Selasa, 17 Januari 2017

Remember You (3)

Judul : Remember You

Cast : Han Eun Kyung, Yesung, Lee Ji Hyun, Siwon, Donghae, and OC

Genre : Sad, Romance, Family

Author : Ndy

Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan .. ^^






Mobil yesung memasuki garasi, malam yang cukup melelahkan, jarum jam berhenti di angka 11.00. Yesung memasuki rumah dengan buah tangan di tangan kanannya. Han eun kyung yang tengah menunggu suaminya pulang di meja makan yang tak jauh dengan ruang keluarga. Mata yang mulai sulit di buka, di rasakan eun kyung sejak setengah jam yang lalu, tapi eun kyung masih dapat menahannya hingga suaminya tiba seperti di hadapannya sekarang. Yesung sedang duduk di hadapan eun kyung yang kepalanya sudah naik turun, membenarkan posisi menjadi tegak kembali. Yesung menaruh bungkusan itu di meja tepat di hadapan eun kyung, eun kyung yang melihatnya hanya menyengir sambil menahan ngantuk. Eun kyung pergi ke wastafel untuk membasuh mukanya agar kantuknya segera menghilang.

“ahhh …” eun kyung menepuk-nepuk pipinya sehabis membilas. Matanya mulai segera kembali, tidak seperti tadi.

“kau bawa apa?”. Eun kyung membuka bungkusan yang ada di hadapannya.

“pesananmu, kau tadi merengek menyuruhku membelikannya”. Eun kyung hanya mengangguk sambil menyuap mie ramen yang di beli yesung di dekat tokonya sebelum pulang tadi.

“gimana toko? Pasti ramai, maka dari itu aku tidak ikut”

“seperti yang kau duga. Hmmm .. kau tahu? aku melihat sesuatu. Tapi aku masih kurang yakin, tapi di sisi lain aku merasakan yakin. Ya, walau belum 100%, tapi aku benar melihatnya,tidak mungkin salah.”.  Jelas yesung memberitahu dengan apa yang di lihatnya tadi di toko.

“memang kau melihat apa? Hantu ?” eun kyung mulai memperhatikan ucapan yesung yang sedari tadi sibuk dengan ramennya.

“ckkkk .. aku melihat lee hyun. Tapi setelah itu aku tidak melihatnya. Aku yakin itu dia.” Yesung mengingat wajah yang ia lihat tadi di depan tokonya, seorang wanita sedang di dalam mobil dan hanya bagian kepalanya saja yang keluar sedang memperhatikan keadaan di sekitar.

“sungguh? Tapi, aku tidak yakin. Setelah puluhan detik, mejadi menit, menjadi  jam,menjadi  hari, menjadi minggu dan menjadi bulan. Kita terus mencarinya tapi tidak juga diketemukan, ku yakin kau pasti salah liat karena kelelahan.”  Sanggah eun kyung yang menyerusup mienya.

“kemungkinan itu bisa saja. Tapi aku merasakan bahwa lee hyun masih hidup. Bagaimana denganmu?”

“aku berharap sama sepertimu. Tapi bisakah aku menikmati mie ini tanpa gangguanmu? Sejak tadi kau mengajakku berbicara.” Eun kyung merasa terganggu dengan perbincangan barusan.

“kau tidak suka dengan berita yang ku berikan?”

“bukan begitu maksudku, aku sedang menikmatinya tapi kau terus berbicara sehingga banyak jeda yang terjadi. Aku suka berita yang kau bawakan, tapi bisakan kita bicarakan nanti?” Eun kyung menatap yesung dengan kesal, terdengar hela nafas yesung yang memahami omelan istrinya.

“chagiya ? apa makanan ini ada asuransinya? Bukan kenapa-kenapa, maksudku jika terjadi sesuatu di jalan kau bisa langsung meminta untuk menggantinya.” Terang eun kyung yang membuat yesung menatapnya tanpa berkedip.

“kau pikir makanan sama dengan kau membeli berlian? Jika makanan itu jatuh di jalan yasudah, berarti itu rezeki bagi yang menemukan entah itu manusia ataupun hewan. Untuk apa makanan saja ada asuransinya? 
 Kau beli lalu kau makan, besok paginya kau buang juga di closet, sudah kau jangan aneh-aneh, nikmati saja makanmu, aku mau ke kamar.” Yesung bangkit dari kursinya menuju kamar.

“chagiya ….” Rengek eun kyung dengan bibir cemberut.

“wae?? Kau mau minta asuransi ? kau makan saja berlian, lalu kau minta ganti dengan pihak tokonya, pasti mereka akan menjamin.”

“sungguh?” eun kyung tertegun dengan ucapan yesung.

“iya .. di jamin kau akan masuk rumah sakit dengan  asuransi itu, mereka akan merobek perutmu dan mengambil berlian itu, lalu memberikan kembali padamu.” Yesung mulai kesal dengan tingkah istrinya yang terkadang aneh akibat terpleset di rumah siwon kala itu.

“YAAAA! Nappeun ..” eun kyung membanting sendok kedalam mangkuk ramen, memandang yesung yang masuk ke kamar dengan tatapan membunuh.

“Kau … lihat saja, aku akan membalasnya!” ucapanya penuh penekanan. Eun kyung menghabiskan kembali ramennya yang terhenti sejenak, memakan dengan penuh emosi.


***


Hari pertama masuk sekolah ajaran baru membuat anak-anak merasa senang, bagaimana tidak? Mereka memiliki barang baru, seperti tas, sepatu, buku, dan peralatan sekolah yang lainnya. Bel berbunyi pertanda sudah waktu pulang, anak-anak keluar dari dalam kelas sudah seperti anak domba yang baru keluar dari dalam kandang untuk bermain dengan rumput-rumput liar dan mencari makan seadanya di tempat itu. Ibu mereka sudah menunggu di ruang tunggu dekat  dengan lobby. Anak-anak lucu dan imut, berlari dari kejauhan sambil mengucapkan kata ‘eomma’ dengan suara menggema, mereka berteriak sekuat tenaga agar ibu mereka menoleh dan hanya tertuju padanya, sungguh cara yang unik untuk mendapatkan perhatian seorang ibu. Hanya hal sederhana saja mereka sudah sangat senang, belum lagi jika mereka sudah di hadapan ibu mereka dan mendapatkan pelukan hangatannya, betapa teduhnya hati dan wajah anak-anak itu. Tidak dapat digambarkan akan seperti apa rasa bahagia mereka ketika perhatian hanya sepenuhnya untuknya.

“eomaaaaa ..” teriak yung seo dari kejauhan sambil melambaikan tangannya, eun kyung menoleh dan tersenyum. Yung seo segera menghampiri ibunya yang sudah menunggu di ujung lorong. Yung seo tenggelam dalam dekapan ibunya.

“gimana hari ini? Apa semuanya lancar?” eun kyung memegang kedua pipinya dan mengelus dengan lembut.

“semuanya baik eomma .. “ yung seo tersenyum.

“bagus sekali .. kajja kita pulang, eomma sudah membuat makanan enak untukmu”. Mereka berjalan menuju parkiran.

“jinjja ? eomma masak apa? Telur gulung ? bibimbap ? Kimchi?” Tanya yung seo penasaran.

“hmmm … semuanya, maka dari itu kita harus cepat pulang lalu kau harus habiskan masakan eomma”

“hmmm .. gurae. Tapi appa akan membantuku memakan masakan eomma kan?”

“nanti eomma telepon appa dulu, apakah appa sempat untuk makan dirumah atau tidak, gimana?” eun kyung membuka pintu mobil untuk yung seo.

“heol .. eomma, tunggu!.” Yung seo menahan tangan ibunya disaat akan menutup pintu mobil.

“wae?” eun kyung terheran dengan sikap yung seo. Yung seo turun dari mobil dan menghampiri seorang wanita yang sedang berdiri di samping mobil eun kyung yang terparkir, wanita itu hendak membuka pintu mobilnya namun tangan yung seo lebih dahulu menyentuh tangan kirinya yang membuat wanita itu menoleh.

“ibu guru?” panggil yung seo.

“nde ?”. guru itu mensejajarkan posisinya dengan yung seo yang tingginya hanya sebatas pahanya.

“ada apa yung seo?” Tanya guru tersebut.

“gomawo untuk hari ini, besok bisa kah ibu menemani yung seo bermain di saat yung seo tidak ada teman main?” guru tersebut menimbang ucapan yung seo dengan sikap menggoda.

“hmm .. gimana yah, yung seo. Mianhae …”

“wae sonsengnim? Apa aku bersikap tidak baik?” wajah yung seo tampak sedih dan tertunduk. Guru tersebut hanya tersenyum lalu memegang dagu yung seo menegakkan kembali kepalanya.

“mianhe, ibu tidak bisa menolak … hehe. Datang saja pada ibu jika kau membutuhkan bantuan ibu.” Guru tersebut mengelus wajah yung seo lembut.

“ah iya .. ibu, ini eomma yung seo” yung seo memperkenalkan gurunya kepada eun kyung.

“annyeonghaseo” guru tersebut menyapa dan eun kyung membalasya.

“ohhh .. jinjja? Gahamsahamnida, sudah bersikap baik terhadap yung seo.” Eun kyung tersenyum dan baru menatap wajah guru tersebut dengan saksama. Senyuman eun kyung seketika turun dari wajahnya berubah menjadi kaku.

“aniya … saya hanya melakukan tugas sebagai guru. Nyonya tidak perlu berlebihan seperti itu.” Guru tersebut tersenyum kepada eun kyung dan beralih ke yung seo.

“neo?” mata eun kyung berubah membulat dan menghampiri guru tersebut tidak percaya. Eun kyung mencengkaram kedua tangan guru tersebut dan menggocangkan.

“neo .. jinjja? Neo …” eun kyung mengubah dirinya seketika menjadi emosi.
“nde?” guru tersebut bingung dengan sikap ibu yung seo yang sekita berubah setelah mata mereka saling bertautan.

“lee hyun ?” suara eun kyung bergetar, menahan rasa haru.

“ya? Ah .. aniya, mungkin anda salah orang nyonya. Aku bukan orang yang anda maksud.” Guru tersebut mencoba melepas genggaman eun kyung yang kuat. Eun kyung terus memegangi dan terus menyakinkan guru tersebut bahwa dirinya adalah orang yang di carinya selama ini.

“aniya .. aku tidak salah. Neo .. LEE HYUN.” Eun kyung memberi penekanan di akhir kalimat dan membuat guru tersebut mulai di hantui rasa takut.

“nyonya … ahhh” eun kyung memeluknya dan terus menyakinkan bahwa dia lee hyun.

“neo .. lee hyun. Ya ! kau lee ji hyun … kau telah kembali.” Eun kyung melepasksan pelukannya dan memegang wajah guru tersebut. Guru tersebut semakin heran dengan sikap eun kyung.

“kau masih hidup? Apa kau hidup dengan baik?” lanjutnya degan mata berbinar.

“eomma .. hentikan, ibu guru bukan orang yang eomma cari” terang yung seo sambil menarik-narik baju eommnya.

“Yung Seo ..” eun kyung membentak yung seo. Guru tersebut kaget dengan sikap ibu yung seo dan pandangannya langsung ke arah yung seo. Yung seo sedang menahan tangis, mungkin terkejut dengan sikap ibunya yang berubah.

“kajja kita kembali ..” eun kyung tersenyum dan mengajak guru tersebut masuk ke dalam mobilnya.

“tunggu!” guru tersebut menepis genggaman eun kyung. Eun kyung terkejut dengan penolakan tersebut.

“wae? Kau telah kembali, kau harus pulang.”

“maaf nyonya .. aku bukan orang yang kau bicarakan sejak tadi dan aku tidak menganal anda sebelumnya. 

Maaf jika sikap ku kurang baik di awal pertemuan kita, namun aku hanya ingin menekankan, bahwa anda telah salah mengenaliku sebagai orang yang anda maksud.” Lee hyun menjelaskan dengan tegas. Eun kyung membulatkan matanya dan mendekatkan dirinya ke guru tersebut. Eun kyung terus menyakinkan bahwa guru tersebut adalah orang yang di carinya selama ini. Tapi, guru itu terus menolaknya, sehingga eun kyun merubah bicaranya dengan memaksa guru tersebut supaya mengingat dirinya yang sesungguhnya. Eun kyung bersikap tidak wajar dengan hal seperti ini, bukan cara yang baik jika dia terus seperti ini. Eun kyung terus memaksanya hingga guru tersebut ketakutan. Guru tersebut memgangi kepalanya yang sakit, tak lama tubuhnya jatuh ke dalam pelukan eun kyung. Yung seo yang melihat kejadian itu langsung menagis. Eun kyung terkejut dan langsung membawanya ke rumah sakit.

#Rumah Sakit

Eun kyung dan yesung sedang menunggu di luar ruangan. Setelah tiba di rumah sakit eun kyung langsung menelepon suaminya dengan panik. Yesung setelah menerima telepon dari istrinya segera mendatangi rumah sakit yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Di dalam, dokter masih memeriksa dengan teliti di tameni seorang wanita yang bukan suster rumah sakit. Dia adalah kakak dari guru tersebut, dia panik mendengar adiknya berada di rumah sakit karena mereka baru saja berjanjian akan pulang bersama setelah jam sekolah selesai. Keluar seorang wanita dari dalam dan menemui yesung serta eun kyung yang sedang menunggu.

PPPLLLAAAKK

Wanita tersebut menampar eun kyung, terlihat dari wajahnya yang tidak tertahan rasa amarah yang sudah memuncak. Yesung terkejut dengan adegan barusan, istrinya telah di tampar tanpa maksud yang belum di ketahuinya. Eun kyung tertunduk sambil memegangi pipinya yang sakit.

“wae? Wae gurae???” nada suaranya meninggi dan tatapan tajam yang sulit di teduhkan.

“mi .. mianhae ..” suara eun kyung bergetar menahan tangis. Yesung menatap istrinya penuh tanya, kenapa ia meminta maaf? Apa yang sedang terjadi. Mungkin pertanyaan itu yang sedang bermain di dalam pikiran yesung yang belum mengetahui permasalahan sebenarnya.

“apa yang kau lakukan, hingga membuat dirinya seperti ini? Apa dia pernah melakukan kesalahan yang tidak terampuni, huh?” eun kyung mulai menatap dengan keberanian yang belum sepenuhnya. Sejujurnya eun kyung juga shock dengan yang terjadi, dari dalam dirinya tidak ada niat untuk melukai guru tersebut, namun entah kenapa saat melihat wajahnya tadi, eun kyung sangat tidak terkontrol hingga membuat seseorang pingsan.

“di .. dia .. mirip dengan orang yang ku cari selama ini. Aku tidak bermaksud menyakitinya, sungguh. Mianhaeyo .. jeongmal mianhaeyo.” Kakak dari guru tersebut menghela nafas, mengatur emosinya yang sudah menguasai dirinya. Yesung yang mendengar ucapan istrinya langsung masuk ke dalam ruangan dan melihat siapa yang di maksud istrinya, apa sesuai dengan feelingnya sekarang? Yesung tidak percaya dengan yang di lihatnya, tubuh yesung melemas setelah melihat orang yang sedang berbaring di kasur tidak berdaya.

“Lee Ji Hyun … hahhh, jadi .. penglihatanku tidak salah waktu itu… hah .. hahaha, akhirnya.” Yesung terkejut dengan yang barusan di lihatnya, masih ada ke raguan di dalam dirinya, tapi ia langsung menyakini dirinya bahwa guru tersebut yang bernama Park Jihyun adalah Lee Hyun yang selama ini mereka cari. Yesung segera keluar dari dalam dan mengahampiri istrinya.

“chagiya … iya, dia lee hyun yang kita cari.” Wajah yesung bahagia dan memeluk istrinya.

“jinjja ? ahh .. syukurlah, ternyata aku tidak salah menduga.” Terpancar wajah senang dari eun kyung. Kakak jihyun, Park Ji eun terheran dengan ucapan dua orang yang ada di hadapannya.

“mwo? Apa yang kalian maksud?”. Eun kyung membenarkan posisinya dan mengusap air matanya.

“jadi sebenarnya .. sahabatku telah menghilang sejak 8 bulan yang lalu karena kecelakaan saat pulang dari berlibur di pantai, kami terus mencarinya namun hasilnya nihil, polisi pun tidak menemukan jasatnya sehingga dinyatakan meninggal. Namun kami tidak percaya jika jasatnya belum diketemukan, sehingga kami terus mencarinya tanpa lelah. Dan sekarang orang yang kami maksud berada di dalam. Saya tahu sikap yang telah saya lakukan salah, saya terkejut di saat dia tidak mengenal saya terutama dirinya sendiri, jadi saya memaksanya untuk mengingat.” Ji eun menerawang wajah kedua orang yang ada di hadapannya. Memiliki pertanyaan yang masih melayang di pikirannya.

“sungguh kalian mengenalnya? Baiklah .. kita pastikan itu nanti, apakah adik saya mengenal kalian.” Dokter keluar dari dalam, ji eun segera mengajukan pertanyaan.

“bagaimana keadaannya?”

“keadaannya sudah membaik, untuk sekarang dia hanya membutuhkan istirahat yang cukup. Kalau boleh saya tanya, apa ada tekanan yang terjadi padanya?.”

“aniya ..”

“nde ..” jawab eun kyung.

“gurae .. pasien tidak bisa mengalami tekanan yang berlebih hingga membuatnya stress, sehingga membuat 
jantungnya melemah. Jika stress melanda dirinya hal seperti ini akan terulang yang mungkin akan lebih parah. Jadi saya mohon untuk tidak terlalu menekan yang membuatnya memaksakan diri untuk berpikir keras.” Jelas dok lee, dokter lee sedang menjalankan praktek di rumah sakit daegu. Dia adalah dokter yang menangani kondisi jihyun selama di incheon.

“nde .. baik dokter, kami akan mengingatnya.” Jawab eun kyung. Ji eun hanya menghela nafas, karena sudah tahu dengan penyakit yang di derita adiknya. Ji eun bersyukur adiknya tidak mengalami hal yang berlebihan.

Ji eun masuk ke dalam untuk melihat keadaan adiknya yang masih tertidur. Yesung dan eun kyung masih di luar melihat dari celah pintu yang terbuka.

“chagiya? Hmm .. aku merasa ada yang aneh padanya.”

“apa yang aneh? Tidak ada yang aneh saat aku masuk tadi.” Ucap yesung.

“bukan .. tadi saat ku bilang dia lee hyun, tidak ada perubahan seperti orang yang mengenal dirinya sendiri, disaat orang memanggil nama pastinya orang tersebut akan sadar bahwa dia adalah pemilik nama itu lalu menoleh ke sumber suara atau menjawabnya, tapi dia tidak seperti itu, dia hanya diam dan menatapku seperti orang yang tidak kenal.”

“mungkin hanya perasaanmu saja … atau dia terkejut saat kau bersikap seperti yang kau lakukan tadi.” Jelas yesung mengurangi kecurigaan eun kyung yang belum tahu kepastiannya.

“bisa jadi ..” jawab eun kyung yang masih sibuk dengan pikirannya. Ji eun menghampiri yesung dan eun kyung yang ada di dekat pintu. Jie eun menyuruh mereka untuk masuk ke dalam.

“oy .. mianhe tadi eonni lama sehingga membuat kau menunggu di parkiran, kepala sekolah memanggil eonni tadi jadi eonni berbicang dahulu sebelum keluar ruangan.” Terang ji eun pada jihyun.

“gwaenchanha eonni .. aku mengerti” jihyun tersenyum. Matanya beralih ke sepasang makhluk di depannya.

“annyeonghaseo” sapa eun kyung dan yesung.

“eonni .. nuguseyo?” jihyun menatap aneh terhadap sepasang makhluk di depannya. Eun kyung dan yesung saling melemparkan padangan, terlihat dari mata mereka yang tampak bingung.



To Be Continue ....

Sabtu, 07 Januari 2017

Remember You (2)

Judul : Remember You (2)

Cast : Han Eun Kyung, Yesung, Lee Ji Hyun, Siwon, Donghae, and OC

Genre : Sad, Romance, Family

Author : Ndy

Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan .. ^^





6 Bulan Kemudian.

 Flashback On.

Sebulan setelah kejadian tersebut, polisi mendatangi rumah siwon dan lee hyun untuk memberikan informasi, bahwa jasat istrinya tidak dapat ditemukan dan sudah dinyatakan meninggal. Polisi meminta maaf jika ada kekurangan dalam penyelidikan ini, namun polisi telah berusaha semampu mereka untuk menemukan istri siwon. Polisi pamit dari hadapan siwon dan siwon sangat terkejut bahwa istrinya telah tiada. Siwon terduduk lemas di bangku halaman rumah, memandang dengan pandangan kosong. Terdengar suara mobil terparkir di depan rumah siwon, itu adalah mobil yesung. 

Eun kyung dan yesung menghampiri siwon yang sedang terduduk lemas.

“ada apa denganmu?” Tanya yesung.

“lanjut atau tidak?” Tanya siwon.

“maksudmu ?” Tanya eun kyung heran.

“apa hidupku telah berakhir?”

“tentu saja belum, kau harus menjalankan hidup dengan baik. Kau diberi kesempatan untuk hidup kembali.” Jelas yesung.

“Lalu apa semua ini?” ucap siwon frustasi.

“ada apa sebenarnya?” eun kyung penasaran terhadap siwon.

“lee hyun .. tadi, polisi datang dan memberitahu, bahwa lee hyun …”

“ada apa dengan lee hyun? Apa dia sudah di ketemukan?”

“meninggal” tutur siwon. Eun kyung terkejut mendengar ucapan siwon, ia membekab mulutnya tidak percaya, tubuhnya terasa lemas, otot-ototnya seketika berhenti. Lee hyun segera bangkit dari duduknya dan pergi keluar rumah namun saat ia keluar …

AAAAAAAAAA ….

Eun kyung berteriak dengan kencang, yesung segera menghampirinya dan siwon ikut menyusul.

Eun kyung terduduk di bawah, memegang pergelangan kakinya, ia tergelincir saat menuruni jalan yang licin. Yesung dan siwon hanya tersenyum, karena mereka kira ada hal yang mengerikan akan terjadi padanya, maka dari itu mereka tersenyum dan terlihat rasa syukur melalui hembusan nafas yang lega. Yesung bersyukur, bahwa hanya kecelakaan kecil yang menimpa istrinya, bukan kecelakaan besar yang akan membuat dirinya hampir berhenti bernafas.

“apa kalian sudah puas, memperhatikan ku? Apakah aku ini tontonan kalian?”. Eun kyung bertanya dengan raut wajah kesal.

“kau kenapa, huh?”. Dengan santai yesung menanyakan sebab kenapa istrinya bisa terjatuh.

“sudah tahu aku jatuh, tapi kau masih tanya kenapa? Lagi ini semua karena kau!”. Eun kyung menatap yesung dengan tatapan tajam. Yesung nampak bingung dengan tuduhan eun kyung yang tidak berlandaskan dengan kenyataan. Eun kyung jatuh karena kurang kehati-hatiannya, namun suaminya yang terkena getah dari sikapnya barusan. Yesung memandang heran dan menunggu apa yang akan ia katakan kembali.

“ini semua karena kau! Kenapa kau membelikan sepatu ini yang KW, huh? Bukankah, kau membelinya di Amerika? Tapi, kenapa heals ini bisa patah dengan kejadian barusan?”. Keluar sudah perkataan yang sudah di tahannya, yang mungkin sejak tadi sudah ia pertanyakan, kenapa sepatu mahal yang membelinya dengan pesawat, bisa terlepas begitu saja, hanya karena dia tergelincir seperti itu.

“kenapa ini menjadi kesalahan ku? Bukan kah ini pilihanmu sendiri, ketika aku membelikan hadiah untukmu? Lagi pula, aku sudah memberi tahumu, untuk tidak memakai sepatu itu, saat kita akan pergi kesini, tapi kau tidak mau mendengarkanku.” Terang yesung yang dibalas istrinya dengan cemberut. “aku sudah melihat, bahwa sepatu itu ada yang sudah tidak utuh lagi di bagian bawah.”

“la .. lagi .. kenapa kau tidak memberitahuku, huh? Kau kan sudah tahu bahwa heals ini sudah tidak layak di pakai, jadinya kan seperti ini, intinya semua ini karenamu!”. Eun kyung menunjuk suaminya dan tetap pada pendiriannya bahwa ini adalah bukan kesalahannya.

“semua wanita sama saja tidak mau kalah, walaupun itu sudah pasti kurang kehati-hatiannya. Hah .. baiklah, para laki-laki hanya dapat terima dan bersabar, jika wanita sedang mengomel”. Gumamnya pelan, namun masih dapat di jangkau oleh eun kyung dan siwon. Yesung membantu mengambilkan sepatu yang terbuang jauh dari eun kyung terjatuh dan membantu istrinya bangun.

“aku mendengarnya” lirikan tajam eun kyung, menghantui yesung yang langsung menundukkan pandangan. Siwon hanya tersenyum melihat tingkah pasangan suami istri ini, lucu dan unik.

“sudah, kita pulang setelah dari sini, kau tidak bisa kemana-mana dengan sepatu seperti ini, karena kau berjalan dengan telanjang kaki.”

“lalu?? Kau tega pada istrimu, huh? Cepat, buka sepatumu, aku akan pakai sepatumu!”. Wajah yesung terlihat kusut dengan perintah istrinya barusan, jika ia membela diri, itu sama saja dia siap untuk berperang. Yesung menuruti istrinya, lalu ia membuka sepatu dan memberikan kepada istrinya, eun kyung tersenyum, perasaannya senang, kerena kali ini dia menang, walaupun sepatu suaminya longgar saat dikenakannya. Siwon sekali lagi mengumbar senyuman dan kali ini tertangkap oleh yesung dan eun kyung yang di balas dengan senyuman serta rasa syukur. Akhirnya, ada juga senyuman di wajahnya, yang tadinya mereka pikir, sudah tidak dapat melihat shabatnya tersenyum lagi, namun saat ini siwon sedang tersenyum, walau tokohnya adalah yesung dan eun kyung yang membuat siwon tersenyum untuk pertama kalinya setelah kecelakaan itu. Adegan yang tanpa sengaja mereka ciptakan, namun dapat membuat orang tersenyum.

“yasudah, kami pamit dulu. Jangan berlarut dalam kesedihan, yakin saja jika lee hyun masih hidup”. Yesung  memberi support yang di balas anggukan oleh siwon.

“iya, tenang saja, nanti suamiku yang akan membantu untuk mencari lee hyun”.

“lalu, kau?”

“tentu saja aku ikut, maksudnya kita yang ikut membantu mencari” eun kyung meralat ucapannya, namun ditanggapin yesung dengan maksud berbeda.

“jaga dirimu, kawan. Sampai nanti” yesung dan eun kyung melambaikan tangan sambil tersenyum.

“tunggu!” cegah siwon yang membuat mereka bedua berhenti.

“wae?” sergap yesung. Siwon mengambil sepatu eun kyung yang telah rusak tidak jauh dari tempat ia berdiri, siwon menghampiri yesung dan memberikannya.

“jangan lupakan ini juga, sepatu ini juga memiliki perasaan, pasti dia tidak ingin ditinggal begitu saja oleh pemiliknya.” Siwon tersenyum.

“ahh .. sudah, kau buang saja, si pemiliknya saja tidak peduli, untuk apa kau memperdulikannya.”. Ucapan yesung, yang di balas dengan injakan kaki oleh eun kyung, yesung meringis kesakitan, karena di injak menggunakan sepatu dengan hak 3cm. Yesung akhirnya mengambil sepatu itu dari siwon lalu pergi pulang. Siwon melambaikan kepergian mereka sampai mobil itu tidak terlihat.

Flashback Off.

Suara bergetar dengan kencang, suara itu di ulang sebanyak tiga kali. Sesaat setelah bel itu dibunyikan, keluarlah suara yang lebih ricuh dibanding suara bel pulang sekolah. Anak-anak keluar kelas sambil berlarian menghampiri ibu mereka yang sudah siap menunggu di luar kelas. Pembicaraan yang tidak aneh lagi untuk para guru dengar, ‘eommaku sudah jemput’, ‘eomma belum datang’, ‘eomma jemput gak, ya?’, ‘mau pulang bareng gak?’, ‘abis ini aku mau beli mainan baru, dong. Kamu nanti beli gak?’. Hal-hal sesederhana seperti itu yang mereka ucapkan sambil menata perelatan belajar untuk menunggu bel dibunyikan, namun hal seperti itu dapat membuat emosi yang mereka rasakan sangat berbeda. Belum lagi sifat anak-anak yang mudah terpangaruh dengan apa yang mereka lihat dan dengar, sifat ingin tahu yang besar tanpa berpikir bahaya untuk diri sendiri. Serta emosi yang belum terkendali dengan baik.

“jangan lupakan tugas dari ibu, nde?” ucap guru di depan kelas setelah muridnya sudah duduk rapih untuk menuggu bel berbunyi.

“nde, sonsengnim.” Tidak lama untuk menunggu bel berbunyi, mereka memberi salam—dan segera berlari keluar kelas. Dengan gembira mereka berlari dan berjalan keluar dari kelasnya, mungkin di waktu-waktu seperti ini yang mereka tunggu setelah hampir satu hari di sekolah melakukan kegiatan yang melelahkan. Jihyun tersenyum melihat anak muridnya berkaburan keluar dengan senyuman. Jihyun jadi teringat masa-masa dimana ia dulu pernah melakukan hal seperti anak muridnya.

Jihyun sudah sampai dirumah, punggungnya terasa seperti di tusuk-tusuk. Hari ini jihyun menggantikan kakaknya mengajar di sekolah TK tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Kakaknya Park Ji Eun sedang ada urusan ke Daegu, ada keperluan dengan sekolah pusat, maka dari itu jihyun menggantikan kakanya, lagi pula memang sudah tugas jihyun menggantikan kakaknya jika dia sedang berhalangan hadir, karena jihyun adalah asisten guru. Hari ini jihyun ada jadwal kedokter, untuk konsultasi di salah satu rumah sakit di incheon.

#Rumah Sakit. Gachon University Gil Medical Center / Gil Hospital.

Jihyun sudah tiba di rumah sakit, ia berjalan menuju lobby dan mengarah pada resepsionis untuk menanyakan kehadiran dokternya hari ini. Jihyun melangkah menuju lift, hari ini dokternya hadir dan sedang tidak ada pasien yang mengunjungi. Pasien yang paling rutin mendatanginya mungkin hanyalah aku, entah kenapa rasa nyaman timbul, jika berbincang dengannya, mengenai kondisiku ataupun mengenai hal diluar kondisiku. Dokter jihyun masih terlihat muda, dengan usia yang belum terlalu tua untuk di panggil dokter, yang berarti orang ini memiliki kecerdasan yang lebih dengan usia yang masih muda sudah di panggil dokter. Dimana kebanyakan dokter adalah bisa dinyatakan sebagai dokter di saat usia mereka tidak muda lagi. Karena butuh proses panjang untuk menjadikan diri mereka dokter, banyak hal yang harus untuk di pelajari lebih dalam. Seperti tokoh utama di dalam film atau novel, yang harus berjuang melawan para penjahat yang akan menghalangi pencapaian pada tokoh utama, tokoh utama harus merasakan semua emosi untuk pertahanannya hingga sampai pada tujuan yaitu kebahagiaan. Seperti itulah mendeskripsikan dengan hal yang sederhana, bagaimana perjuangan seseorang untuk menjadi dokter.
Jihyun sudah sampai diruangan dokter lee, jihyun hanya ingin mencurahkan apa yang dia rasakan untuk beberapa hari ini.

“gimana kabarmu?” Tanya dok lee.

“kurang baik, sudah beberapa hari ini, punggungku sakit sekali, aku sudah meminum pereda rasa sakit, namun esokannya aku merasakan kembali.” Terang jihyun yang dibalas anggukan oleh lee.

“baiklah, nanti akan ku berikan obat penghilang rasa sakit. Lalu, bagaimana dengan kondisimu yang lain?”

“kondisiku yang lainnya, masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah dan tidak ada kemajuan, masih pada tempatnya.”

“baiklah, memang butuh waktu yang lama untuk membuat kondisimu kembali membaik seperti sedia kala. Namun, kau jangan patah semangat, kau harus tetap melakukan aktivitas, agar dengan kesibukanmu kemungkinan ada kemajuan yang dapat berdampak baik pada kondisimu.” Terang dok lee yang membuat jihyun mengangguk.

“hmm .. gimana kalau kita keluar? Meminum secangkir kopi atau teh? Berhubung pasienmu hari ini hanya aku saja yang datang.” Rayu jihyun yang membuat lee tersenyum dan menyetujui ajakannya.


***

Daegu, 2 Minggu Kemudian.
Daegu dan incheon tidak terlalu jauh perbedaannya. Hanya tempat tinggal yang berbeda serta wilayah yang akan di tempati. Tempat jihyun yang lumayan jauh dari kota incheon dan sekarang akan lebih dekat dengan pusat kota daegu. Sudah 2 minggu jihyun menjalankan aktivitas disini dan meninggalkan kehidupan serta kebiasaannya di incheon. Lee hyun di pindah tugaskan ke sekolah pusat dan ia di angkat menjadi seorang guru di tempat barunya serta ia harus memegang tanggungjawab baru yang lebih besar sekarang. Jihyun dan ji eun akan memulai hari-hari barunya di tempat yang cukup indah juga, jika di lihat dan di rasakan.

“tempat ini sedikit lebih ramai, bukan?” jihyun mengeluarkan sedikit kepalanya di jendela. Jihyun dan ji eun sedang jalan-jalan menyusuri tempat yang indah.

“akan pergi kemana kita?” Tanya ji eun.

“aku, ikut padamu eonni. Yang penting tempat itu membawa keindahan yang dapat membuat hati terasa senang dan diri ini ikut menikmati perjalanan tersebut.” Jihyun tersenyum sambil menutup matanya, menikmati udara yang tidak pernah ia bosan menghirupnya dengan caranya sendiri. Mengeluarkan tangannya ke jendela dan mengeluarkan sedikit kepalanya, lalu ia nikmati angin yang berhembus kencang, seperti itulah jihyun jika sedang berada di dalam mobil, di saat sedang pergi kemanapun tujuaannya. Ia selalu suka udara segar, dari dulu hingga saat ini, hal itu tidak pernah hilang. Ji eun menyetir mobilnya menuju myeongdong, tempat berbelanja sekalipun tempat makan, yang orang bilang, banyak jajanan yang tersedia disana.

Jihyun dan ji eun sudah sampai di tempat tujuan. Mereka berdua menjajaki tempat makanan, melihat sambil berjalan dengan wajah terpanah dan tawa kecil. Sesekali mereka berhenti di tempat makan yang membuatnya tertarik untuk dimakan, lalu mereka jalan kembali sambil memakan jajanan tersebut, mereka masuk ke toko untuk sekedar melihat-lihat dan mencobanya sesaat, tanpa membelinya. Lalu, mereka keluar dari toko tersebut dan melanjutkan petualangannya mencari sesuatu yang menarik perhatiaan perutnya. Hingga pada akhirnya mereka berhenti di sebuah kedai dan membeli beberapa makanan untuk dibungkus dan dibawa ke sungai hang. Setelah dari sini, mereka memliki rencana ketempat dimana banyak orang yang kesana jika weekend tiba tapi tidak memiliki waktu banyak untuk berlibur jauh, jadi inilah salah satu pilihan hiburan di tengah kota yang super sibuk, selain tempat bermain seperti lotte world atau wonderland yang terlalu megah dan mahal untuk di kunjungi. Jika ada hal sederhana yang sudah dapat mengubah moodmu menjadi lebih baik, kenapa tidak?.

#Sungai Hang.

Jihyun dan ji eun berjalan mencari tempat duduk yang belum ditempati oleh orang. Udara malam di pinggir sungai sangat sejuk, membuat pikiran jihyun dan ji eun tenang seketika. Jihyun menarik kakanya duduk di anak tangga yang tidak jauh dari bibir sungai.

“akhirnya, kita pada puncaknya. Aku senang hari ini, kita dapat menjelajahi tempat indah itu” jihyun tersenyum bahagia, disambut senyuman balik oleh kakaknya.

“apa kau merasakan dingin?” ji eun mengusap-ngusap lengannya.

“hmm .. sedikit, tapi tidak apa, kita nikmati malam ini dengan baik dan dengan perut yang sudah terisi.” Jihyun mengeluarkan tteobboki dan ceker ayam pedas.

“wahhhh .. makanan ringan yang nikmat. Tteobboki atau ceker pedas ini? Pilih salah satu yang akan kita makan duluan?” ji eun memainkan alisnya naik turun, jihyun menerawang makanan yang sedang di pegang kakaknya, kira-kira makanan yang mana yang terlibih dahulu akan di santap bersama. Pada akhirnya jihyun menunjuk ceker ayam pedas yang ada di tangan kiri kakaknya. Ji eun menaruh tteobbokinya dan mulai menyantap ceker pedas itu bersama jihyun.

“hmmm … massita, neomu massita” gumam ji eun sambil mengunyah.

“level berapa tingkat kepedasan ini, omo …” jihyun kepedasan baru sekali santap, ji eun tertawa kecil melihat ekspresi jihyun yang lucu seperti itu.

“bukan kah ini enak? Pedasnya di tingkat biasa, ada apa denganmu?”

“molla .. tidak biasanya aku seperti ini, apa karena udara dingin di sini?”

“mungkin, sehingga udara dingin itu menusuk dirimu sampai ke lidahmu, sehingga kau tidak dapat menahan pedasnya ceker ini, sudah kita lanjutkan makan ini.” Jihyun dan ji eun menghabiskan ceker itu bersama lalu beralih ke tteobboki yang sudah menanti ingin di santap sejak tadi. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan tteobboki tersebut, dalam sekejap sudah bersih semua. Jihyun dan ji eun membersihkan semua sampah yang ada di dekatnya dan membuangnya ke tempat sampah.
Jihyun dan ji eun duduk dengan santai sambil menikmati suasana sungai hang, dengan perut yang sudah penuh terisi. Angin berhembus cukup kencang malam ini, banyak orang yang menenggelamkan dirinya ke dalam mantel. Walau dalam suasan dingin seperti ini, mereka tetap berkunjung ke tempat ini bersama teman, pacar, keluarga dan orang terdekat mereka, untuk sekedar bermain bersama, menghibur, jogging di malam hari atau berbagi duka dengan secangkir coffe di tangan mereka masing-masing.

“sudah terlalu larut, bukan kah sebaiknya kita kembali?” ajak ji eun yang di sambut senyuman oleh jihyun. Merekapun kembali pulang karena aktivitas mereka sudah cukup sampai disini hari ini.


***

Di malam dengan udara yang menusuk hingga ke dalam tubuh, membuat sebuah toko dengan cakupan ruang yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil ini, cukup ramai di datangi pengunjung untuk membeli minuman hangat dan makanan ringan, untuk menemani udara dingin malam ini. Pemilik toko ikut bergabung dengan para pegawainya yang sibuk melayani customer yang tidak berhentinya datang ke meja kasir. Ya, dia adalah si pemilik toko ini, yesung.
Yesung mengumbar senyuman ramahnya ke pada pelanggan agar tercipta kenyamanan dan mereka dapat kembali lagi untuk melihat dan bertemu dengan yesung, aniya!. Maksudnya, kembali untuk membeli makanan atau minuman di toko ini. Yesung sibuk menempelkan list antrian ke meja yang ada di belakangnya dan kembali ke meja kasir untuk mengetik di computer, apa saja yang akan di pesan. Sikap yesung melayani customer sangat sigap, hingga ia sering menghela nafas karena banyak gerak malam ini. Di waktu-waktu padat telah berlalu, kini yesung bisa bernafas lebih tenang, karena pelanggannya sudah mulai berkurang tidak seperti setengah jam yang lalu. Yesung menatap keluar, melihat aktivitas yang cukup ramai malam ini, tentu saja ramai, hari ini adalah hari keluarga alias weekend. Tapi di hari libur ini, ia malah menyibukan dirinya di toko, bukan berlibur bersama keluarga. Yesung tersenyum dan melepaskan celemek yang ada di tubuhnya. Mata yesung menagkap sesuatu yang tidak sengaja ia lihat diluar, ia semakin menegaskan hal itu hingga matanya membulat seperti tidak percaya dengan yang ia lihat. Namun dengan sekejap mata bulat itu memudar berubah kembali seperti biasanya, mata sipitnya.



To Be Continue ….