Sabtu, 07 Januari 2017

Remember You (2)

Judul : Remember You (2)

Cast : Han Eun Kyung, Yesung, Lee Ji Hyun, Siwon, Donghae, and OC

Genre : Sad, Romance, Family

Author : Ndy

Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan .. ^^





6 Bulan Kemudian.

 Flashback On.

Sebulan setelah kejadian tersebut, polisi mendatangi rumah siwon dan lee hyun untuk memberikan informasi, bahwa jasat istrinya tidak dapat ditemukan dan sudah dinyatakan meninggal. Polisi meminta maaf jika ada kekurangan dalam penyelidikan ini, namun polisi telah berusaha semampu mereka untuk menemukan istri siwon. Polisi pamit dari hadapan siwon dan siwon sangat terkejut bahwa istrinya telah tiada. Siwon terduduk lemas di bangku halaman rumah, memandang dengan pandangan kosong. Terdengar suara mobil terparkir di depan rumah siwon, itu adalah mobil yesung. 

Eun kyung dan yesung menghampiri siwon yang sedang terduduk lemas.

“ada apa denganmu?” Tanya yesung.

“lanjut atau tidak?” Tanya siwon.

“maksudmu ?” Tanya eun kyung heran.

“apa hidupku telah berakhir?”

“tentu saja belum, kau harus menjalankan hidup dengan baik. Kau diberi kesempatan untuk hidup kembali.” Jelas yesung.

“Lalu apa semua ini?” ucap siwon frustasi.

“ada apa sebenarnya?” eun kyung penasaran terhadap siwon.

“lee hyun .. tadi, polisi datang dan memberitahu, bahwa lee hyun …”

“ada apa dengan lee hyun? Apa dia sudah di ketemukan?”

“meninggal” tutur siwon. Eun kyung terkejut mendengar ucapan siwon, ia membekab mulutnya tidak percaya, tubuhnya terasa lemas, otot-ototnya seketika berhenti. Lee hyun segera bangkit dari duduknya dan pergi keluar rumah namun saat ia keluar …

AAAAAAAAAA ….

Eun kyung berteriak dengan kencang, yesung segera menghampirinya dan siwon ikut menyusul.

Eun kyung terduduk di bawah, memegang pergelangan kakinya, ia tergelincir saat menuruni jalan yang licin. Yesung dan siwon hanya tersenyum, karena mereka kira ada hal yang mengerikan akan terjadi padanya, maka dari itu mereka tersenyum dan terlihat rasa syukur melalui hembusan nafas yang lega. Yesung bersyukur, bahwa hanya kecelakaan kecil yang menimpa istrinya, bukan kecelakaan besar yang akan membuat dirinya hampir berhenti bernafas.

“apa kalian sudah puas, memperhatikan ku? Apakah aku ini tontonan kalian?”. Eun kyung bertanya dengan raut wajah kesal.

“kau kenapa, huh?”. Dengan santai yesung menanyakan sebab kenapa istrinya bisa terjatuh.

“sudah tahu aku jatuh, tapi kau masih tanya kenapa? Lagi ini semua karena kau!”. Eun kyung menatap yesung dengan tatapan tajam. Yesung nampak bingung dengan tuduhan eun kyung yang tidak berlandaskan dengan kenyataan. Eun kyung jatuh karena kurang kehati-hatiannya, namun suaminya yang terkena getah dari sikapnya barusan. Yesung memandang heran dan menunggu apa yang akan ia katakan kembali.

“ini semua karena kau! Kenapa kau membelikan sepatu ini yang KW, huh? Bukankah, kau membelinya di Amerika? Tapi, kenapa heals ini bisa patah dengan kejadian barusan?”. Keluar sudah perkataan yang sudah di tahannya, yang mungkin sejak tadi sudah ia pertanyakan, kenapa sepatu mahal yang membelinya dengan pesawat, bisa terlepas begitu saja, hanya karena dia tergelincir seperti itu.

“kenapa ini menjadi kesalahan ku? Bukan kah ini pilihanmu sendiri, ketika aku membelikan hadiah untukmu? Lagi pula, aku sudah memberi tahumu, untuk tidak memakai sepatu itu, saat kita akan pergi kesini, tapi kau tidak mau mendengarkanku.” Terang yesung yang dibalas istrinya dengan cemberut. “aku sudah melihat, bahwa sepatu itu ada yang sudah tidak utuh lagi di bagian bawah.”

“la .. lagi .. kenapa kau tidak memberitahuku, huh? Kau kan sudah tahu bahwa heals ini sudah tidak layak di pakai, jadinya kan seperti ini, intinya semua ini karenamu!”. Eun kyung menunjuk suaminya dan tetap pada pendiriannya bahwa ini adalah bukan kesalahannya.

“semua wanita sama saja tidak mau kalah, walaupun itu sudah pasti kurang kehati-hatiannya. Hah .. baiklah, para laki-laki hanya dapat terima dan bersabar, jika wanita sedang mengomel”. Gumamnya pelan, namun masih dapat di jangkau oleh eun kyung dan siwon. Yesung membantu mengambilkan sepatu yang terbuang jauh dari eun kyung terjatuh dan membantu istrinya bangun.

“aku mendengarnya” lirikan tajam eun kyung, menghantui yesung yang langsung menundukkan pandangan. Siwon hanya tersenyum melihat tingkah pasangan suami istri ini, lucu dan unik.

“sudah, kita pulang setelah dari sini, kau tidak bisa kemana-mana dengan sepatu seperti ini, karena kau berjalan dengan telanjang kaki.”

“lalu?? Kau tega pada istrimu, huh? Cepat, buka sepatumu, aku akan pakai sepatumu!”. Wajah yesung terlihat kusut dengan perintah istrinya barusan, jika ia membela diri, itu sama saja dia siap untuk berperang. Yesung menuruti istrinya, lalu ia membuka sepatu dan memberikan kepada istrinya, eun kyung tersenyum, perasaannya senang, kerena kali ini dia menang, walaupun sepatu suaminya longgar saat dikenakannya. Siwon sekali lagi mengumbar senyuman dan kali ini tertangkap oleh yesung dan eun kyung yang di balas dengan senyuman serta rasa syukur. Akhirnya, ada juga senyuman di wajahnya, yang tadinya mereka pikir, sudah tidak dapat melihat shabatnya tersenyum lagi, namun saat ini siwon sedang tersenyum, walau tokohnya adalah yesung dan eun kyung yang membuat siwon tersenyum untuk pertama kalinya setelah kecelakaan itu. Adegan yang tanpa sengaja mereka ciptakan, namun dapat membuat orang tersenyum.

“yasudah, kami pamit dulu. Jangan berlarut dalam kesedihan, yakin saja jika lee hyun masih hidup”. Yesung  memberi support yang di balas anggukan oleh siwon.

“iya, tenang saja, nanti suamiku yang akan membantu untuk mencari lee hyun”.

“lalu, kau?”

“tentu saja aku ikut, maksudnya kita yang ikut membantu mencari” eun kyung meralat ucapannya, namun ditanggapin yesung dengan maksud berbeda.

“jaga dirimu, kawan. Sampai nanti” yesung dan eun kyung melambaikan tangan sambil tersenyum.

“tunggu!” cegah siwon yang membuat mereka bedua berhenti.

“wae?” sergap yesung. Siwon mengambil sepatu eun kyung yang telah rusak tidak jauh dari tempat ia berdiri, siwon menghampiri yesung dan memberikannya.

“jangan lupakan ini juga, sepatu ini juga memiliki perasaan, pasti dia tidak ingin ditinggal begitu saja oleh pemiliknya.” Siwon tersenyum.

“ahh .. sudah, kau buang saja, si pemiliknya saja tidak peduli, untuk apa kau memperdulikannya.”. Ucapan yesung, yang di balas dengan injakan kaki oleh eun kyung, yesung meringis kesakitan, karena di injak menggunakan sepatu dengan hak 3cm. Yesung akhirnya mengambil sepatu itu dari siwon lalu pergi pulang. Siwon melambaikan kepergian mereka sampai mobil itu tidak terlihat.

Flashback Off.

Suara bergetar dengan kencang, suara itu di ulang sebanyak tiga kali. Sesaat setelah bel itu dibunyikan, keluarlah suara yang lebih ricuh dibanding suara bel pulang sekolah. Anak-anak keluar kelas sambil berlarian menghampiri ibu mereka yang sudah siap menunggu di luar kelas. Pembicaraan yang tidak aneh lagi untuk para guru dengar, ‘eommaku sudah jemput’, ‘eomma belum datang’, ‘eomma jemput gak, ya?’, ‘mau pulang bareng gak?’, ‘abis ini aku mau beli mainan baru, dong. Kamu nanti beli gak?’. Hal-hal sesederhana seperti itu yang mereka ucapkan sambil menata perelatan belajar untuk menunggu bel dibunyikan, namun hal seperti itu dapat membuat emosi yang mereka rasakan sangat berbeda. Belum lagi sifat anak-anak yang mudah terpangaruh dengan apa yang mereka lihat dan dengar, sifat ingin tahu yang besar tanpa berpikir bahaya untuk diri sendiri. Serta emosi yang belum terkendali dengan baik.

“jangan lupakan tugas dari ibu, nde?” ucap guru di depan kelas setelah muridnya sudah duduk rapih untuk menuggu bel berbunyi.

“nde, sonsengnim.” Tidak lama untuk menunggu bel berbunyi, mereka memberi salam—dan segera berlari keluar kelas. Dengan gembira mereka berlari dan berjalan keluar dari kelasnya, mungkin di waktu-waktu seperti ini yang mereka tunggu setelah hampir satu hari di sekolah melakukan kegiatan yang melelahkan. Jihyun tersenyum melihat anak muridnya berkaburan keluar dengan senyuman. Jihyun jadi teringat masa-masa dimana ia dulu pernah melakukan hal seperti anak muridnya.

Jihyun sudah sampai dirumah, punggungnya terasa seperti di tusuk-tusuk. Hari ini jihyun menggantikan kakaknya mengajar di sekolah TK tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Kakaknya Park Ji Eun sedang ada urusan ke Daegu, ada keperluan dengan sekolah pusat, maka dari itu jihyun menggantikan kakanya, lagi pula memang sudah tugas jihyun menggantikan kakaknya jika dia sedang berhalangan hadir, karena jihyun adalah asisten guru. Hari ini jihyun ada jadwal kedokter, untuk konsultasi di salah satu rumah sakit di incheon.

#Rumah Sakit. Gachon University Gil Medical Center / Gil Hospital.

Jihyun sudah tiba di rumah sakit, ia berjalan menuju lobby dan mengarah pada resepsionis untuk menanyakan kehadiran dokternya hari ini. Jihyun melangkah menuju lift, hari ini dokternya hadir dan sedang tidak ada pasien yang mengunjungi. Pasien yang paling rutin mendatanginya mungkin hanyalah aku, entah kenapa rasa nyaman timbul, jika berbincang dengannya, mengenai kondisiku ataupun mengenai hal diluar kondisiku. Dokter jihyun masih terlihat muda, dengan usia yang belum terlalu tua untuk di panggil dokter, yang berarti orang ini memiliki kecerdasan yang lebih dengan usia yang masih muda sudah di panggil dokter. Dimana kebanyakan dokter adalah bisa dinyatakan sebagai dokter di saat usia mereka tidak muda lagi. Karena butuh proses panjang untuk menjadikan diri mereka dokter, banyak hal yang harus untuk di pelajari lebih dalam. Seperti tokoh utama di dalam film atau novel, yang harus berjuang melawan para penjahat yang akan menghalangi pencapaian pada tokoh utama, tokoh utama harus merasakan semua emosi untuk pertahanannya hingga sampai pada tujuan yaitu kebahagiaan. Seperti itulah mendeskripsikan dengan hal yang sederhana, bagaimana perjuangan seseorang untuk menjadi dokter.
Jihyun sudah sampai diruangan dokter lee, jihyun hanya ingin mencurahkan apa yang dia rasakan untuk beberapa hari ini.

“gimana kabarmu?” Tanya dok lee.

“kurang baik, sudah beberapa hari ini, punggungku sakit sekali, aku sudah meminum pereda rasa sakit, namun esokannya aku merasakan kembali.” Terang jihyun yang dibalas anggukan oleh lee.

“baiklah, nanti akan ku berikan obat penghilang rasa sakit. Lalu, bagaimana dengan kondisimu yang lain?”

“kondisiku yang lainnya, masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah dan tidak ada kemajuan, masih pada tempatnya.”

“baiklah, memang butuh waktu yang lama untuk membuat kondisimu kembali membaik seperti sedia kala. Namun, kau jangan patah semangat, kau harus tetap melakukan aktivitas, agar dengan kesibukanmu kemungkinan ada kemajuan yang dapat berdampak baik pada kondisimu.” Terang dok lee yang membuat jihyun mengangguk.

“hmm .. gimana kalau kita keluar? Meminum secangkir kopi atau teh? Berhubung pasienmu hari ini hanya aku saja yang datang.” Rayu jihyun yang membuat lee tersenyum dan menyetujui ajakannya.


***

Daegu, 2 Minggu Kemudian.
Daegu dan incheon tidak terlalu jauh perbedaannya. Hanya tempat tinggal yang berbeda serta wilayah yang akan di tempati. Tempat jihyun yang lumayan jauh dari kota incheon dan sekarang akan lebih dekat dengan pusat kota daegu. Sudah 2 minggu jihyun menjalankan aktivitas disini dan meninggalkan kehidupan serta kebiasaannya di incheon. Lee hyun di pindah tugaskan ke sekolah pusat dan ia di angkat menjadi seorang guru di tempat barunya serta ia harus memegang tanggungjawab baru yang lebih besar sekarang. Jihyun dan ji eun akan memulai hari-hari barunya di tempat yang cukup indah juga, jika di lihat dan di rasakan.

“tempat ini sedikit lebih ramai, bukan?” jihyun mengeluarkan sedikit kepalanya di jendela. Jihyun dan ji eun sedang jalan-jalan menyusuri tempat yang indah.

“akan pergi kemana kita?” Tanya ji eun.

“aku, ikut padamu eonni. Yang penting tempat itu membawa keindahan yang dapat membuat hati terasa senang dan diri ini ikut menikmati perjalanan tersebut.” Jihyun tersenyum sambil menutup matanya, menikmati udara yang tidak pernah ia bosan menghirupnya dengan caranya sendiri. Mengeluarkan tangannya ke jendela dan mengeluarkan sedikit kepalanya, lalu ia nikmati angin yang berhembus kencang, seperti itulah jihyun jika sedang berada di dalam mobil, di saat sedang pergi kemanapun tujuaannya. Ia selalu suka udara segar, dari dulu hingga saat ini, hal itu tidak pernah hilang. Ji eun menyetir mobilnya menuju myeongdong, tempat berbelanja sekalipun tempat makan, yang orang bilang, banyak jajanan yang tersedia disana.

Jihyun dan ji eun sudah sampai di tempat tujuan. Mereka berdua menjajaki tempat makanan, melihat sambil berjalan dengan wajah terpanah dan tawa kecil. Sesekali mereka berhenti di tempat makan yang membuatnya tertarik untuk dimakan, lalu mereka jalan kembali sambil memakan jajanan tersebut, mereka masuk ke toko untuk sekedar melihat-lihat dan mencobanya sesaat, tanpa membelinya. Lalu, mereka keluar dari toko tersebut dan melanjutkan petualangannya mencari sesuatu yang menarik perhatiaan perutnya. Hingga pada akhirnya mereka berhenti di sebuah kedai dan membeli beberapa makanan untuk dibungkus dan dibawa ke sungai hang. Setelah dari sini, mereka memliki rencana ketempat dimana banyak orang yang kesana jika weekend tiba tapi tidak memiliki waktu banyak untuk berlibur jauh, jadi inilah salah satu pilihan hiburan di tengah kota yang super sibuk, selain tempat bermain seperti lotte world atau wonderland yang terlalu megah dan mahal untuk di kunjungi. Jika ada hal sederhana yang sudah dapat mengubah moodmu menjadi lebih baik, kenapa tidak?.

#Sungai Hang.

Jihyun dan ji eun berjalan mencari tempat duduk yang belum ditempati oleh orang. Udara malam di pinggir sungai sangat sejuk, membuat pikiran jihyun dan ji eun tenang seketika. Jihyun menarik kakanya duduk di anak tangga yang tidak jauh dari bibir sungai.

“akhirnya, kita pada puncaknya. Aku senang hari ini, kita dapat menjelajahi tempat indah itu” jihyun tersenyum bahagia, disambut senyuman balik oleh kakaknya.

“apa kau merasakan dingin?” ji eun mengusap-ngusap lengannya.

“hmm .. sedikit, tapi tidak apa, kita nikmati malam ini dengan baik dan dengan perut yang sudah terisi.” Jihyun mengeluarkan tteobboki dan ceker ayam pedas.

“wahhhh .. makanan ringan yang nikmat. Tteobboki atau ceker pedas ini? Pilih salah satu yang akan kita makan duluan?” ji eun memainkan alisnya naik turun, jihyun menerawang makanan yang sedang di pegang kakaknya, kira-kira makanan yang mana yang terlibih dahulu akan di santap bersama. Pada akhirnya jihyun menunjuk ceker ayam pedas yang ada di tangan kiri kakaknya. Ji eun menaruh tteobbokinya dan mulai menyantap ceker pedas itu bersama jihyun.

“hmmm … massita, neomu massita” gumam ji eun sambil mengunyah.

“level berapa tingkat kepedasan ini, omo …” jihyun kepedasan baru sekali santap, ji eun tertawa kecil melihat ekspresi jihyun yang lucu seperti itu.

“bukan kah ini enak? Pedasnya di tingkat biasa, ada apa denganmu?”

“molla .. tidak biasanya aku seperti ini, apa karena udara dingin di sini?”

“mungkin, sehingga udara dingin itu menusuk dirimu sampai ke lidahmu, sehingga kau tidak dapat menahan pedasnya ceker ini, sudah kita lanjutkan makan ini.” Jihyun dan ji eun menghabiskan ceker itu bersama lalu beralih ke tteobboki yang sudah menanti ingin di santap sejak tadi. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan tteobboki tersebut, dalam sekejap sudah bersih semua. Jihyun dan ji eun membersihkan semua sampah yang ada di dekatnya dan membuangnya ke tempat sampah.
Jihyun dan ji eun duduk dengan santai sambil menikmati suasana sungai hang, dengan perut yang sudah penuh terisi. Angin berhembus cukup kencang malam ini, banyak orang yang menenggelamkan dirinya ke dalam mantel. Walau dalam suasan dingin seperti ini, mereka tetap berkunjung ke tempat ini bersama teman, pacar, keluarga dan orang terdekat mereka, untuk sekedar bermain bersama, menghibur, jogging di malam hari atau berbagi duka dengan secangkir coffe di tangan mereka masing-masing.

“sudah terlalu larut, bukan kah sebaiknya kita kembali?” ajak ji eun yang di sambut senyuman oleh jihyun. Merekapun kembali pulang karena aktivitas mereka sudah cukup sampai disini hari ini.


***

Di malam dengan udara yang menusuk hingga ke dalam tubuh, membuat sebuah toko dengan cakupan ruang yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil ini, cukup ramai di datangi pengunjung untuk membeli minuman hangat dan makanan ringan, untuk menemani udara dingin malam ini. Pemilik toko ikut bergabung dengan para pegawainya yang sibuk melayani customer yang tidak berhentinya datang ke meja kasir. Ya, dia adalah si pemilik toko ini, yesung.
Yesung mengumbar senyuman ramahnya ke pada pelanggan agar tercipta kenyamanan dan mereka dapat kembali lagi untuk melihat dan bertemu dengan yesung, aniya!. Maksudnya, kembali untuk membeli makanan atau minuman di toko ini. Yesung sibuk menempelkan list antrian ke meja yang ada di belakangnya dan kembali ke meja kasir untuk mengetik di computer, apa saja yang akan di pesan. Sikap yesung melayani customer sangat sigap, hingga ia sering menghela nafas karena banyak gerak malam ini. Di waktu-waktu padat telah berlalu, kini yesung bisa bernafas lebih tenang, karena pelanggannya sudah mulai berkurang tidak seperti setengah jam yang lalu. Yesung menatap keluar, melihat aktivitas yang cukup ramai malam ini, tentu saja ramai, hari ini adalah hari keluarga alias weekend. Tapi di hari libur ini, ia malah menyibukan dirinya di toko, bukan berlibur bersama keluarga. Yesung tersenyum dan melepaskan celemek yang ada di tubuhnya. Mata yesung menagkap sesuatu yang tidak sengaja ia lihat diluar, ia semakin menegaskan hal itu hingga matanya membulat seperti tidak percaya dengan yang ia lihat. Namun dengan sekejap mata bulat itu memudar berubah kembali seperti biasanya, mata sipitnya.



To Be Continue ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar