada apa dengan lee
hyun? Apa dia sudah di ketemukan?”
“meninggal” tutur
siwon. Eun kyung terkejut mendengar ucapan siwon, ia membekab mulutnya tidak
percaya, tubuhnya terasa lemas, otot-ototnya seketika berhenti. Lee hyun segera
bangkit dari duduknya dan pergi keluar rumah namun saat ia keluar …
AAAAAAAAAA ….
Eun kyung berteriak
dengan kencang, yesung segera menghampirinya dan siwon ikut menyusul.
Eun kyung terduduk di
bawah, memegang pergelangan kakinya, ia tergelincir saat menuruni jalan yang
licin. Yesung dan siwon hanya tersenyum, karena mereka kira ada hal yang
mengerikan akan terjadi padanya, maka dari itu mereka tersenyum dan terlihat
rasa syukur melalui hembusan nafas yang lega. Yesung bersyukur, bahwa hanya
kecelakaan kecil yang menimpa istrinya, bukan kecelakaan besar yang akan
membuat dirinya hampir berhenti bernafas.
“apa kalian sudah puas,
memperhatikan ku? Apakah aku ini tontonan kalian?”. Eun kyung bertanya dengan
raut wajah kesal.
“kau kenapa, huh?”.
Dengan santai yesung menanyakan sebab kenapa istrinya bisa terjatuh.
“sudah tahu aku jatuh,
tapi kau masih tanya kenapa? Lagi ini semua karena kau!”. Eun kyung menatap
yesung dengan tatapan tajam. Yesung nampak bingung dengan tuduhan eun kyung
yang tidak berlandaskan dengan kenyataan. Eun kyung jatuh karena kurang
kehati-hatiannya, namun suaminya yang terkena getah dari sikapnya barusan.
Yesung memandang heran dan menunggu apa yang akan ia katakan kembali.
“ini semua karena kau!
Kenapa kau membelikan sepatu ini yang KW, huh? Bukankah, kau membelinya di
Amerika? Tapi, kenapa heals ini bisa patah dengan kejadian barusan?”. Keluar
sudah perkataan yang sudah di tahannya, yang mungkin sejak tadi sudah ia
pertanyakan, kenapa sepatu mahal yang membelinya dengan pesawat, bisa terlepas
begitu saja, hanya karena dia tergelincir seperti itu.
“kenapa ini menjadi
kesalahan ku? Bukan kah ini pilihanmu sendiri, ketika aku membelikan hadiah
untukmu? Lagi pula, aku sudah memberi tahumu, untuk tidak memakai sepatu itu,
saat kita akan pergi kesini, tapi kau tidak mau mendengarkanku.” Terang yesung
yang dibalas istrinya dengan cemberut. “aku sudah melihat, bahwa sepatu itu ada
yang sudah tidak utuh lagi di bagian bawah.”
“la .. lagi .. kenapa
kau tidak memberitahuku, huh? Kau kan sudah tahu bahwa heals ini sudah tidak
layak di pakai, jadinya kan seperti ini, intinya semua ini karenamu!”. Eun
kyung menunjuk suaminya dan tetap pada pendiriannya bahwa ini adalah bukan
kesalahannya.
“semua wanita sama saja
tidak mau kalah, walaupun itu sudah pasti kurang kehati-hatiannya. Hah ..
baiklah, para laki-laki hanya dapat terima dan bersabar, jika wanita sedang
mengomel”. Gumamnya pelan, namun masih dapat di jangkau oleh eun kyung dan
siwon. Yesung membantu mengambilkan sepatu yang terbuang jauh dari eun kyung
terjatuh dan membantu istrinya bangun.
“aku mendengarnya”
lirikan tajam eun kyung, menghantui yesung yang langsung menundukkan pandangan.
Siwon hanya tersenyum melihat tingkah pasangan suami istri ini, lucu dan unik.
“sudah, kita pulang
setelah dari sini, kau tidak bisa kemana-mana dengan sepatu seperti ini, karena
kau berjalan dengan telanjang kaki.”
“lalu?? Kau tega pada
istrimu, huh? Cepat, buka sepatumu, aku akan pakai sepatumu!”. Wajah yesung
terlihat kusut dengan perintah istrinya barusan, jika ia membela diri, itu sama
saja dia siap untuk berperang. Yesung menuruti istrinya, lalu ia membuka sepatu
dan memberikan kepada istrinya, eun kyung tersenyum, perasaannya senang, kerena
kali ini dia menang, walaupun sepatu suaminya longgar saat dikenakannya. Siwon
sekali lagi mengumbar senyuman dan kali ini tertangkap oleh yesung dan eun
kyung yang di balas dengan senyuman serta rasa syukur. Akhirnya, ada juga
senyuman di wajahnya, yang tadinya mereka pikir, sudah tidak dapat melihat
shabatnya tersenyum lagi, namun saat ini siwon sedang tersenyum, walau tokohnya
adalah yesung dan eun kyung yang membuat siwon tersenyum untuk pertama kalinya
setelah kecelakaan itu. Adegan yang tanpa sengaja mereka ciptakan, namun dapat
membuat orang tersenyum.
“yasudah, kami pamit
dulu. Jangan berlarut dalam kesedihan, yakin saja jika lee hyun masih hidup”.
Yesung memberi support yang di balas
anggukan oleh siwon.
“iya, tenang saja,
nanti suamiku yang akan membantu untuk mencari lee hyun”.
“lalu, kau?”
“tentu saja aku ikut,
maksudnya kita yang ikut membantu mencari” eun kyung meralat ucapannya, namun
ditanggapin yesung dengan maksud berbeda.
“jaga dirimu, kawan.
Sampai nanti” yesung dan eun kyung melambaikan tangan sambil tersenyum.
“tunggu!” cegah siwon
yang membuat mereka bedua berhenti.
“wae?” sergap yesung.
Siwon mengambil sepatu eun kyung yang telah rusak tidak jauh dari tempat ia
berdiri, siwon menghampiri yesung dan memberikannya.
“jangan lupakan ini
juga, sepatu ini juga memiliki perasaan, pasti dia tidak ingin ditinggal begitu
saja oleh pemiliknya.” Siwon tersenyum.
“ahh .. sudah, kau
buang saja, si pemiliknya saja tidak peduli, untuk apa kau memperdulikannya.”.
Ucapan yesung, yang di balas dengan injakan kaki oleh eun kyung, yesung meringis kesakitan,
karena di injak menggunakan sepatu dengan hak 3cm. Yesung akhirnya mengambil sepatu itu
dari siwon lalu pergi pulang. Siwon melambaikan kepergian mereka sampai mobil
itu tidak terlihat.
Flashback Off.
Suara bergetar dengan
kencang, suara itu di ulang sebanyak tiga kali. Sesaat setelah bel itu
dibunyikan, keluarlah suara yang lebih ricuh dibanding suara bel pulang
sekolah. Anak-anak keluar kelas sambil berlarian menghampiri ibu mereka yang
sudah siap menunggu di luar kelas. Pembicaraan yang tidak aneh lagi untuk para
guru dengar, ‘eommaku sudah jemput’, ‘eomma belum datang’, ‘eomma jemput gak,
ya?’, ‘mau pulang bareng gak?’, ‘abis ini aku mau beli mainan baru, dong. Kamu
nanti beli gak?’. Hal-hal sesederhana seperti itu yang mereka ucapkan sambil
menata perelatan belajar untuk menunggu bel dibunyikan, namun hal seperti itu
dapat membuat emosi yang mereka rasakan sangat berbeda. Belum lagi sifat
anak-anak yang mudah terpangaruh dengan apa yang mereka lihat dan dengar, sifat
ingin tahu yang besar tanpa berpikir bahaya untuk diri sendiri. Serta emosi
yang belum terkendali dengan baik.
“jangan lupakan tugas
dari ibu, nde?” ucap guru di depan kelas setelah muridnya sudah duduk rapih
untuk menuggu bel berbunyi.
“nde, sonsengnim.” Tidak
lama untuk menunggu bel berbunyi, mereka memberi salam—dan segera berlari
keluar kelas. Dengan gembira mereka berlari dan berjalan keluar dari kelasnya,
mungkin di waktu-waktu seperti ini yang mereka tunggu setelah hampir satu hari
di sekolah melakukan kegiatan yang melelahkan. Jihyun tersenyum melihat anak
muridnya berkaburan keluar dengan senyuman. Jihyun jadi teringat masa-masa
dimana ia dulu pernah melakukan hal seperti anak muridnya.
Jihyun sudah sampai dirumah, punggungnya terasa seperti di tusuk-tusuk. Hari ini jihyun menggantikan kakaknya mengajar di sekolah TK tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Kakaknya Park Ji Eun sedang ada urusan ke Daegu, ada keperluan dengan sekolah pusat, maka dari itu jihyun menggantikan kakanya, lagi pula memang sudah tugas jihyun menggantikan kakaknya jika dia sedang berhalangan hadir, karena jihyun adalah asisten guru. Hari ini jihyun ada jadwal kedokter, untuk konsultasi di salah satu rumah sakit di incheon.
#Rumah Sakit. Gachon University Gil Medical Center /
Gil Hospital.
Jihyun sudah tiba di
rumah sakit, ia berjalan menuju lobby dan mengarah pada resepsionis untuk
menanyakan kehadiran dokternya hari ini. Jihyun melangkah menuju lift, hari ini
dokternya hadir dan sedang tidak ada pasien yang mengunjungi. Pasien yang
paling rutin mendatanginya mungkin hanyalah aku, entah kenapa rasa nyaman
timbul, jika berbincang dengannya, mengenai kondisiku ataupun mengenai hal
diluar kondisiku. Dokter jihyun masih terlihat muda, dengan usia yang belum
terlalu tua untuk di panggil dokter, yang berarti orang ini memiliki kecerdasan
yang lebih dengan usia yang masih muda sudah di panggil dokter. Dimana
kebanyakan dokter adalah bisa dinyatakan sebagai dokter di saat usia mereka
tidak muda lagi. Karena butuh proses panjang untuk menjadikan diri mereka
dokter, banyak hal yang harus untuk di pelajari lebih dalam. Seperti tokoh
utama di dalam film atau novel, yang harus berjuang melawan para penjahat yang
akan menghalangi pencapaian pada tokoh utama, tokoh utama harus merasakan semua
emosi untuk pertahanannya hingga sampai pada tujuan yaitu kebahagiaan. Seperti
itulah mendeskripsikan dengan hal yang sederhana, bagaimana perjuangan
seseorang untuk menjadi dokter.
Jihyun sudah sampai
diruangan dokter lee, jihyun hanya ingin mencurahkan apa yang dia rasakan untuk
beberapa hari ini.
“gimana kabarmu?” Tanya
dok lee.
“kurang baik, sudah
beberapa hari ini, punggungku sakit sekali, aku sudah meminum pereda rasa
sakit, namun esokannya aku merasakan kembali.” Terang jihyun yang dibalas
anggukan oleh lee.
“baiklah, nanti akan ku
berikan obat penghilang rasa sakit. Lalu, bagaimana dengan kondisimu yang
lain?”
“kondisiku yang
lainnya, masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah dan tidak ada
kemajuan, masih pada tempatnya.”
“baiklah, memang butuh
waktu yang lama untuk membuat kondisimu kembali membaik seperti sedia kala.
Namun, kau jangan patah semangat, kau harus tetap melakukan aktivitas, agar
dengan kesibukanmu kemungkinan ada kemajuan yang dapat berdampak baik pada
kondisimu.” Terang dok lee yang membuat jihyun mengangguk.
“hmm .. gimana kalau
kita keluar? Meminum secangkir kopi atau teh? Berhubung pasienmu hari ini hanya
aku saja yang datang.” Rayu jihyun yang membuat lee tersenyum dan menyetujui
ajakannya.
***
Daegu, 2 Minggu Kemudian.
Daegu dan incheon tidak
terlalu jauh perbedaannya. Hanya tempat tinggal yang berbeda serta wilayah yang
akan di tempati. Tempat jihyun yang lumayan jauh dari kota incheon dan sekarang
akan lebih dekat dengan pusat kota daegu. Sudah 2 minggu jihyun menjalankan
aktivitas disini dan meninggalkan kehidupan serta kebiasaannya di incheon. Lee
hyun di pindah tugaskan ke sekolah pusat dan ia di angkat menjadi seorang guru
di tempat barunya serta ia harus memegang tanggungjawab baru yang lebih besar
sekarang. Jihyun dan ji eun akan memulai hari-hari barunya di tempat yang cukup
indah juga, jika di lihat dan di rasakan.
“tempat ini sedikit
lebih ramai, bukan?” jihyun mengeluarkan sedikit kepalanya di jendela. Jihyun
dan ji eun sedang jalan-jalan menyusuri tempat yang indah.
“akan pergi kemana kita?”
Tanya ji eun.
“aku, ikut padamu
eonni. Yang penting tempat itu membawa keindahan yang dapat membuat hati terasa
senang dan diri ini ikut menikmati perjalanan tersebut.” Jihyun tersenyum
sambil menutup matanya, menikmati udara yang tidak pernah ia bosan menghirupnya
dengan caranya sendiri. Mengeluarkan tangannya ke jendela dan mengeluarkan
sedikit kepalanya, lalu ia nikmati angin yang berhembus kencang, seperti itulah
jihyun jika sedang berada di dalam mobil, di saat sedang pergi kemanapun
tujuaannya. Ia selalu suka udara segar, dari dulu hingga saat ini, hal itu
tidak pernah hilang. Ji eun menyetir mobilnya menuju myeongdong, tempat
berbelanja sekalipun tempat makan, yang orang bilang, banyak jajanan yang
tersedia disana.
Jihyun dan ji eun sudah
sampai di tempat tujuan. Mereka berdua menjajaki tempat makanan, melihat sambil
berjalan dengan wajah terpanah dan tawa kecil. Sesekali mereka berhenti di
tempat makan yang membuatnya tertarik untuk dimakan, lalu mereka jalan kembali
sambil memakan jajanan tersebut, mereka masuk ke toko untuk sekedar
melihat-lihat dan mencobanya sesaat, tanpa membelinya. Lalu, mereka keluar dari
toko tersebut dan melanjutkan petualangannya mencari sesuatu yang menarik
perhatiaan perutnya. Hingga pada akhirnya mereka berhenti di sebuah kedai dan
membeli beberapa makanan untuk dibungkus dan dibawa ke sungai hang. Setelah
dari sini, mereka memliki rencana ketempat dimana banyak orang yang kesana jika
weekend tiba tapi tidak memiliki waktu banyak untuk berlibur jauh, jadi inilah
salah satu pilihan hiburan di tengah kota yang super sibuk, selain tempat
bermain seperti lotte world atau wonderland yang terlalu megah dan mahal untuk
di kunjungi. Jika ada hal sederhana yang sudah dapat mengubah moodmu menjadi
lebih baik, kenapa tidak?.
#Sungai Hang.
Jihyun dan ji eun
berjalan mencari tempat duduk yang belum ditempati oleh orang. Udara malam di
pinggir sungai sangat sejuk, membuat pikiran jihyun dan ji eun tenang seketika.
Jihyun menarik kakanya duduk di anak tangga yang tidak jauh dari bibir sungai.
“akhirnya, kita pada
puncaknya. Aku senang hari ini, kita dapat menjelajahi tempat indah itu” jihyun
tersenyum bahagia, disambut senyuman balik oleh kakaknya.
“apa kau merasakan
dingin?” ji eun mengusap-ngusap lengannya.
“hmm .. sedikit, tapi
tidak apa, kita nikmati malam ini dengan baik dan dengan perut yang sudah
terisi.” Jihyun mengeluarkan tteobboki dan ceker ayam pedas.
“wahhhh .. makanan ringan
yang nikmat. Tteobboki atau ceker pedas ini? Pilih salah satu yang akan kita makan duluan?” ji
eun memainkan alisnya naik turun, jihyun menerawang makanan yang sedang di
pegang kakaknya, kira-kira makanan yang mana yang terlibih dahulu akan di
santap bersama. Pada akhirnya jihyun menunjuk ceker ayam pedas yang ada di
tangan kiri kakaknya. Ji eun menaruh tteobbokinya dan mulai menyantap ceker
pedas itu bersama jihyun.
“hmmm … massita, neomu
massita” gumam ji eun sambil mengunyah.
“level berapa tingkat
kepedasan ini, omo …” jihyun kepedasan baru sekali santap, ji eun tertawa kecil
melihat ekspresi jihyun yang lucu seperti itu.
“bukan kah ini enak? Pedasnya
di tingkat biasa, ada apa denganmu?”
“molla .. tidak
biasanya aku seperti ini, apa karena udara dingin di sini?”
“mungkin, sehingga
udara dingin itu menusuk dirimu sampai ke lidahmu, sehingga kau tidak dapat
menahan pedasnya ceker ini, sudah kita lanjutkan makan ini.” Jihyun dan ji eun
menghabiskan ceker itu bersama lalu beralih ke tteobboki yang sudah menanti
ingin di santap sejak tadi. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan tteobboki
tersebut, dalam sekejap sudah bersih semua. Jihyun dan ji eun membersihkan
semua sampah yang ada di dekatnya dan membuangnya ke tempat sampah.
Jihyun dan ji eun duduk
dengan santai sambil menikmati suasana sungai hang, dengan perut yang sudah
penuh terisi. Angin berhembus cukup kencang malam ini, banyak orang yang
menenggelamkan dirinya ke dalam mantel. Walau dalam suasan dingin seperti ini,
mereka tetap berkunjung ke tempat ini bersama teman, pacar, keluarga dan orang
terdekat mereka, untuk sekedar bermain bersama, menghibur, jogging di malam
hari atau berbagi duka dengan secangkir coffe di tangan mereka masing-masing.
“sudah terlalu larut,
bukan kah sebaiknya kita kembali?” ajak ji eun yang di sambut senyuman oleh
jihyun. Merekapun kembali pulang karena aktivitas mereka sudah cukup sampai
disini hari ini.
***
Di malam dengan udara
yang menusuk hingga ke dalam tubuh, membuat sebuah toko dengan cakupan ruang yang
tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil ini, cukup ramai di datangi
pengunjung untuk membeli minuman hangat dan makanan ringan, untuk menemani
udara dingin malam ini. Pemilik toko ikut bergabung dengan para pegawainya yang
sibuk melayani customer yang tidak berhentinya datang ke meja kasir. Ya, dia
adalah si pemilik toko ini, yesung.
Yesung mengumbar
senyuman ramahnya ke pada pelanggan agar tercipta kenyamanan dan mereka dapat
kembali lagi untuk melihat dan bertemu dengan yesung, aniya!. Maksudnya,
kembali untuk membeli makanan atau minuman di toko ini. Yesung sibuk
menempelkan list antrian ke meja yang ada di belakangnya dan kembali ke meja
kasir untuk mengetik di computer, apa saja yang akan di pesan. Sikap yesung
melayani customer sangat sigap, hingga ia sering menghela nafas karena banyak
gerak malam ini. Di waktu-waktu padat telah berlalu, kini yesung bisa bernafas
lebih tenang, karena pelanggannya sudah mulai berkurang tidak seperti setengah
jam yang lalu. Yesung menatap keluar, melihat aktivitas yang cukup ramai malam ini,
tentu saja ramai, hari ini adalah hari keluarga alias weekend. Tapi di hari
libur ini, ia malah menyibukan dirinya di toko, bukan berlibur bersama
keluarga. Yesung tersenyum dan melepaskan celemek yang ada di tubuhnya. Mata yesung
menagkap sesuatu yang tidak sengaja ia lihat diluar, ia semakin menegaskan hal
itu hingga matanya membulat seperti tidak percaya dengan yang ia lihat. Namun dengan
sekejap mata bulat itu memudar berubah kembali seperti biasanya, mata sipitnya.
To Be Continue ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar